TUGAS
METODE
PENANGKAPAN IKAN
OLEH :
MUHAMMAD ILHAM
I1A1 10 049
MSP A
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU
KELAUTAN
UNIVERSITAS HALULEO
KENDARI
2012
Teknologi
bubu besi sudah dilakukan di beberapa negara di dunia. Menurut Martasuganda
(2003), teknologi penangkapan ikan dengan menggunakan bubu banyak dilakukan
hampir diseluruh dunia mulai dari skala kecil, menengah sampai dengan skala
besar. Perikanan bubu skala kecil dan menengah umumnya ditujukan untuk
menangkap kepiting, udang, keong dan ikan dasar di perairan yang tidak begitu
dalam, sedangkan perikanan bubu skala menengah dan besar biasanya dilakukan di
lepas pantai yang ditujukan untuk menangkap ikan dasar, kepiting, atau udang
pada kedalaman 20 - 700 m. Desain bubu terbuat dari plastik, besi dan baja.
Dari hasil penangkapan dengan bubu
besi diperoleh hasil tangkapan yang dipengaruhi oleh lamanya operasi, sedangkan
sisanya disebabkan oleh faktor lain. dengan demikian dapat dikatakan bahwa
banyak trip berpengaruh terhadap jumlah hasil tangkapan dari bubu besi, jika
ada kegiatan penangkapan selama beberapa kali trip dengan umpan, maka bubu akan
selalu mendapatkan hasil tangkapan.
Pengaruh sangat nyata dari banyaknya
trip terhadap jumlah hasil tangkapan. Semakin banyak trip akan menambahkan
jumlah hasil tangkapan. Sebaliknya, hasil penangkapan dengan bubu bambu
menghasilkan koefisien determinasi yang berarti hasil tangkapan dipengaruhi
oleh perubahan dari trip, sedangkan sisanya dapat disebabkan oleh faktor lain.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa banyak trip berpengaruh terhadap jumlah
hasil tangkapan bubu bambu. Persamaan regresi
akan menjadi, jika ada kegiatan penangkapan selama beberapa kali trip,
maka bubu akan selalu mendapatkan hasil tangkapan, namun lebih kecil dari bubu
besi.
Semakin
banyak trip dengan lama operasi akan menambahkan jumlah hasil tangkapan ikan.
Bubu besi lebih banyak dimasuki ikan
dibandingkan dengan bubu bambu. Hasil penelitian lapangan yang membandingkan
antara bubu bambu dan bubu besi. Ternyata bubu besi mempunyai pengaruh sangat
nyata dan baik dalam jumlah hasil tangkapan ikan maupun beratnya. Ini
menunjukkan, bahwa bubu besi yang diintroduksikan mempunyai beberapa kelebihan
dibandingkan dengan bubu bambu yang secara tradisional digunakan oleh
masyarakat setempat.
Bubu
besi yang telah diadopsi teknologi mengalami beberapa kelebihan dibandingkan
dengan bubu bambu milik masyarakat setempat. Bubu besi secara spesifik lokasi
dapat diterima
secara baik, karena memiliki beberapa
ketentuan yang sesuai dengan daerah operasi bubu besi. Secara umum bubu besi
dapat mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan variabel-variabel yang
mempengaruhi bubu besi selama perendaman dilaut, sampai pada penurunan dan
pengangkatan serta hasil tangkapan yang ada.
Pengoperasian
bubu besi ini tentunya berbeda dengan bubu bambu, walaupun keduanya merupakan
alat tangkap ikan pasif. Jika bubu bambu tanpa umpan dioperasikan satu demi
satu dengan cara menyelam, maka kebalikannya bubu besi memakai umpan,
diturunkan kelaut menggunakan tali dan katrol, secara berangkai. Daya tenggelam
dari bubu bambu hampir tidak diketahui sama sekali, dengan bantuan beberapa
pemberat yang ditutupi karang agar tidak goyang didasar, bubu bambu sangat
jelas merusak habitat pada daerah karang. Untuk 1 bubu besi dengan luasan 252
cm², memiliki berat 22,5 kg dan tidak mudah untuk digoyang oleh arus dasar,
sedangkan bubu bambu memiliki berat antara 5 untuk yang ukuran kecil, sedangkan
ukuran besar 10 kg.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil tangkapan bubu adalah ; lama operasi (trip), kedalaman,
arus permukaan dan fase bulan . Dari faktor-faktor tersebut yang paling
signifikan adalah lama operasi dan fase bulan, baik pada bubu besi maupun pada
bubu bambu.
Perbandingan
antara bubu bambu dan bubu besi dilihat dari jumlah (ekor) dan berat (kg) masing-masing ikan yang ditimbang. Ternyata
bubu besi mempunyai pengaruh sangat nyata, baik dari hasil tangkapan jumlah
(ekor) ikan yang tertangkap yang berdampak pada berat (kg). Ini menunjukkan,
bahwa bubu besi yang telah diadopsi teknologi mengalami beberapa kelebihan
dibandingkan dengan bubu bambu milik masyarakat setempat.
Bubu
besi secara spesifik lokasi dapat diterima secara baik, karena memiliki
beberapa ketentuan yang sesuai dengan daerah operasi bubu besi. Secara umum
bubu besi dapat mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan variabel-variabel
yang mempengaruhi bubu besi selama perendaman dilaut, sampai pada penurunan dan
pengangkatan serta hasil tangkapan yang ada.
DAFTAR
PUSTAKA
Hasan,
2011. Alat Tangkap Kepiting Ranjungan. http://hasannautika.blogspot.com.
Diakses pda tanggal 25 Mei 2012.
Mahulete,
R. T., 2012. Perbandingan Teknologi Alat Tangkap Bubu Dasar untuk Mengetahui
Efektivitas Penangkapan Ikan Demersal Ekonomis Penting di Klungkung Bali.
http://peternakan.litbang.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 21 Mei 2012.
Thomas,
2011. Perbedaan Signifikan Bubu Besi dan Bubu Bambu. http://www.damandiri.or.id.
Diakses pada tanggal 27 Mei 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar