BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam
rangka mewujudkan perikanan tangkap yang berkelanjutan (sustainable fisheries
cupture) sesuai dengan ketentuan pelaksanaan perikanan yang bertanggung jawab
(FAO Code of conduct for Responsible Fisheries/CCRF) maka eksploitasi
sumberdaya hayati laut harus dapat dilakukan secara bertanggung jawab
(Responsible fisheries).
Data
dari SOFIA (The State of World Fisheries and Aquaculture) menyatakan bahwa 5 %
dari perikanan dunia dalam status deplesi atau penurunan produksi secara terus
menerus, 16 % telah dieksploitasi secara berlebihan dan melampaui batas optimim
produksi, 52 % telah penuh eksploitasi, 23 % pada tahap moderat yang artinya
produksinya masih dapat ditingkatkan meskipun dalam jumlah yang kecil, 3 %
sumberdaya ikan masih dibawah tingkat eksploitasi optimumnya dan hanya 1 % yang
dalam proses pemulihan melalui program-program konservasi.
Berdasarkan
pernyataan di atas, untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan perlu dikaji
penggunaan alat-alat penangkapan ikan yang ramah lingkungan dari segi
pengoperasian alat penangkapan ikan, daerah penangkapan dan lain sebagainya
sesuai dengan tata laksana untuk perikanan yang bertanggungjawab atau Code of
Conduct for Responsible Fisheries (CCRF). Kedepan, trend pengembangan teknologi
penangkapan ikan ditekankan pada teknologi penangkapan ikan yang ramah
lingkungan (environmental friendly fishing tecnology) dengan harapan dapat
memanfaatkan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan. Teknologi penangkapan
ikan ramah lingkungan adalah suatu alat tangkap yang tidak memberikan dampat
negatif terhadap lingkungan, yaitu sejauh mana alat tangkap tersebut tidak
merusak dasar perairan, tidak berdampak negatif terhadap biodiversity, target
resources dan non target resources
Di
Indonesia saat ini dikenal 3 (tiga) klasifikasi alat penangkapan ikan. yang
pertama : menurut klasifikasi A. Von Brandt, (1964), Kedua : klasifikasi
statistik internasional alat tangkap standar FAO, yang ketiga : klasifikasi
standar alat tangkap berdasarkan statistik perikanan Indonesia (Anonim, 2007).
Makalah ini bertujuan untuk mengkaji keramahan alat tangkap menurut klasifikasi statistik internasional standar FAO. adapun alat analisis yang digunakan menurut FAO (1995) sesuai dengan standar Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) yaitu terdapat 9 (sembilan ) kriteria suatu alat tangkap dikatakan ramah terhadap lingkungan, antara lain :
Makalah ini bertujuan untuk mengkaji keramahan alat tangkap menurut klasifikasi statistik internasional standar FAO. adapun alat analisis yang digunakan menurut FAO (1995) sesuai dengan standar Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) yaitu terdapat 9 (sembilan ) kriteria suatu alat tangkap dikatakan ramah terhadap lingkungan, antara lain :
Pembangunan teknologi penangkapan ikan mengalami
perkembangan yang signifikan dari waktu ke waktu seiring dengan pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada awalnya penangkapan ikan masih menggunakan
alat-alat yang sederhana, tetapi setelah adanya penemuan-penemuan besar di abad
pertengahan seperti mesin uap, pembuatan kapal baja dsb, maka bidang perikanan
pun mengalami kemajuan dengan dioperasikannya kapal penangkap ikan bermesin uap
yang dapat melayari perairan yang jauh. Pembangunan teknologi perikanan
senantiasa berkembang seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari
berbagai disiplin ilmu yang memudahkan manusia dalam melakukan kegiatan
penangkapan ikan. Namun penggunaan teknologi yang ada harus dilakukan secara
bijaksana sehingga tidak terjadi tragedi teknologi dalam bidang perikanan
seperti halnya tragedi bom atom, teknologi menyebabkan kerusakan bagi manusia.
Oleh sebab itulah dirancanglah bermacam – macam alat tangkap
yang ramah lingkungan sehingga dapat mengurangi kerusakan – kerusakan yang
sering terjadi pada saat penangkapan dan dapat meningkatkan hasil tangkapan
nelayan. Ada beberapa pendapat para ahli tentang klasifikasi jenis-jenis alat
tangkap yang ramah lingkungan, seperti klasifikasi dan standar internasional
FAO (Food Agriculture Organization).
Dalam rangka Pengelolaan Sumberdaya Perikanan, baik perikanan
skala kecil maupun perikanan skala menengah dan skala besar (industri) pihak
pemerintah selalu berupaya melakukan pembaharuan atau modifikasi alat tangkap
dan penerapan regulasi perikanan yang sesuai dengan perkemabangan ilmu
pengetahuan dan teknologi penangkapan,
Sedangkan pihak masyarakat dan perusahaan perikanan
diharapkan dapat memenuhi dan mentaati atau mematuhi regulasi perikanan,
sehingga diharapkan terciptanya pengelolaan sumberhayati perikanan yang
berkelanjutan, bertanggung jawab dan ramah lingkungan. Sehingga dari penjelasan
diatas maka perlu untuk memahami dan mengetahui penggunaan alat tangkap
sehingga tidak merusak biota, habitat, dan sumberdaya yang lainnya.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan
masalah pada penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa
yang dimaksud dengan alat tangkap cantrang dan payang ?
2. Bagaimana
cara pengoperasian alat tangkap cantrang dan payang?
3. Menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penangkapan pada alat tangkap
cantrang dan payang !
C.
Tujuan
Dan Manfaat
Adapun tujuan
dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. dapat
mengetahui cara pengoperasian alat tangkap cantrang dan di perairan
2. untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan alat tangkap cantrang dan payang.
3. Untuk
mengetahu\i factor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan penangkapan
dengan menggunakan alat tangkap cantrang dan payang.
Manfaat dari penyusunan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Sebagai bahan bacaan dan referensi
daslam penyusunan tugas-tugas yang berhubungan dengan alat tangkap cantrang dan
payang
2.
Sebagai bahan bacaan utntuk menambah
wawasan mahasiswa dalam memahami penggunaan alat tangkap cantrang dan payang di
perairan
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Kriteria
Alat Tangkap Ikan yang Ramah Lingkungan
Di Indonesia saat ini, telah banyak dikembangkan metode
penangkapan yang tidak merusak lingkungan (Anonim. 2006). Selain karena
tuntutan dan kecaman dunia internasional yang akan memboikot ekspor dari negara
yang sistem penangkapan ikannya masih merusak lingkungan, pemerintah juga telah
berupaya untuk melaksanakan tata cara perikanan yang bertanggung jawab.
Food Agriculture Organization (FAO, sebuah lembaga di bawah naungan Perserikatan Bangsa Bangsa yang menangani masalah pangan dan pertanian dunia), pada tahun 1995 mengeluarkan suatu tata cara bagi kegiatan penangkapan ikan yang bertanggung jawab (Code of Conduct for Resposible Fisheries- CCRF).
Food Agriculture Organization (FAO, sebuah lembaga di bawah naungan Perserikatan Bangsa Bangsa yang menangani masalah pangan dan pertanian dunia), pada tahun 1995 mengeluarkan suatu tata cara bagi kegiatan penangkapan ikan yang bertanggung jawab (Code of Conduct for Resposible Fisheries- CCRF).
Dalam CCRF ini, FAO menetapkan serangkaian kriteria bagi
teknologi penangkapan ikan ramah lingkungan. Sembilan kriteria tersebut adalah
sebagai berikut:
1.
Alat tangkap harus memiliki selektivitas yang tinggi.
Artinya, alat tangkap tersebut diupayakan hanya dapat
menangkap ikan/organisme lain yang menjadi sasaran penangkapan saja. Ada dua
macam selektivitas yang menjadi sub kriteria, yaitu selektivitas ukuran dan
selektivitas jenis. Sub kriteria ini terdiri dari (yang paling rendah hingga
yang paling tinggi):
- Alat menangkap lebih dari tiga spesies dengan ukuran yang berbeda jauh
- Alat menangkap tiga spesies dengan ukuran yang berbeda jauh
- Alat menangkap lebih dari tiga spesies dengan ukuran yang berbeda jauh
- Alat menangkap tiga spesies dengan ukuran yang berbeda jauh
-
Alat menangkap kurang dari tiga spesies dengan ukuran yang kurang lebih sama.
- Alat menangkap satu spesies saja dengan ukuran yang kurang lebih sama.
- Alat menangkap satu spesies saja dengan ukuran yang kurang lebih sama.
2.
Alat tangkap yang digunakan tidak merusak habitat, tempat tinggal dan
berkembang biak ikan dan organisme lainnya.
Ada pembobotan yang digunakan dalam kriteria ini yang
ditetapkan berdasarkan luas dan tingkat kerusakan yang ditimbulkan alat
penangkapan. Pembobotan tersebut adalah sebagai berikut (dari yang rendah
hingga yang tinggi):
- Menyebabkan kerusakan habitat pada wilayah yang luas
- Menyebabkan kerusakan habitat pada wilayah yang sempit
- Menyebabkan sebagian habiat pada wilayah yang sempit
- Aman bagi habitat (tidak merusak habitat)
- Menyebabkan kerusakan habitat pada wilayah yang luas
- Menyebabkan kerusakan habitat pada wilayah yang sempit
- Menyebabkan sebagian habiat pada wilayah yang sempit
- Aman bagi habitat (tidak merusak habitat)
3. Tidak
membahayakan nelayan (penangkap ikan).
Keselamatan manusia menjadi syarat penangkapan ikan, karena
bagaimana pun, manusia merupakan bagian yang penting bagi keberlangsungan
perikanan yang produktif. Pembobotan resiko diterapkan berdasarkan pada tingkat
bahaya dan dampak yang mungkin dialami oleh nelayan, yaitu (dari rendah hingga
tinggi):
-
Alat tangkap dan cara penggunaannya dapat berakibat kematian pada nelayan
- Alat tangkap dan cara penggunaannya dapat berakibat cacat menetap (permanen) pada nelayan
- Alat tangkap dan cara penggunaannya dapat berakibat cacat menetap (permanen) pada nelayan
-
Alat tangkap dan cara penggunaannya dapat berakibat gangguan kesehatan yang
sifatnya sementara
-
Alat tangkap aman bagi nelayan
4.
Menghasilkan ikan yang bermutu baik.
Jumlah ikan yang banyak tidak berarti bila ikan-ikan tersebut
dalam kondisi buruk. Dalam menentukan tingkat kualitas ikan digunakan kondisi
hasil tangkapan secara morfologis (bentuknya). Pembobotan (dari rendah hingga tinggi)
adalah sebagai berikut:
-
Ikan mati dan busuk
-
Ikan mati, segar, dan cacat fisik
-
Ikan mati dan segar
-
Ikan hidup
5.
Produk tidak membahayakan kesehatan konsumen.
Ikan yang ditangkap dengan peledakan bom pupuk kimia atau
racun sianida kemungkinan tercemar oleh racun. Pembobotan kriteria ini
ditetapkan berdasarkan tingkat bahaya yang mungkin dialami konsumen yang harus
menjadi pertimbangan adalah (dari rendah hingga tinggi):
-
Berpeluang besar menyebabkan kematian konsumen
-
Berpeluang menyebabkan gangguan kesehatan konsumen
-
Berpeluang sangat kecil bagi gangguan kesehatan konsumen
-
Aman bagi konsumen
6.
Hasil tangkapan yang terbuang minimum.
Alat tangkap yang tidak selektif (lihat butir 1), dapat
menangkap ikan/organisme yang bukan sasaran penangkapan (non-target). Dengan
alat yang tidak selektif, hasil tangkapan yang terbuang akan meningkat, karena
banyaknya jenis non-target yang turut tertangkap. Hasil tangkapan non target, ada
yang bisa dimanfaatkan dan ada yang tidak. Pembobotan kriteria ini ditetapkan
berdasarkan pada hal berikut (dari rendah hingga tinggi):
-
Hasil tangkapan sampingan (by-catch) terdiri dari beberapa jenis (spesies) yang
tidak laku dijual di pasar
-
Hasil tangkapan sampingan (by-catch) terdiri dari beberapa jenis dan ada yang
laku dijual di pasar
-
Hasil tangkapan sampingan (by-catch) kurang dari tiga jenis dan laku dijual di
pasar
- Hasil tangkapan sampingan (by-catch) kurang dari tiga jenis dan berharga tinggi di pasar.
- Hasil tangkapan sampingan (by-catch) kurang dari tiga jenis dan berharga tinggi di pasar.
7.
Alat tangkap yang digunakan harus memberikan dampak minimum terhadap keanekaan
sumberdaya hayati (biodiversity).
Pembobotan kriteria ini ditetapkan berdasasrkan pada hal
berikut (dari rendah hingga tinggi):
-
Alat tangkap dan operasinya menyebabkan kematian semua mahluk hidup dan merusak
habitat.
-
Alat tangkap dan operasinya menyebabkan kematian beberapa spesies dan merusak
habitat
-
Alat tangkap dan operasinya menyebabkan kematian beberapa spesies tetapi tidak
merusak habitat
-
Aman bagi keanekaan sumberdaya hayati
8.
Tidak menangkap jenis yang dilindungi undang-undang atau terancam punah.
Tingkat bahaya alat tangkap terhadap spesies yang dilindungi
undangundang ditetapkan berdasarkan kenyataan bahwa:
-
Ikan yang dilindungi sering tertangkap alat
-
Ikan yang dilindungi beberapa kali tertangkap alat
-
Ikan yang dilindungi .pernah. tertangkap
-
Ikan yang dilindungi tidak pernah tertangkap
9.
Diterima secara sosial.
Penerimaan masyarakat terhadap suatu alat tangkap, akan
sangat tergantung pada kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di suatu tempat.
Suatu alat diterima secara sosial oleh masyarakat bila: (1) biaya investasi
murah, (2) menguntungkan secara ekonomi, (3) tidak bertentangan dengan budaya
setempat, (4) tidak bertentangan dengan peraturan yang ada. Pembobotan Kriteria
ditetapkan dengan menilai kenyataan di lapangan bahwa (dari yang rendah hingga
yang tinggi):
- Alat tangkap memenuhi satu dari empat butir persyaratan di atas
- Alat tangkap memenuhi satu dari empat butir persyaratan di atas
-
Alat tangkap memenuhi dua dari empat butir persyaratan di atas
-
Alat tangkap memenuhi tiga dari empat butir persyaratan di atas
-
Alat tangkap memenuhi semua persyaratan di atas
Bila ke sembilan kriteria ini dilaksanakan secara konsisten
oleh semua pihak yang terlibat dalam kegiatan penangkapan ikan, maka dapat
dikatakan ikan dan produk perikanan akan tersedia untuk dimanfaatkan secara
berkelanjutan. Hal yang penting untuk diingat bahwa generasi saat ini memiliki
tanggung jawab moral untuk memastikan ketersediaan sumberdaya ikan bagi
generasi yang akan datang dengan pemanfaatan sumberdaya ikan yang
berkesinambungan dan lestari. Perilaku yang bertanggung jawab ini dapat
memelihara, minimal mempertahankan stok sumberdaya yang ada kemudian akan
memberikan sumbangan yang penting bagi ketahanan pangan (food security), dan
peluang pendapatan yang berkelanjutan.
B.
Jenis-jenis
Alat Tangkap Ikan Menurut Klasifikasi FAO
1. Surrounding
net (Jaring Lingkar)
Jaring lingkar merupakan alat penangkapan ikan yang mempunyai
prinsip penangkapan dengan cara melingkari gerombolan ikan sasaran tangkap
menggunakan jaring yang dioperasikan dengan perahu atau kapal serta didukung
sarana alat bantu penangkapan sesuai untuk mendukung efektivitas dan efisiensi
pengoperasiannya. Desian dan konstruksi jaring ingkar berkembang disesuaikan
dengan target ikan tangkapan yang dikehendaki, sehingga terdapat bergagai
bentuk dan ukuran jaring lingkar serta sarana apung maupun alat bantu
penangkapan yang digunakan.
Alat ini ditujukan sebagai penangkap ikan pelagis yang
bergerombol di permukaan. Pada umumnya, alat ini berbentuk empat persegi
panjang dilengkapi yang dilewatkan melalui cincin yang diikatkan pada bagian
bawah jaring (tali ris bawah. Dengan menarik tali kerucut bagian bawah ini,
jaring dapat dikuncupkan (lihat gambar) dan jaring akan membentuk semacam
“mangkuk”.
Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap jaring lingkar terdiri dari ; 1. With purse lines (Purse seines), 2. One boat operated purse seines, 3. Two boats operated purse seines, 4. Without purse lines (lampara).
Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap jaring lingkar terdiri dari ; 1. With purse lines (Purse seines), 2. One boat operated purse seines, 3. Two boats operated purse seines, 4. Without purse lines (lampara).
2. Seine
net (Pukat)
Seine nets atau pukat atau pukat tarik merupakan alat
penangkapan ikan berkantong tanpa alat pembuka mulut jaring. Pengoperasiannya
dengan cara melingkari gerombolan ikan dan menariknya ke kapal yang sedang
berhenti/berlabuh jangkar atau ke darat/pantai melalui kedua bagian sayap tali
selambar.
Desain dan konstruksi pukat tarik disesuaikan dengan terget
ikan tangkapan yang dikehendaki, sehingga terdapat berbagai bentuk dan ukuran
pukat tarik serta sarana apung maupun alat bantu penangkapan ikan yang
digunakan.
Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap pukat tarik terdiri dari :
Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap pukat tarik terdiri dari :
-
Beach seines
-
Boat or vessel seines
a.
Danish seines
b.
Scottish seines
c.
Pair seines
-
Seine nets (not specified)
Pukat
(Sumber: Subani dan Barus 1989)
3. Trawl
Secara teknis, baik menurut umum ataupun mengikuti standar
ISSCFG (International Standard Statistical Classification Fishing Gear), FAO
(Nedelec and Prado 1990) “Trawl” adalah alat penangkap ikan yang mempunyai
target spesies baik untuk menangkap ikan maupun untuk udang. Trawl memiliki
kreteria yaitu (a) jaring berbentuk kantong (pukat) baik yang berasal dari
karakteristik asli maupun hasil modifikasi. (b) miliki kelengkapan jaring
(pukat) untuk alat pembuka mulut jaring baik palang/gawang (beam) atau sepasang
papan rentang (otter board) dengan cara operasi dihela atau diseret (towing)
oleh sebuah kapal (c) Tanpa memiliki kelengkapan jaring (pukat) dengan cara
operasi dihela oleh dua buah kapal.
Trawl hasil modifikasi adalah alat tangkap yang masuk
kategori trawl, karena adanya perubahan desain konstruksi , karakteristik
jaring dan metode operasi penangkapan dengan ciri-ciri (c) ada perubahan bentuk
dan ukuran dari jaring aslinya , terutama pemendekan ukuran sayap (b) teknik
pemotongan bagian jaring masih menggunakan potongan lurus (all point dan all
mesh), (c) kebanykan belum menambah bagian medan jaring (square) masih tetap
seperti kondisi aslinya (d) ada penambahan kelengkapan janng berfungsi alat
pembuka mulut jaring baik berupa palang/gawang (beam) maupun papan rentang
(otter board) dad kondisi aslinya. Okda perubahan metode pengoperasian dari
cara ditarik dari atas perahu atau pantai menjadi cara dengan diseret / dihela
oleh sebuah kapal.
Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap trawl terdiri dari:
Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap trawl terdiri dari:
-
Bottom trawls
a. beam trawls
b. otter trawl
c. pair trawls
d. nephrops trawls
e. shrimp trawls
f. bottom trawls
(not specified)
-
Midwater trawls
-
Otter twin trawls
-
Otter trawls (not specified)
-
Pair trawls (not specified)
-
Other trawls (not specified)
4.
Dredge (Penggaruk)
Penggaruk merupakan alat penangkap ikan berbingkai kayu atau
besi yang bergerigi atau bergancu di bagian bawahnya, yang dilengkapi atau
tanpa jaring/bahan lainnya. Penggaruk dioperasikan dengan cara menggaruk di
dasar perairan dengan atau tanpa perahu untuk menangkap kekerangan dan biota
lainnya.
Desain dan konstruksi penggaruk disesuaikan dengan target
ikan tangkapan yang dikehendaki, sehingga terdapat berbagai bentuk dan ukuran
penggaruk serta sarana apung maupun alat bantu penangkapan ikan yang digunakan.
Menurut International Standard Statistical Classificarion on
Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990),
kelompok alat tangkap penggaruk terdiri dari : 1 ). Boat Dredges dan; 2). Hand
Dredges.
Metode pengoperasian penggaruk dilakukan dengan cara menarik ataupun menghela pengaruk di dasar perairan sehingga hasil tangkapan berupa kekerangan, teripang, dan lainnya bisa terkumpul dan tertangkap serta masuk ke dalam penggaruk.
Metode pengoperasian penggaruk dilakukan dengan cara menarik ataupun menghela pengaruk di dasar perairan sehingga hasil tangkapan berupa kekerangan, teripang, dan lainnya bisa terkumpul dan tertangkap serta masuk ke dalam penggaruk.
5.
Lift net (Jaring Angkat)
Jaring angkat dioperasikan dengan menurunkan dan
mengangkatnya secara vertikal. Jaring ini biasanya dibuat dengan bahan jaring
nion yang menyerupai kelambu, karena ukuran mata jaringnya yang kecil (sekitar
0,5 cm). Jaring kelambu kemudian diikatkan pada bingkai bambu atau kayu yang
berbentuk bujur sangkar.
Dalam penggunaannya, jaring angkat sering menggunakan lampu
atau umpan untuk mengundang ikan. Biasanya dioperasikan dari perahu, rakit,
bangunan tetap, atau langsung.
Dari bentuk dan cara penggunaannya, jaring angkat dapat
mencakup bagan perahu, bagan tancap (termasuk kelong), dan serok
Jaring
Angkat (Sumber: Subani dan Barus. 1989)
6.
Falling gear (alat yang dijatuhkan)
Alat yang dijatuhkan atau ditebarkan merupakan alat
penangkapan ikan yang pengoperasiannya dilakukan dengan ditebarkan atau
dijatuhkan untuk mengurung ikan dengan atau tanpa kapal.
Desain dan konstruksi alat yang dijatuhkan atau ditebarkan
disesuaikan dengan target ikan tangkapan yang dihendaki. Berkaitan dengan hal
ini maka terdapat berbagai bentuk dan ukuran serta sarana apung maupun alat
bantu penangkapan ikan yang digunakan. Menurut International Standard
Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO
(Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap yang dijatuhkan atau ditebarkan
terdiri dari: 1) Cast nets; dan 2); Falling gears (not specified).
7.
Gill net, entangling nets (Jaring Insang Dan Jaring Puntal)
Jaring insang (gill net) merupakan alat penangkapan ikan
berbentuk empat persegi panjang yang ukuran mata jaringnya merata dan
dilengkapi dengan pelampung, pemberat, tali ris atas dan tali ris bawah atau
tanpa tali ris bawah.
Jaring insang digunakan untuk menangkap ikan dengan cara menghadang ruaya gerombolan ikan. Ikan-ikan yang tertangkap pada jaring umumnya karena terjerat di bagian belakang penutup insang atau terpuntal oleh mata jaring. Biasanya ikan yang tertangkap dalam jaring ini adalah jenis ikan yang migrasi vertical maupun horizontalnya tidak terlalu aktif.
Jaring insang digunakan untuk menangkap ikan dengan cara menghadang ruaya gerombolan ikan. Ikan-ikan yang tertangkap pada jaring umumnya karena terjerat di bagian belakang penutup insang atau terpuntal oleh mata jaring. Biasanya ikan yang tertangkap dalam jaring ini adalah jenis ikan yang migrasi vertical maupun horizontalnya tidak terlalu aktif.
8.
Trap (perangkap)
Perangkap merupakan alat penangkapan ikan yang mempunyai
prinsip penangkapan dengan cara memperangkap ikan dengan menggunakan jaring dan
atau bahan lainnya yang dioperasikan dengan atau tanpa perahu atau kapal.
Desain dan konstruksi perangkap disesuaikan dengan target ikan tangkapan yang dikehendaki, sehingga terdapat berbagai bentuk dan ukuran perangkap.
Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap perangkap terdiri dari:
Desain dan konstruksi perangkap disesuaikan dengan target ikan tangkapan yang dikehendaki, sehingga terdapat berbagai bentuk dan ukuran perangkap.
Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap perangkap terdiri dari:
- Stationary uncovered pounds nets
- Pots
- Fyke nets
- Stow nets
- Barriers, fences, weirs, dll
- Aerial traps
- Traps (not specified)
- Pots
- Fyke nets
- Stow nets
- Barriers, fences, weirs, dll
- Aerial traps
- Traps (not specified)
9.
Hook and line (pancing)
Hook and line (pancing) merupakan alat penangkapan ikan yang
mempunyai prinsip penangkapan dengan memancing ikan target sehingga terkait
dengan mata pancing yang dirangkai dengan tali menggunakan atau tanpa umpan.
Desain dan konstruksi pancing disesuaikan dengan target ikan tangkapan yang dikehendaki, sehingga terdapat berbagai bentuk dan ukuran pancing serta sarana apung maupun alat bantu penangkapan ikan yang digunakan.
Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap hooks and lines ini terdiri dari:
Desain dan konstruksi pancing disesuaikan dengan target ikan tangkapan yang dikehendaki, sehingga terdapat berbagai bentuk dan ukuran pancing serta sarana apung maupun alat bantu penangkapan ikan yang digunakan.
Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap hooks and lines ini terdiri dari:
- Handlines and
pole-lines (hand operated)
- Handlines and pole-lines (mechanized)
- Set longlines
- Drifting longlines
- Longlines (not specified)
- Trolling lines
- Hook and lines (not specified)
- Handlines and pole-lines (mechanized)
- Set longlines
- Drifting longlines
- Longlines (not specified)
- Trolling lines
- Hook and lines (not specified)
10.
Grappling and wounding gear (pengait dan alat yang melukai)
Alat pengait/penjepit dan alat yang melukai merupakan alat
penangkapan ikan yang mempunyai prinsip penangkapan dengan cara menerkam,
mengait/menjepit, melukai atau membunuh sasaran tangkap yang dilakukan dari
atasu kapal atau tanpa menggunakan kapal. Desain dan konstruksi alat penjepit
dan melukai mempunyai bentuk runcing/tajam pada salah satu ujungnya.
Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap pengait dan alat yang melukai ini adalah harpoon.
Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap pengait dan alat yang melukai ini adalah harpoon.
11.
Harvesting machine (mesin pemanen)
Yang dimaksud dengan Pump fishing adalah suatu alat tangkap
tanpa menggunakan jaring tetapi dengan menggunakan pompa untuk menyedot
ikan,udang,cumi-cumi dan krill plankton masuk ke dalam kapal. Alat tangkap ini
dioperasikan pada kedalaman 110 meter dengan catchable area 20cm. Efektifnya
menangkap cumi-cumi .
12.
Alat tangkap lainnya.
Alat-alat lainnya merupakan alat penangkapan ikan yang tidak
termasuk ke dalam penggolongan kelompok sebelumnya, dimana prinsip penangkapan
tidak dengan cara menjerat, memancing, memerangkap, mencengkram,
mengait/menjepit, melukai atau membunuh sasaran tangkap.
Desain dan konstruksi alat tangkap lainnya ini merupakan
konstruksi yang bentuknya tidak terdapat pada setiap kelompok sebelumnya.
Sehingga dapat digolongkan sebagai kelompok tersendiri dan dimungkinkan akan
mengalami perkembangan sesuai dengan modifikasi dan kreatifitas nelayan dalam
rangka menciptakan rancang bangun alat penangkap ikan ke depan sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan teknologi penangkapan ikan yang ada.
Menurut International Standard Statistical Classificarion on
Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990),
kelompok alat tangkap lainnya ini adalah: Miscellaneous Gear. Sebagai
informasi, di Indonesia alat tangkap muro ami, serok teri dan alat penangkap
lobster termasuk dalam kategori alat tangkap ini.
Metode yang digunakan dalam kajian keramahan alat tangkap
ikan ini dengan pendekatan destkriptif yaitu menilai dan mengkaji karakteristik
dari suatu alat tangkap menurut klasifikasi statistik internasional standar FAO
dengan ke-9 (sembilan) kriteria keramahan menurut standart FAO. Disebabkan
karena banyaknya jenis alat tangkap dalam suatu klasifikasi, maka untuk
memudahkan pengkajiannya penulis membatasi salah satu alat tangkap saja yang
disebutkan sebagai dalam contoh yang termasuk dalam klasifikasi alat tangkap
tersebut.
Selanjutnya mencatat kriteria yang kurang memenuhi persyaratan sebagai alat tangkap yang ramah lingkungan dan dari kriteria tersebut diberikan solusi untuk meningkatkan keramahannya. Adapun alat tangkap menurut klasifikasi statistik internasional standar FAO :
Selanjutnya mencatat kriteria yang kurang memenuhi persyaratan sebagai alat tangkap yang ramah lingkungan dan dari kriteria tersebut diberikan solusi untuk meningkatkan keramahannya. Adapun alat tangkap menurut klasifikasi statistik internasional standar FAO :
1. Surrounding
net (Jaring Lingkar)
Contoh
: Jaring Lingkar/Puse seine
Dari sembilan kriteria yang digunakan dalam mengkaji
keramahan alat tangkap surrounding net, dua kriteria yang kurang memenuhi
sebagai persyaratan puse seine yang ramah lingkungan. Kedua kriteria tersebut
adalah :
1. Selektifitas. Khusus selektifitas ini diperlukan penelitian lebih lanjut terutama untuk mengetahui berapa spesies yang tertangkap dalam satu kali hauling dan ukuran catch (panjang total dan lingkar tubuh) di fishing ground tertentu. Hal ini disebabkan dapat saja diketahui selektifitas yang berbeda pada fishing ground yang berbeda pula, 2. Biaya investasi yang tinggi dalam satu unit penangkapan
Dari kedua kriteria tersebut dapat diberikan solusi untuk meningkatkan keramahannya, untuk selektifitas diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan kurva selektifitasnya. Biaya investasi yang tinggi dapat diatasi dengan memberdayakan kelompok nelayan,setiap anggota mempunyai saham sesuai dengan jenis dan besarnya kontribusinya.
1. Selektifitas. Khusus selektifitas ini diperlukan penelitian lebih lanjut terutama untuk mengetahui berapa spesies yang tertangkap dalam satu kali hauling dan ukuran catch (panjang total dan lingkar tubuh) di fishing ground tertentu. Hal ini disebabkan dapat saja diketahui selektifitas yang berbeda pada fishing ground yang berbeda pula, 2. Biaya investasi yang tinggi dalam satu unit penangkapan
Dari kedua kriteria tersebut dapat diberikan solusi untuk meningkatkan keramahannya, untuk selektifitas diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan kurva selektifitasnya. Biaya investasi yang tinggi dapat diatasi dengan memberdayakan kelompok nelayan,setiap anggota mempunyai saham sesuai dengan jenis dan besarnya kontribusinya.
2.
Seine net (Pukat)
Contoh
: Pukat pantai/Beach seine
Dari
sembilan kriteria yang digunakan dalam mengkaji keramahan alat tangkap pukat
pantai, terdapat satu kriteria yang kurang memenuhi sebagai persyaratan puse
seine yang ramah lingkungan. Kedua kriteria tersebut adalah :
Selektifitas. Sama halnya dengan puse seine, pukat pantai juga diperlukan penelitian lebih lanjut dalam hal selektifitasnya ukuran catch (panjang total dan lingkar tubuh) pada suatu fishing ground tertentu. Dari kriteria tersebut solusi yang dapat diberikan untuk meningkatkan keramahannya, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan kurva selektifitasnya.
Selektifitas. Sama halnya dengan puse seine, pukat pantai juga diperlukan penelitian lebih lanjut dalam hal selektifitasnya ukuran catch (panjang total dan lingkar tubuh) pada suatu fishing ground tertentu. Dari kriteria tersebut solusi yang dapat diberikan untuk meningkatkan keramahannya, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan kurva selektifitasnya.
C.
Alat
Tangkap Payang
Peranan ikan laut
sebagai sumber protein hewani dewasa ini semakin penting, karena semakin
banyaknya permasalahan yang dihadapi dalam pengadaan daging ternak seperti
masalah penyakit menular dari hewan ternak serta semakin tingginya harga daging
ternak. Sementara keberadaan ikan laut di Indonesia sangat melimpah. Ikan laut
merupakan kekayaan alam yang tidak habis-habisnya selama dapat mengelola dengan
baik karena di laut yang sangat luas terjadi kesadaran masyarakat akan
pentingnya laut semakin baik, berbagai proses perbaikan stok ikan baik melalui
pertumbuhan fertilitas, migrasi ikan dan lain-lain. Ikan yang ada di laut ini
harus dapat dimanfaatkan dengan baik melalui proses penangkapan ikan. Untuk
melakukan penangkapan harus menggunakan alat tangkap yang sesuai dengan
karakteristik tingkah laku dan habitat ikan yang berada di laut tersebut.
Keberadaan ikan dalam
suatu kawasan perairan umumnya dihuni oleh berbagai jenis dan macam ikan yang
terjalin dalam suatu rantai makanan. Ikan-ikan tertentu yang popolasinya
besarnya umumnya muncul secara periodik berdasarkan musimnya.
Berbagai jenis alat
tangkap telah dikembangkan untuk membantu mempermudah proses penangkapan ikan
di laut. Alat tangkap dikembangkan dengan mengacu pada tingkah laku jenis ikan
dan habitat dimana ikan berada. Berdasarkan habitat tersebut, sumber daya ikan
dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu ikan pelagis (permukaan) dan
ikan demersial (ikan dasar). Ikan pelagis umumnya memiliki jumlah populasi yang
sangat banyak sehingga untuk melakukan penangkapan diperlukan alat tangkap yang
paling efektif diantaranya adalah jaring. Sesuai dengan karakteristik habitat
dan tingkah laku ikan pelagis,kemudian dikembangkan beberapa alat tangkap,
seperti : jaring payang, gillnet, pursein dan trawll.
Jaring payang merupakan
salah satu jenis alat tangkap yang cukup produktif digunakan untuk penangkapan ikan di kolom air
dan banyak tersebar di seluruh perairan Indonesia. Namun demikian kadang kala
tiap daer kan modifikasi, sebagai contoh bahwa jaring payang dikenal di
perairan Laut Jawa dan di Perairan Belitung dengan ukuran yang agak berbeda.
Secara spesifik jaring
payang merupakan salah satu bentuk jaring penangkapan ikan yang terdiri atas
kantong jaring, kaki jaring dan tali jaring. Mata jaring memiliki ukuran
standar yang telah ditentukan dan direkomendasi oleh pemerintah.
Jaring payang banyak
digunakan oleh usaha kecil menengah, karena jaring payang memerlukan biaya yang
relatif kecil sehingga terjangkau oleh nelayan kecil dan dioperasionalkan cukup
dengan satu perahu dan 5 orang anak buah kapal (ABK). Sebagian besar pengguna
jaring payang adalah nelayan tradisional dan berpendidikan rendah.
Gambar 1. Alat Tangkap Payang
Payang adalah termasuk alat penangkap ikan
yang sudah lama dikenal nelayan Indonesia. Payang adalah pukat kantong yang
digunakan untuk menangkap gerombolan ikan permukaan (pelagic fish). Kedua
sayapnya berguna untuk menakut-nakuti atau mengejutkan serta menggiring ikan
untuk masuk ke dalam kantong. Cara operasinya adalah dengan melingkari
gerombolan ikan dan kemudian pukat kantong tersebut ditarik ke arah kapal.
Payang hampir dikenal di seluruh daerah
perikanan laut Indonesia dengan nama yang berbeda-beda, antara lain: payang
(Jakarta, Tegal, Pekalongan, Batang dan daerah lain di pantai utara Jawa),
payang uras (Selat Bali dan sekitarnya), payang ronggeng (Bali Utara), payang
gerut (Bawean), payang puger (daerah Puger), payang jabur (Padelengan/ Madura,
Lampung), pukat nike (Gorontalo), pukat banting Aceh (Sumatera Utara, Aceh),
pukat tengah (Sumatera Barat: Pariaman, Sungai Limau, Perairan Tiku), jala
lompo (Kaltim, Sulsel), panja/pajala (Muna, Buton, Luwuk, Banggai), pukat buton
(Air Tembaga, Gorontalo, Manokwari, Kupang, Kalabai, Kendari, Flores), jala
uras (Sumbawa, Manggarai/Flores).
Konstruksi
Payang adalah pukat kantong lingkar yang secara garis besar
terdiri dari bagian kantong (bag), badan/ perut (body/belly) dan kaki/ sayap
(leg/wing). Namun ada juga pendapat yang membagi hanya menjadi 2 bagian, yaitu
kantong dan kaki. Bagian kantong umumnya terdiri dari bagian-bagian kecil yang
tiap bagian mempunyai nama sendiri-sendiri. Namun bagian-bagian ini untuk tiap
daerah umumnya berbeda-beda sesuai daerah masing-masing.
Besar mata mulai dari ujung kantong sampai dengan ujung kaki
berbeda-beda, bervariasi mulai dari 1 cm (atau kadang kurang) sampai ± 40 cm.
Berbeda dengan jaring trawl di mana bagian bawah mulut jaring (bibir
bawah/underlip) lebih menonjol ke belakang, maka untuk payang justru bagian
atas mulut jaring (upperlip) yang menonjol ke belakang. Hal ini dikarenakan
payang tersebut umumnya digunakan untuk menangkap jenis-jenis ikan pelagik yang
biasanya hidup dibagian lapisan atas air atau kurang Iebih demikian dan mempunyai
sifat cenderung lari ke lapisan bawah bila telah terkurung jaring. Oleh karena
bagian bawah mulut jaring lebih menonjol ke depan maka kesempatan lolos menjadi
terhalang dan akhirnya masuk ke dalam kantong jaring.
Pada bagian bawah kaki/sayap dan mulut jaring diberi
pemberat. Sedangkan bagian atas pada jarak tertentu diberi pelampung. Pelampung
yang berukuran paling besar ditempatkan di bagian tengah dan mulut jaring. Pada
kedua ujung depan kaki/sayap disambung dengan tali panjang yang umumnya disebut
tali selambar (tali hela/tali tarik).
Metode pengoperasian
Penangkapan dengan jaring payang dapat dilakukan baik pada
malam maupun siang hari. Untuk malam hari terutama pada hari-hari gelap (tidak
dalam keadaan terang bulan) dengan menggunakan alat bantu lampu petromaks
(kerosene pressure lamp). Sedang penangkapan yang dilakukan pada siang hari
menggunakan alat bantu rumpon/payaos (fish aggregating device) atau kadang kala
tanpa alat bantu rumpon, yaitu dengan cara menduga-duga ditempat yang dikira banyak
ikan atau mencari gerombolan ikan. Kalau gerombolan ikan yang diburu tadi
kebetulan tongkol dalam penangkapan ini disebut oyokan tongkol.
Penggunaan rumpon untuk alat bantu penangkapan dengan payang
meliputi 95% lebih.
Penangkapan dengan payang
dan sejenisnya ini dapat dilakukan baik dengan perahu layar maupun dengan kapal
motor. Penggunaan tenaga berkisar antara 6 orang untuk payang berukuran kecil
dan 16 orang untuk payang besar.
Daerah penangkapan
Daerah penangkapan dan payang ini pada perairan yang tidak
terlalu jauh dan pantai atau daerah subur yang tidak terdapat karang. Hasil
tangkapan terutama jenis-jenis pelagik kecil (layang, solar, kembung, lemuru,
tembang japuh dan lain-lain). Hasil tangkapan sangat tergantung keadaan daerah
dan banyak sedikitnya ikan yang berkumpul disekitar rumpon.
Musim
penangkapan
Musim penangkapan dan payang ini sepanjang tahun, kecuali
pada saat-saat tertentu di mana cuaca tidak memungkinkan seperti pada saat
musim barat.
Pemeliharaan alat
Pemeliharaan alat tangkap sebaiknya setelah alat dipakai
dicuci dengan air tawar, bagian yang rusak diperbaiki, dikeringkan di tempat
yang tidak kena sinar matahari secara langsung dan disimpan ditempat yang
bersih.
Pengadaan alat dan bahan jaring
Alat dan bahan jaring bisa diperoleh di semua toko
penlengkapan nelayan di lokasi terdekat atau bisa dipesan dan pabnik janing
“PT. Anida” di Cirebon atau “PT Indoneptun” di Ranca Ekek Bandung. Payang
termasuk alat yang produktifitasnya tinggi dan dikenal hampir diseluruh daerah
perikanan laut Indonesia, namun yang paling banyak adalah di pantai utara Jawa
termasuk Madura, Sulawesi Selatan dan Tenggara.
D.
Cantrang
Danish seine merupakan salah satu jenis alat tangkap dengan
metode penangkapannya tanpa menggunakan otterboards, jaring dapat
ditarik menyusuri dasar laut dengan menggunakan satu kapal. Pada saat penarikan
kapal dapat ditambat (Anchor Seining) atau tanpa ditambat (Fly
Dragging). Pada anchor seining, para awak kapal akan merasa lebih
nyaman pada waktu bekerja di dek dibandingkan Fly dragging. Kelebihan fly
dragging adalah alat ini akan memerlukan sedikit waktu untuk pindah ke
fishing ground lain dibandingkan Anchor seining (Dickson, 1959).
Setelah perang dunia pertama, anchor seining dipakai
nelayan Inggris yang sebelumnya menggunakan alat tangkap Trawl. Dari tahun 1930
para nelayan Skotlandia dengan kapal yang berkekuatan lebih besar dan lebih
berpengalaman menyingkat waktu dan masalah pada anchor seining pada
setiap penarikan alat dengan mengembangkan modifikasi operasi dengan istilah Fly
Dragging atau Scotish Seining. Pada Fly Dragging kapal tetap
berjalan selagi penarikan jaring dilakukan.
Cantrang merupakan alat
tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan demersal yang dilengkapi dua tali
penarik yang cukup panjang yang dikaitkan pada ujung sayap jaring. Bagian utama
dari alat tangkap ini terdiri dari kantong, badan, sayap atau kaki, mulut
jaring, tali penarik (warp), pelampung dam pemberat.
George et al, (1953)
dalam Subani dan Barus (1989). Alat tangkap cantrang dalam pengertian umum
digolongkan pada kelompok Danish Seine yang terdapat di Eropa dan beberapa di
Amerika. Dilihat dari bentuknya alat tangkap tersebut menyerupai payang tetapi
ukurannya lebih kecil.
Setelah dikeluarkannya
KEPRES tentang pelarangan penggunaan alat tangkap Trawl di Indonesia tahun
1980, maka cantrang banyak dipilih nelayan untuk menangkap ikan demersal,
karena dilihat dari fungsi dan hasil tangkapannya cantrang ini hampir memiliki
kesamaan dengan jaring trawl.
Gambar. Alat tangkap cantrang
Kontruksi
Alat Tangkap
Dari segi bentuk (konstruksi) cantrang ini terdiri dari
bagian-bagian :
a)
Kantong (Cod End)
Kantong merupakan bagaian dari jarring yang merupakan tempat
terkumpulnya hasil tangkapan. Pada ujung kantong diikat dengan tali untuk
menjaga agar hasil tangkapan tidak mudah lolos (terlepas).
b) Badan (Body)
Merupakan bagian terbesar dari jaring, terletak antara sayap
dan kantong. Bagian ini berfungsi untuk menghubungkan bagian sayap dan kantong
untuk menampung jenis ikan-ikan dasar dan udang sebelum masuk ke dalam kantong.
Badan tediri atas bagian-bagian kecil yang ukuran mata jaringnya berbeda-beda.
c) Sayap (Wing).
Sayap atau kaki adalah bagian jaring yang merupakan
sambungan atau perpanjangan badan sampai tali salambar. Fungsi sayap adalah
untuk menghadang dan mengarahkan ikan supaya masuk ke dalam kantong.
d) Mulut (Mouth)
Alat cantrang memiliki bibir atas dan bibir bawah yang
berkedudukan sama. Pada mulut jaring terdapat:
1)
Pelampung (float): tujuan umum penggunan pelampung adalah untuk
memberikan daya apung pada alat tangkap cantrang yang dipasang pada bagian tali
ris atas (bibir atas jaring) sehingga mulut jaring dapat terbuka.
2)
Pemberat (Sinker): dipasang pada tali ris bagian bawah dengan tujuan
agar bagian-bagian yang dipasangi pemberat ini cepat tenggelam dan tetap berada
pada posisinya (dasar perairan) walaupun mendapat pengaruh dari arus.
3) Tali
Ris Atas (Head Rope) : berfungsi sebagai tempat mengikatkan bagian sayap
jaring, badan jaring (bagian bibir atas) dan pelampung.
4) Tali
Ris Bawah (Ground Rope) : berfungsi sebagai tempat mengikatkan bagian
sayap jaring, bagian badan jaring (bagian bibir bawah) jaring dan pemberat.
e) Tali
Penarik (Warp)
Berfungsi untuk menarik jarring
selama di operasikan.
f) Karakteristik
Menurut George et al, (1953) dalam Subani dan Barus (1989).
Dilihat dari bentuknya alat tangkap cantrang menyerupai payang tetapi ukurannya
lebih kecil. Dilihat dari fungsi dan hasil tangkapan cantrang menyerupai trawl
yaitu untuk menangkap sumberdaya perikanan demersal terutama ikan dan udang,
tetapi bentuknya lebih sederhana dan pada waktu penangkapannya hanya
menggunakan perahu layar atau kapal motor kecil sampai sedang. Kemudian bagian
bibir atas dan bibir bawah pada Cantrang berukuran sama panjang atau kurang
lebih demikian. Panjang jarring mulai dari ujung belakang kantong sampai pada
ujung kaki sekitar 8-12 m.
Bahan Dan Spesifikasinya
1. Kantong, Bahan terbuat dari polyethylene.
Ukuran mata jaring pada bagian kantong 1 inchi.
2. Badan Terbuat dari polyethylene dan
ukuran mata jaring minimum 1,5 inchi.
3. Sayap terbuat dari polyethylene
dengan ukuran mata jaring sebesar 5 inchi.
4. Pemberat, Bahan pemberat terbuat
dari timah atau bahan lain.
5. Tali ris atas Terbuat dari tali
dengan bahan polyethylene.
6. Tali ris bawah, Terbuat dari tali
dengan bahan polyethylene.
7. Tali penarik, Terbuat dari tali
dengan bahan polyethylene dengan diameter 1 inchi.
Hasil
Tangkapan
Hasil tangkapan dengan
jaring Cantrang pada dasarnya yang tertangkap adalah jenis ikan dasar
(demersal) dan udand seperti ikan petek, biji nangka, gulamah, kerapu, sebelah,
pari, cucut, gurita, bloso dan macam-macam udang (Subani dan Barus, 1989).
Daerah
Penangkapan
langkah awal dalam pengperasian alat tangkap ini adalah
mencari daerah penangkapan (Fishing Ground). Menurut Damanhuri (1980),
suatau perairan dikatakan sebagai daerah penangkapan ikan yang baik apabila
memenuhi persyaratan dibawah ini:
1. Di
daerah tersebut terdapat ikan yang melimpah sepanjang tahun.
2. Alat
tangkap dapat dioperasikan denagn mudah dan sempurna.
3. Lokasi
tidak jauh dari pelabuhan sehingga mudah dijangkau oleh perahu.
4. Keadaan
daerahnya aman, tidak biasa dilalui angin kencang dan bukan daerah badai yang
membahayakan.
Penentuan daerah penangkapan dengan alat tangkap Cantrang
hampir sama dengan Bottom Trawl. Menurut Ayodhyoa (1975), syarat-syarat Fishing
Ground bagi bottom trawl antara lain adalah sebagai berikut:
Karena
jaring ditarik pada dasar laut, maka perlu jika dasar laut tersebut terdiri
dari pasir ataupun Lumpur, tidak berbatu karang, tidak terdapat benda-benda
yang mungkin akan menyangkut ketika jaring ditarik, misalnya kapal yang
tengelam, bekas-bekas tiang dan sebagainya.
Dasar perairan
mendatar, tidak terdapat perbedaan depth yang sangat menyolok.
Perairan
mempunyai daya produktivitas yang besar serta resources yang melimpah.
Alat Bantu Penangkapan
Alat bantu penangkapan cantrang adalah GARDEN.
(Mohammad et al. 1997) dengan alat bantu garden untuk menarik warp memungkinkan
penarikan jaring lebih cepat. Penggunaan garden tersebut dimaksudkan agar
pekerjaan anak buah kapal (ABK) lebih ringan, disamping lebih banyak ikan yang
terjaring sebagai hasil tangkapan dapat lebih ditingkatkan.
Gardanisasi alat tangkap cantrang telah membuka peluang baru
bagi perkembangan penangkapan ikan, yaitu dengan pemakaian mesin kapal dan
ukuran jaring yang lebih besar untuk di operasikan di perairan yang lebih luas
dan lebih dalam.
Teknik
Pengoperasi (Setting dan Houling)
1.
Persiapan
Operasi penangkapan dilakukan pagi hari setelah keadaan
terang. Setelah ditentukan fishing ground nelayan mulai mempersiapkan operasi
penangkapan dengan meneliti bagian-bagian alat tangkap, mengikat tali selambar
dengan sayap jaring.
2. Setting
Sebelum dilakukan penebaran jaring terlebih dahulu
diperhatikan terlebih dahulu arah mata angin dan arus. Kedua faktor ini perlu
diperhatikan karena arah angin akan mempengaruhi pergerakan kapal, sedang arus
akan mempengaruhi pergerakan ikan dan alat tangkap. Ikan biasanya akan bergerak
melawan arah arus sehingga mulut jaring harus menentang pergerakan dari ikan.
Untuk mendapatkan luas area sebesar mungkin maka dalam
melakukan penebaran jaring dengan membentuk lingkaran dan jaring ditebar dari
lambung kapal, dimulai dengan penurunan pelampung tanda yang berfungsi untuk
memudahkan pengambilan tali selambar pada saat akan dilakukan hauling. Setelah
pelampung tanda diturunkan kemudian tali salambar kanan diturunkan →sayap
sebelah kanan → badan sebelah kanan → kantong → badan sebelah kiri → sayap
sebelah kiri → salah satu ujung tali salambar kiri yang tidak terikat dengan
sayap dililitkan pada gardan sebelah kiri. Pada saat melakukan setting kapal
bergerak melingkar menuju pelampung tanda.
3. Hauling
Setelah proses setting selesai, terlebih dahulu jarring
dibiarkan selam ± 10 menit untuk memberi kesempatan tali salambar mencapai
dasar perairan. Kapal pada saat hauling tetap berjalan dengan kecepatan lambat.
Hal ini dilakukan agar pada saat penarikan jaring, kapal tidak bergerak mundur
karena berat jaring. Penarikan alat tangkap dibantu dengan alat gardan sehingga
akan lebih menghemat tenaga, selain itu keseimbangan antara badan kapal sebelah
kanan dan kiri kapal lebih terjamin karena kecepatan penarikan tali salambar
sama dan pada waktu yang bersamaan. Dengan adanya penarikan ini maka kedua tali
penarik dan sayap akan bergerak saling mendekat dan mengejutkan ikan serta
menggiringnya masuk kedalam kantong jaring.
Setelah diperkirakan tali salambar telah mencapai dasar
perairan maka secepat mungkin dilakukan hauling. Pertama-tama pelampung tanda
dinaikkan ke atas kapal → tali salambar sebelah kanan yang telah ditarik
ujungnya dililitkan pada gardan sebelah kanan → mesin gardan mulai dinyalakan
bersamaan dengan mesin pendorong utama hingga kapal bergerak berlahan-lahan →
jaring mulai ditarik → tali salambar digulung dengan baik saat setelah naik
keatas kapal → sayap jaring naik keatas kapal → mesin gardan dimatikan → bagian
jaring sebelah kiri dipindahkan kesebelah kanan kapal → jaring ditarik keatas
kapal → badan jaring → kantong yang berisi hasil tangkapan dinaikkan keatas
kapal. Dengan dinaikkannya hasil tangkapan maka proses hauling selesai
dilakukan dan jaring kembali ditata seperti keadaan semula, sehingga pada saat
melakukan setting selanjutnya tidak mengalami kesulitan.
F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Keberhasilan Penangkapan
1.
Kecepatan dalam menarik jaring pada waktu operasi penangkapan.
2. Arus
Arus akan mempengaruhi pergerakan
ikan dan alat tangkap. Ikan biasanya akan bergerak melawan arah arus sehingga
mulut jaring harus menentang pergerakan dari ikan.
3. Arah angin
Arah
angin akan mempengaruhi pergerakan kapal pada saat operasi penangkapan
dilakukan.
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun
kesimpulan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Seine
nets atau pukat atau pukat tarik merupakan alat penangkapan ikan berkantong
tanpa alat pembuka mulut jaring. Pengoperasiannya dengan cara melingkari
gerombolan ikan dan menariknya ke kapal yang sedang berhenti/berlabuh jangkar
atau ke darat/pantai melalui kedua bagian sayap tali selambar.
2. Jaring
payang merupakan salah satu jenis alat tangkap yang cukup produktif digunakan untuk penangkapan ikan di kolom air
dan banyak tersebar di seluruh perairan Indonesia. Secara spesifik jaring
payang merupakan salah satu bentuk jaring penangkapan ikan yang terdiri atas
kantong jaring, kaki jaring dan tali jaring. Mata jaring memiliki ukuran
standar yang telah ditentukan dan direkomendasi oleh pemerintah.
3. Cantrang
merupakan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan demersal yang
dilengkapi dua tali penarik yang cukup panjang yang dikaitkan pada ujung sayap
jaring. Bagian utama dari alat tangkap ini terdiri dari kantong, badan, sayap
atau kaki, mulut jaring, tali penarik (warp), pelampung dam pemberat.
4. Factor-faktor
yang mempengaruhi penangkapan yaitu kecepatan dalam menarik jaring pada waktu
operasi penangkapan, arus, dan arah angin.
B. Saran
Dalam
penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan , oleh sebab itu kami
mengaharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan penyusunan
makalah-makalah berikutnya.
DAFTRAR
PUSTAKA
Anonim.
2007. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan
Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan
dan Perikanan. Jakarta.
Anonim.
2006. Panduan Jenis-Jenis Penangkapan Ikan. Ramah Lingkungan. COREMAP II.
Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Departemen Kelautan
Dan Perikanan. Jakarta.
Brant A
Vont,1984. Fish Catch Methods of the World, Fishing News Book Ltd England
Baskoro,S.B,2002.
Metode Penangkapan Ikan. Diktat Kuliah (tidak dipublikasikan) Fakultas
Perikanan dan ilmu Kelautan IPB, Bogor.
Nedelec,
C. and J. Prado. 1990. Definition and Clasification of Fishing Gears
Categories. FAO FISEHRIES TECHNICAL PAPER 222 Rev.1, FAO Fisheries Industries
Division, Rome. 92p.
Nomura,M
1985. Fishing Techniques 1,2,3, Kanagawa International Training Center , JICA,
Tokyo
Subani, W
dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang di Indoensia. Jurnal
Penelitian Perikanan Laut, BPPL, BPPP, Departemen Pertanian, Jakarta.
ini ilham yang anak SPP-SPMA itu ya?
BalasHapuswww.zheluphnhella.blogspot.com
Casinos in and around the world from Asia - Dr. Dr. Macau
BalasHapusMost gambling and gambling facilities around the globe are located at the right 고양 출장안마 location 양주 출장마사지 in the heart of Asia. We believe 제주 출장안마 our 공주 출장마사지 research 목포 출장샵 team