Sabtu, 24 Desember 2011


I.   PENDAHULUAN
1.1.      Latar Belakang
Untuk menelaah mikroorganisme di laboratorium, kita harus dapat menumbuhkan mereka. Mikroorganisme dapat berkembang biak dengan alami atau dengan bantuan manusia. Mikroorganisme yang dikembangkan oleh manusia diantaranya melalui substrat yang disebut media. Untuk melakukan hal ini, haruslah dimengerti jenis-jenis nutrien yang diisyaratkan oleh bakteri dan juga macam lingkungan fisik yang menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhannya (Label, 2008).
Mikroorganisme yang kita isolasi harus kita ketahui jenis medium yang disukai sehingga dapat tumbuh dengan baik pada media. Dalam hal ini medium ini akan digunakan oleh mikroorganisme sebagai sumber energi untuk melakukan pertumbuhan dan perkembangbiakan maka hendaknya harus sesuai dengan komposisi bahan medium.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka dilakukanlah praktikum ini untuk mempelajari macam- macam medium, cara- cara pembuatan dari beberapa medium dan sekaligus mengetahui bahan- bahan yang digunakan serta komposisi juga fungsi dari masing- masing bahan tersebut dalam membantu pertumbuhan mikroorganisme tersebut. Sehingga nantinya diharapkan dapat menumbuhkan, mengisolasi dan menguji sifat fisiologi atau perhitungan mikroorganisme tertentu.
Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat besar dan kompleks. Ratusan spesies mikroba menghuni bagian tubuh kita, seperti mulut, saluran pencernaan dan kulit. Udara, tanah, dan air yang merupakan komponen alam sebagai tempat tinggal kita juga dihuni oleh beragam mikroorganisme. Campuran mikroba tersebut dapat dipisahkan dengan tehnik isolasi. Isolasi mikroba berarti memisahkan satu jenis mikroba dari biakan campuran menjadi satu biakan murni (populasi sel yang semuanya berasal dari satu sel induk).
Berdasarkan sifat fisik, media dibedakan atas media padat, media setengah padat dan media cair. Media padat digunakan untuk melihat bentuk koloni, media setengah padat untuk menguji ada tidaknya mortalitas dan kemampuan fermentasi sedangkan media cair digunakan untuk membiakkan organisme dalam jumlah besar terutama mikroba yang terdapat dalam jumlah minim dan juga dapat melihat mikroba yang bersifat aerob, anaerob, anaerof fakultatif dan mikroaerofil.


II.   TINJAUAN PUSTAKA
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya (Indra, 2008).
Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat yang disebut medium. Medium yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroorganisme tersebut harus sesuai susunanya dengan kebutuhan jenis-jenis mikroorganisme yang bersangkutan. Beberapa mikroorganisme dapat hidup baik pada medium yang sangat sederhana yang hanya mengandung garam anargonik di tambah sumber karbon organik seperti gula. Sedangkan mikroorganime lainnya memerlukan suatu medium yang sangat kompleks yaitu berupa medium ditambahkan darah atau bahan-bahan kompleks lainnya (Volk, dan Wheeler,1993).
Untuk menelaah bakteri di dalam laboratorium , pertama- tama kita harus dapat menumbuhkan bakteri tersebut di dalam suatu biakan murni. Untuk melakukannya haruslah dimengerti jenis- jenis nutrient yang disyartakan oleh bakteri dan juga macam lingkungan fisik yang mana dapat menyebabkan kondisi yang optimum bagi pertumbuhannya tersbut (Pelczar, 1986).
Akan tetapi yang terpenting medium harus mengandung nutrien yang merupakan substansi dengan berat molekul rendah dan mudah larut dalam air. Nutrien ini adalah degradasi dari nutrien dengan molekul yang kompleks. Nutrien dalam medium harus memenuhi kebutuhan dasar makhluk hidup, yang meliputi air, karbon, energi, mineral dan faktor tumbuh (Label, 2008).
Meskipun telah dijabarkan berbagai macam jenis dari medium, perlu diiingat bahwa tidak ada satupun perangkat kondisi yang memuaskan bagi kultivasi untuk semua bakteri di laboratorium. Bakteri amat beragam, baik dari persyaratan nutrisi maupun fisiknya. Beberapa berapa bakteri memiliki persyaratan nutrient yang sederhana, sedang yang lain memiliki persyaratan yang rumit. Karena alsan ini kondisi harus disesuaikan sedemikian rupa sehingga bisa menguntungkan bagi kelompok bakteri yang sedang ditelaah (Pelczar, 1986).


III.     METODE PRAKTIKUM
3.1.      Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 22 November 2011  pada pukul 14.00 – 18.00 WITA  yang bertempat di laboratorium baru Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo Kendari.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel 1.berikut:
Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan pada praktikum pembuatan media dan larutan pengencer.
No.
Alat
Kegunaan
1.
2.
3.
4.
5.

6.
7.
8.
Labu erlenmeyer
Batang pengaduk
Tabung reaksi
Cawan petri
Kapas

Timbangan analitik
Lilin
Tabung reaksi
Untuk menampung media
Untuk mengaduk larutan yang dipanaskan
Untuk penyimpanan media
Untuk wadah larutan yang di bekukan
Untuk menutup atau menyumbat terjadinya pertukaran udara
Untuk menimbang media Na bubuk
Untuk mensterilkan alat
Untuk menyimpan media padat



 Bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel 2 berikut
Tabel 2. Bahan yang digunakan pada praktikum pembuatan media larutan pengencer.
No.
Alat
kegunaan
1.
2.
3.
4.
Aquades
Agar
Alkohol
Media Na
Untuk membersihkan alat yang telah dipakai
Sebagai wadah pembiakan
Untuk membersihkan tangan
Untuk media pertumbuhan


Senin, 12 Desember 2011

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM AVERTEBRATA AIR

I.       PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Porifera merupakan salah satu phylum dari kingdom animalia yang sangat primitif yang hidup di alam. Kata Porifera berasal dari bahasa Latin, porus yang berarti lubang kecil atau pori dan ferre yang berarti mempunyai. Jadi, Porifera dapat juga dikatakan sebagai sebuah kelompok pemfilter makanan. Kelompok ini terdiri dari sekitar 15.000 spesies yang tersisa dalam tiga kelompok yang berbeda yaitu spons kaca (Kelas Hexactinellida) , yang berkapur spons (Kelas Calcarea)  dan yang demosponges (Kelas Demospongiae) (Lavrov, 2009).
Tubuh mereka terdiri dari seperti jelly mesohyl terjepit di antara dua lapisan tipis sel. Sementara semua hewan memiliki sel terspesialisasi yang dapat berubah menjadi sel-sel khusus, spons adalah hewan unik yang memiliki beberapa sel khusus, tetapi juga dapat memiliki sel-sel khusus yang dapat berubah menjadi jenis lain, sering bermigrasi antara lapisan sel utama dan mesohyl dalam proses. Spons tidak memiliki saraf, pencernaan atau  sirkulasi. Sebaliknya, sebagian besar bergantung pada pemeliharaan aliran air konstan melalui tubuh mereka untuk mendapatkan makanan dan oksigen dan untuk menghilangkan limbah, dan bentuk tubuh mereka disesuaikan untuk memaksimalkan efisiensi aliran air (Anonim, 2000).
      Spons tidak memiliki sirkulasi yang berbeda, pernapasan, pencernaan, dan ekskretoris – bukan aliran air yang mendukung semua fungsi tersebut. Mereka menyaring partikel makanan keluar dari air yang mengalir melalui mereka. Partikel yang lebih besar dari 50 mikrometer tidak masuk ostium dan pinacocytes mengkonsumsi mereka dengan fagositosis (pencernaan melanda dan internal. Spons lebih berlimpah tetapi kurang beragam di perairan beriklim daripada di perairan tropis, mungkin karen yang memangsa spons lebih berlimpah di perairan tropis. Spons Kaca adalah yang paling umum di perairan kutub dan di kedalaman laut beriklim sedang dan tropis , sebagai konstruksi mereka sangat berpori memungkinkan mereka untuk mengekstrak makanan dari ini miskin sumber daya perairan dengan minimum usaha (Anonim, 2010)
Spons Kebanyakan bekerja agak mirip cerobong asap: mereka mengambil dalam air pada bagian bawah dan mengeluarkan itu dari osculum (“mulut kecil”) di atas. Karena arus yang lebih cepat di atas, efek hisap yang mereka hasilkan melakukan beberapa pekerjaan secara gratis. Spons dapat mengontrol aliran air dengan berbagai kombinasi yang sepenuhnya atau sebagian menutup osculum dan ostium (pori-pori asupan) dan memvariasikan mengalahkan flagella, dan dapat menutupnya jika ada banyak pasir atau lumpur dalam air (Anonim, 2010)
Porifera atau spon habitatnya menempel di karang dan biasanya hidup berkoloni secara berkelompok. Struktur tubuh yang paling sederhana dalam spons adalah tabung atau bentuk vas yang dikenal sebagai “askonoid”, tetapi ini sangat membatasi ukuran hewan. Jika hanya ditingkatkan, rasio volume ke permukaan meningkatkan luas, karena permukaan meningkat sebagai persegi panjang atau lebar sementara volume meningkat secara proporsional untuk kubus. Jumlah jaringan yang membutuhkan makanan dan oksigen ditentukan oleh volume, tetapi kapasitas pompa yang memasok makanan dan oksigen tergantung pada area yang dicakup oleh koanosit (Poweda, 2000).
Untuk mengidentifikasi spons secara tepat tidak cukup hanya dengan mata telanjang saja (makroskopis), tetapi harus dilakukan juga identifikasi secara mikroskopis. Berdasarkan hal tersebut diatas maka sangat penting dilakukan praktikum Avertebrata air mengenai filum porifera.

1.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan praktikum untuk mengetahui filum forifera secara morfologi dan anatomi serta dapat mengamati dan mengklasifikasi filum forifera.
Manfaat praktikum sebagai bahan masukan untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan serta jenis-jenis mengenai filum forifera.





























II.         TINJAUAN PUSTAKA
2.1.   Klasifikasi
Kata Porifera berasal dari bahasa Latin, porus yang berarti lubang kecil atau pori dan ferre yang berarti mempunyai. Jadi, Porifera dapat juga dikatakan sebagai sebuah kelompok pemfilter makanan. Kelompok ini terdiri dari sekitar 15.000 spesies yang tersisa dalam tiga kelompok yang berbeda yaitu spons kaca (Kelas Hexactinellida) , yang berkapur spons (Kelas Calcarea)  dan yang demosponges (Kelas Demospongiae) (Lavrov, 2009).
Menurut Rohana (2003), spons (Spongilla sp.) di klasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom     :     Animalia
       Phylum     :    Porifera
              Subphylum     : Invertebrata
                     Class     :   Demospongia
                            Subclass     : Keratosa
                                   Ordo     :   Dictioceractida                 
                                                  Famili     :   Dicticeractidaceae
                                                            Genus     : Spongilla                                                                                                                                                                                           Species    :   Spongilla sp




 
 


                                                                 



Gambar 1. Sponge (Spongilla sp.)

2.2.  Morfologi dan Anatomi
Porifera merupakan hewan berpori, dikatakan berpori karena disekitar tubuhnya banyak terdapat lubang-lubang kecil. Porifera memiliki ukuran tubuh yang beranekaragam dengan tinggi bisa mencapai 90 cm dan lebar 1 cm. Porifera atau spon memiliki tiga lapisan sel utama yakni lapisan yang mirip jeli (Mesoglea), Pinacocyte atau Pinacoderm, dan Choanocyte atau Spongocoel (Proweda, 2000).
Ciri utama dari Filum Porifera yaitu memiliki lubang (pori) yang banyak dan membentuk suatu sistem saluran. Air dan makanan yang larut di dalamnya diambil oleh hewan tersebut masuk melalui lubang ostium, kemudian masuk kedalam rongga tubuh. Setelah makanan diserap, air yang berlebihan dikeluarkan melalui lubang yang disebut osculum (Anonim, 2011).
Porifera secara morfologi memiliki ciri-ciri yang spesifik antara lain :  asconoid, syconoid dan leuconoid. Pencernaannya terjadi secara intraseluler didalam koanosit dan amoebosit (Anonim,  2010).
Struktur tubuh porifera terbagi atas dua lapisan yaitu ektodem dan endoderm. Ektoderm tersusun atas sel pipih (pinakosit) serta banyak mengandung ostium. Sedangkan pada lapisan endoderm tersusun atas sel berflagel (koanosit). Diantara lapisan luar dan dalam terdapat mesenkim yang berupa cairan gelatin (mesoglea) terdapat skleroblas yag membentuk kerangka duri (spikula) dan sel amebosit (untuk mengedarkan makanan) (Handayani, 2008)
 




















Gambar 2. Struktur Tubuh Porifera dan Koanosit (Anonim, 2011)
Berdasarkan sistem saluran air yang terdapat pada Porifera, hewan ini dibedakan atas tiga tipe tubuh, yaitu tipe Ascon, tipe Sycon dan tipe Rhagon. 1) Tipe Ascon merupakan tipe Porifera yang mempunyai sistem saluran air sederhana. Air masuk melalui pori yang pendek, lurus ke spongocoel (rongga tubuh) lalu keluar melalui oskulum. Contoh tipe Ascon misalnya Leucoslenia; 2) Tipe Sycon merupakan Porifera yang mempunyai dua tipe saluran air, tetapi hanya radialnya yang mempunyai koanosit. Air masuk melalui porike saluran radial yang berdinding koanosit (spongocoel) lalu keluar melalui oskulum, misalnya Scypha; dan 3) Tipe Rhagon merupakan Porifera dengan tipe saluran air yang paling kompleks/rumit. Porifera ini mempunyai lapisan masoglea yang tebal dengan sistem saluran air bercabang-cabang.Koanosit dibatasi oleh suatu rongga yang bersilia berbentuk bulat. Air masuk melalui pori (saluran radial yang bercabang-cabang) keluar melalui oskulum, misalnya Euspongia dan Spongida (Chandra, 2005).
Gambar 3. Beberapa Sistem Saluran pada Porifera (Anonim, 2010)
2.3.  Habitat dan Penyebaran
Porifera mempunyai 15.000 spesies dan secara umum hidupnya dilaut dangkal sampai kedalaman  5 km. dari 15 ribu spesies yang dikenal hanya 150 spesies yang hidup di air tawar sampai kedalaman 2 meter dan jarang lebihn dari 4 meter yang biasanya hidup pada air jernih dan tenang. Dilaut jenis calcarea  umumnya terbatas pada daerah pantai dangkal (Sugiarti S., 2004).
Porifera hidup secara heterotrof. Makananya adalah bakteri dan plankton. Makanan yang masuk kedalam tubuhnya berbentuk cairan. Pencernaan dilakukan secara intraseluler di dalam koanosit dan amoebosit. Habitat porifera umumnya di laut, mulai dari tepi pantai hingga laut dengan kedalaman 5 km. Sekitar 150 jenis porifera hidup di ait tawar, misalnya Haliciona dari kelas Demospongia. Porifera yang telah dewasa tidak dapat berpindah tempat (sesil), hidupnya menempel pada batu atau benda lainya di dasar laut. Karena porifera yang bercirikan tidak dapat berpindah tempat, kadang porifera dianggap sebagai tumbuhan (Anonim, 2009).
Hampir semua hewan porifera hidup di laut dan hanya satu famili yang hidup di air tawar, yakni famili Spongillidae. Pada umumnya porifera hidup di lautan yang airnya tenang, tidak memiliki arus yang kuat, airnya jernih dan melekat pada substrat. Beberapa menetap di dasar perairan berpasir atau berlumpur. Ada yang hidup di laut yang dangkal, ada pula yang hidup di laut yang dalam. Porifera yang hidup di air tawar biasanya terdapat di danau-danau (sofa, 2008).





2.4.  Reproduksi dan Daur Hidup
Porifera melakukan reproduksi secara aseksual maupun seksual. Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan tunas dan gemmule. Gemmule disebut juga tunas internal. Gemmule dihasilkan hanya menjelang musim dingin di dalam tubuh porifera yang hidup di air tawar. Porifera dapat membentuk individu baru dengan regenerasi. Reproduksi seksual dilakukan dengan pembentukan gamet (antara sperma dan ovum). Ovum dan sperma dihasilkan oleh koanosit. Sebagian besar Porifera menghasilkan ovum dan juga sperma pada individu yang sama sehingga porifera bersifat Hemafrodit (Anonim, 2009).