Selasa, 05 Juni 2012

FISIOLOGI HEWAN AIR “Fisiologi Reproduksi”


 

 KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat maha besar Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam mempelajari mataka kuliah fisiologi hewan air khususnya mengenai tentang fisiologi reproduksi.

            Harapan saya semoga
makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini kedepanya dengan lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan Makalah ini.



                                                                                                            Kendari, 27 Maret 2012



                                                                                                                        Penyusun





BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Tidak setiap individu menghasilkan keturunan, tetapi setidaknya reproduksi akan berlangsung pada sebagian besar individu yang hidup dipermukaan bumi ini. Kegiatan reproduksi pada setiap jenis hewan air berbeda-beda, tergantung kondisi lingkungan. Ada yang berlangsung setiap musim atau kondisi tertentu setiap tahun.
Ikan memiliki variasi yang luas dalam strategi reproduksi agar keturunannya mampu bertahan hidup. ada tiga strategi reproduksi yang menonjol: 1). Memijah hanya bilamana energi cukup tersedia; 2). Memijah dalam proporsi ketersediaan energi; 3). Memijah dengan mengorbankan semua fungsi yang lain, jika sesudah itu individu tersebut mati. Oleh karena itu fisiologi reproduksi sangat penting untuk diketahui karena menghasilkan banyak faedah yang baik bagi masnyarakat, mahasiswa, maupun instansi-instansi yang terkait dengan pembudidayaan ikan.

1.2  Rumusan Masalah

Permasalahan yang dirumuskan dalam makalah ini ialah  organ-organ apa saja yang terlibat dalam proses reproduksi ikan dan bagaimana strategi reproduksinya serta tahap-tahap yang terjadi dalam proses reproduksi.
1.3  Tujuan
  Makalah ini bertujuan :
1.        Mengetahui strategi reproduksi ikan serta tahap-tahapnya.
2.        Mengetahui perbedaan antara proses organ-organ reproduksi jantan maupun betina.
3.        Mengetahui proses pembuahan dan pembenihan serta perkembangan embrio sampai  pada penetasan.

1.4  Manfaat

Manfaat makalah ini ialah :
1.        Sebagai bahan acuan mahasiswa dalam mempelajari mata kuliah fisiologi hewan air yang terkhusus mengenai tentang fisiologi reproduksi.
2.        Sebagai informasi yang akurat dalam mengetahui lebih mendalam tentang fisiologi reproduksi ikan khususnya mengenai tentang strategi reproduksi, sexualitas, perkembangan gamet, serta pemijahan dan pembuahan perkembangan embrio samapi pada penetasan.




















BAB II
PEMBAHASAN
A.       Strategi Reproduksi
Strategi reproduksi biasanya melalui ukuran dan jumlah telur yang dihasilkan dalam hubungannya dengan kemampuan merawat telur dan anak. Satu hal yang menonjol adalh ikan yang memiliki telur-telur yang kecil biasanya memiliki jumlah telur yang besar, sebagai konsekuensi dari derajat kelulusan hidup yang rendah.
Berdasarkan strategi reproduksi yang dimiliki oleh hewan-hewan air, maka dikenal 3 tipe reproduksi yaitu: 1). Reproduksi aseksual, diaman anak yang dihasilkan tanpa penggabungan gamet, biasanya banyak dijumpai padan hewan vertebrata; 2). Reproduksi sexual dengan fertilisasi internal, umumnya dilakukan oleh hewan-hewan teristrial, dan dalam beberapa juga ikan perenang cepat; 3). Reproduksi sexual dengan fertilisasi internal, merupakan penggabungan dua gamet (sperma dan telur) diluar masing-masing tubuh masing-masing induk. Fertlisais external terjadi dimana ikan jantan dan betina berdekatan dan mengeluarkan sel telur serta sperma secara terkoordinir. Kemungkinan fertlisasi diperbesar oleh besarnya jumlah telur dan sperma yang diproduksi dalam satu kali pemijahan.
B.       Sexualitas
Sebagian besar ikan adalah gonokoristik (dioceous), dimana sepanjang hidupnya memiliki jenis kelamin yang sama. Gonokoristik terdiri dari dua kelompok: 1). Kelompok yang tidak berdiferensiasi artinya pada waktu juvenile, jaringan gonad dalam keadaan belum dapat diidentifikasi (apakah jantan atau betina) selanjutnya akan berkembang menjadi ovary atau testis; 2). Kelompok yang berdiferensiasi artinya sejak juvenil sudah Nampak jelas jenis kelaminnya (jantan atau betina).
Hermaprodit adalah dalam tubuh individu ditemukan dua jenis gonad. Bila kedua jenis gonad berkembang secara serentak dan mampu berfungsi, keduanya dapat matang bersamaan atau bergantian maka jenis hermaprodit ini disebut hermaprodit sirkoni. Hermaprodit potandri, bila pada awalnya ikan-ikan tersebut berkelamin jantan namun semakin tua akan berubah kelamin menjadi betina. Juga dikenal dengan istilah hermaprodit protogini yaitu bila awalnya berkelamin betina namun semakin tua akan berubah menjadi kelamin jantan. Hermaproditisme ini diatur oleh faktor genetic dan lingkungan. 
           


C.      Perkembangan Gamet Alat Kelamin Jantan
Alat kelamin jantan meliputi kelenjar kelamin dan saluran kelamin.Kelenjar kelamin jantan disebut testis. Pembungkus testicular yang mengelilingi testis, secara luas menghubungkan jaringan-jaringan testis, membentuk batasan-batasan tabung dari bagian-bagian yang tidak beraturan dan diameter (lobules) yang mengelilingi germinal epithelium. Spermatozoa dihasilkan dalam cyste seminiferus yang terletak dalam tubulus-tubulus pada testis. Cystes seminiferus dikelilingi oleh sel-sel sertoli yang mempunyai fungsi nutritive, sedangkan pada bagian luar terdapat sel ledyg yang mempunyai fungsi endokrin yaitu menghasilkan testosterone.
v  Spermatogenesis
Awal spermatogenesis ditandai dengan berkembangbiaknya spermatogonia beberapa kali melalui pembelahan mitosis, untuk memasuki tahap spermatosit primer. Selanjutnya terjadi pembelahan meiosis, dimulai dengan kromoson berpasangan, yang diikuti dengan duplikasi membentuk tetraploid (4n). Satu spermatosis primer tetraploid membentuk dua spermatosit sekunder yang diploid (2n). satu spermatosit sekonder diploid membelah diri menjadi dua spermatid haploid (n). selanjutnya terjadi pematangan spermatid menjadi spermatozoa. Proses dari spermatogonium sampai menjadi spermaid disebut spermatogenesis selanjutnya mengalami metamorfosa menjadi sperma. Proses ini disebut spermiogenesis.
Pada akhir spermiogenesis, spermatozoa dilepaskan dari cyste dan masuk kedalam lumen lobular. Terbentuknya lumen terjadi lebih awal sehingga masih dijumpai spermatid didalam lumen. Akhirnya lumen akan berkembang dan diisi oleh spermatozoa, disini tidak ada lagi tahap-tahap perkembangan sel-sel benih. Spermatozoa berada dalam lobule kira-kira satu bulan dan beberapa spermatozoa akan mengalami pematangan.
v  Spermiasi

Proses spermiasi berhubungan dengan pelepasan spermatozoa dari lumen lobulus masuk ke dalam saluran sperma.  Hal ini mungkin disebabkan karena terjadinya kenaikan tekanan hydrostatic di dalam lobule untuk mengeluarkan cairan-cairan oleh sel-sel sertoli dibawah rangsangan gonadotropin. Spermatozoa kemudian didorong ke dalam system pengeluaran, disini akan bercampur dengan cairan sperma (milt).
            Saluran sperma terdiri dari dua bagian: bagian ertama bebatasan dengan testis, berguna untuk membuka lobule (juxtatesticular part) dan yang lainnya adalah saluran yang sederhana dimana berhubungan dengan bagian posterior dari testis ke genital papilla.

v  Produksi sperma
            Pada beberapa ikan, termasuk rainbow trout terdapat siklus spermatogenesis, dimana semua spermatozoa di dalam testis dihasilkan dalam satu musim, hal ini berhubungan dengan produksi sperma selama setahun. Kosentrasi spermatozoa di dalam testis adalah 5.8 x 1010 per gram testis, dimana gonado somato indeks (GSI) biasanya berkisar 6-8% atau kadang-kadang 10% (Billard dkk., 1971 dalam Billard, 1992). Dengan demikian jumlah spermatozoa bervariasi dari 3.5 – 4.5 x 1012 per kg berat badan.pada ikan atlantik salmon, konsentrasi spermatozoa di dalam testis adalah 5.5 x 1010 per gram (Kasakov, 1981 dalam Billard, 1992).
            Spermatozoa bersifat immotile dalam cairan plasmanya, dan akan bergerak apabila bercampur dengan air. Pergerakan spermatozoa jarang berupa garis lurus, biasanya mereka berenang menikung atau mengarah berbentuk spiral. Gerak progresif secara berkesinambungan hanya terjadi 1 menit setelah bersentuhan dengan air dan hanya 50% yang masih dapat berenang setelah 3 menit. Sebagian  besar spermatozoa ikan air tawar dapat motil tidak lebih dari 2-3 menit setelah bersentuhan dengan air. Sedangkan spermatozoa ikan air laut dapat motil lebih lama bahkan ada yang lebih dari 60 menit.
            Lamanya spermatozoa motil dipengaruhi oleh umur dan kematangan spermatozoa, temperature dan factor-faktor lingkungan lain seperti ion-ion, pH dan osmolalitas. Sedangkan kecepatan bergeraknya tergantung species. \
            Kemampuan bergerk spermatozoa ditunjang oleh bentuknya yang terdiri dari kepala, bagian tengah dan ekor. Rata-rata panjang total spermatozoa ikan teleostei adalah 40-60 µ dengan panjang kepala hanya 2-3 µ.
            Irama (rytme) pergerakan ekor spermatozoa ikan diatur oleh aktivitas acetilcholin yang terdapat dalam kepala spermatozoa, sedangkan energy untuk bergerak diperoleh dari mitochondria yang terdapat  pada pangkal ekor. Pangkal ekor kaya akan plasmalogen, suatu bahan yang mengandung asam lemak. Asam lemak ini dapat dioksidir sehingga menghasilkan energy.
            Tidak seperti spermatozoa mamalia yang berenang mengikuti arus (aliran), spermatozoa ikan berenang ke arh telur. Arah ini dapat diketahui karena telur mengeluaran suatu zat yang disebut fertilizin yang befungsi menarik sperma.

D.      Perkembangan Gamet Alat Kelamin Betina
Gonad ikan betina disebut ovarium. Di dalam ovarium sel telur dibentuk hasil dari diferensiasi sel-sel germ primordial yang terdapat dalam epithelium  luminal ovary. Perkembangan telur ini disebut oogenesis. Pertumbuhan oosit adalah proses yang kompleks, secara keseluruhan merupakan pengumpulan kuning telur. Pertumbuhan awal adalah terjadinya pelepas hormon gonadotropin (GtH-independent) dan dicirikan dengan bertambahnya ukuran nucleus, bertambahnya jumlah nucleus dan akumulasi yang kompleks oleh DNA untuk berbagai struktur dan penimpanan partikel-partikel yang bertanggung jawab untuk pembentukan sel-sel basopil oleh sitoplasma. Jumlah yang besar dari RNA (5s RNA dan transfer RNA) disimpan didalam sitoplasma oosit, oleh karena itu embrio akan mempunyai kemampuan untuk menghasilkan protein dari dirinya sendiri sebagai cadangan.
Pada tahap vesicle diperkirakan sebagai awal tahap ketergantungan terhadap hormone gonadotropin (GtA-dependent). Tahap ini dicirikan dengan terbentuknya vesicle yang akhirnya akan membentuk cortical alveoli, yang meliputi reaksi kortex dan menyebabkan kejukan osmotic pada fertilisasi. Vesicle ini tidak mengandung kuning telur yang sebenarnya sehingga istilah yolk vesicle tidaklah dianjurkan. Tahap ini juga dicirikan dengan dimulainya pembentukan zona radiate, perkembangan ekstra cellular, dan bakal korion sel-sel granolosa menjadi “coboidal” dan sel-sel theca kembali diratakan.
       Gonad ikan betina disebut ovarium. Di dalam ovarium sel telur dibentuk dari hasil diverensiasi sel-sel germ primordial yang terdapat pada epitalium luminal ovary. Pertumbuhan oosit adalah proses yang kompleks, secara keseluruhan merupakan pengumpulan kuning telur. Perkembangan telur ikan secara umum meliputi empat tahap : (1) awal pertumbuhan, (2) tahap vesicle yolk (3) tahap vitelogenesis dan tahap pematangan.
Tahap pertumbuhan adalah terjadinya pelepasan hormone gonado tropin dan dicirikan dengan bertambahnya ukuran nucleus, bertambahnya jumlah nucleus dan akumulasi yang kompleks oleh DNA untuk berbagai struktur dan penyimpanan partikel-partikel yang bertanggung jawab untuk pembentukan sel-sel basopil oleh sitoplasma. Pada tahap vesicle diperkirakan sebagai awal tahap ketergantungan terhadap hormone gonado tropin. Tahap ini dicirikan dengan terbentuknya pesicle yang akhirnya akan membentuk cortical alveoli, yang meliputi reaksi korteks dan menyebabkan kejutan osmotic pada waktu fertilisasi. Vitelogenesis, dicirikan oleh bertambah banyaknya volume sitoplasma yang berasal dari eksogeneously yang dibentuk dari kuning telur yang disebut vitelogenin. Vitelogenen disentesis oleh hati dalam bentuk lipophosphoprotein  calcsium kompleks dan hasil mobilisasi lipid dari lemak visceral. Selama prose vitelogonosis terjadi penambahan pada zona radiata, perkemabangan endoplasmic yang kurang merata dalam sel-sel granulosa dan thescha.
Pada tahap akhir dari perkembangan telur adalah tahap pematangan yaitu tahap peergerakan germinal vesikel ketepi da akhirnya melebur selanjutnya membentuk pronuklei dan polar bodi II.

v  Fekunditas
Fekunditas  (jumlah folikel yang matang atau telur yang diovulasi) berbeda-beda tergantung ukuran ikan dan dinyatakan per kg berat badan. Pada rainbow trout, fekunditas relative untuk ikan ukuran 500 g adalah 400 telur per kg sedangkan yang memiliki ukuran 3 kg memilki fekunditas 2000/kg. fekunditas dapat dipengaruhi factor genetic dan faktor-faktor lingkunagan termasuk kondisi pemijahan.
E.       Pemijahan dan Pembuahan

v  Pemijahan (Spawning)
Pemijahan di alam dipengaruhi oleh kondisi lungkungan (eksternal) misalnya : hujan, habitat, oksigen terlarut, daya hantar listrik, cahaya, suhu, kimia fisika air, waktu (malam hari) dll. Kondisi lingkungan ini akan mempengaruhi control endokrin untuk  menghasilkan hormone-hormon yangf mendukung proses perkembangan gonad dan pemijahan.
Berdasarkan daerah pemijahan, dikenal dengan adanya ikan : 1) anadromus, yakni ikan yang hidup diperairan laut da melakuka pemijahan di daerah hulu sungai,;2) katadromus, yakni ikan yang hidup di sungai dan melakukan pemijahan di samudra (laut); 3) protodromus, yakni ikan yang hidup diperairan tawar dan melakukan pemijahan di perairan tawar; 4) oceanodromus, ikan yang hidup di perairan laut dan memijah di perairan yang sama.
Sebagian ikan mengeluarkan telur yang lebih berat dari air, sehingga telur akan tenggelam, akan tetapi banyak juga ikan yang mengeluarkan telur yang bersifat planktonik. Telur-tekur pada sebagian spesies ikan ada yang hanyut, bebas dan adapula yang melekat diantara satu dengan yang lainnya, atau melekat pada tumbuh-tumbuhan , batu, pasir, dan kayu yang terapung.
Berdasarkan melekatnya telur maka di bagi : 1) pelagophyl, yakni telur-telur ikan hanyut dengan bebas dan melekat pada batuan; 2) litipelagophyl, telur yang dilekatkan di atas batu-batuan; 3) litophyl, telur disimpan di atas batuan dan larva ditinggalkan di atas perairan; fitolitophyl , telur yang dilekatkan pada tumbuh-tumbuhan, kayu-kayuan, dan bahan lain yang terapung dan tenggelam di dasar perairan; dan 5) psamophyl, telur-telur yang dilekatkan di atas pasir.
Perangsangan pemijahan secara buatan dewasa ini banyak di lakukan, yaitu dengan menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai dengan kondisi di alam sebagai persyaratan untuk pemijahan. Untuk merangsang pemijahan walaupun denga kondisi yang kurang tepat maka dapat diupayakan dengan menyuntikannya dengan ekstrak hipofisa atau HCG. 1 kg ikan resiplen betina membutuhksn ikan donor 2 kg, bila menggunakan tepung hipofisa dibutuhkn 24 mg/kg induk (jantan) dan 28 mg/kg induk (betina). 
Telur-telur yang kelewat matang akibat pemijahan tertunda karena kondisi lingkungan yang kurang mendukung yang mengakibatkan protein telur mengalami denaturasi sehingga walaupu akhirnya dikeluarkan, telur-telur tersebut biasanya gagal untuk berkembang
v  Pembuahan
Pembuahan adalah berssatunya oosit (telur) dengan sperma membentuk sigot. Fase pembuahan tersebut dapat di bagi menjadi dua tahap yaitu : 1) fase primer, terjadinya kontak antara sperma dan telur,; 2) fase sekunder, yakni proses terjadinya antara gamet jantan dan telur.
Proses pembuahan pada ikan bersifat monospermik. Yakni hanya satu spermatozoa yang membuahi sel telur. Pada pembuahan ini terjadi percampuran inti sel telur dan inti sperma. Kedua inti ini masing-masing mengandung gen (pembawa sifat keturunan) sebanyak satu sel (haploid).
Ada beberapa hal yang mendukung berlangsungnya pembuaha dengan baik yaitu spermatozoa yang tadinya tidak bergerak dalam cairan plasmanya, akan bergerak setelah bersentuhan dengan air dan dengan bantuan ekornya dia akan bergerak kea rah telur. Perbedaan tekanan air osmosa air lingkungan dengan cairan fisiologi sperma dalam tubuh akan merangsang spermatozoa akan bergerak dan zat gymnogamon 1 atau fertilizin yang dihasilkan oleh sel telur akan menarik spermatozoa bergerak menuju sel telur tersebut.
Berjuta-juta spermatozoa dikeluarkan pada saat pemijahan dan menempel pada sel telur tetapi hanya satu yang dapat melewati mikrofil, satu-satunya lubang yang masuk spermatozoapada sel telur. Kepala spermatozoa menerobos mikrofit dan bersatu dengan inti sel telur, sedangkan ekornya tertinggal pada saluran mikrofit tersebut, dan berfungsi sebagai sumbat untuk mencegah spermatozoa yang lain masuk. Cara lain yang digunakan sel telur untuk mencegah sperma lain masuk adalah terjadinya reaksi kortikal sehingga mikrofit menjadi lebih sempit.
Spermatozoa lain yang berlumpuk pada saluran ikrofit aka didorong keluar oleh reaksi korteks, demikian juga halnya spermatozoa yang melekat pada permukaan korion harus disingkirka karena akan mengganggu proses pernapasan. Sebelum dikeluarkan , selaput pembungkus telur (korin) kurang tegang dan terdiri dari kantong-kantong orteks. Sesuadah dikeluarkan dan menyentuh air maka terbentuklah ruang perifitelin yaitu celah antara lapisan korion dan lapisan vitelin yang diakibatkan oleh masuknya air yang berfungsi memudahkan sperma masuk. Selanjutnya terjadi reaksi kortikal, yaitu kantung-kantung korteks pecah dan butiran-butiran korteks meloncat keluar dan mendorong sperma yang melekat pada permukaan korion.
F.       Perkembagan Embrio

v  Pembelahan Sel Zigot (Cleavage)
Sesaat setelah terjadinya pembuahan, sel zigot akan melakukan pembelahan mitosis terus menerus secara cepat, sehingga terbentuk blastomer yang berbentuk morula. Pembelahan sel zigot pada ikan umunya adalah tipe meroblastik (partial), walaupun ada juga holoblastik (total). Kedua tipe tersebut ditentukan oleh banyaknya kunig telur dan penyebarannya.
Pada pembelahan holoblastik ada dua tipe pembelahan yaitu pembelahan sempurna(equal) dan pembelahan yang tidak sempurna (unequal). Pada pmbelaha sempurna sel-sel anak yang terbentuk relative sama besar, sedangkan pada pembelahan yang tidak sempurna, sel-sel anak yang dihasilkan pada kutub anuimal berukuran lebih kecil dari pada yang disekitar kutub vegetatif, dimana terdapat banyak kuning telur.

v  Blastulasi
Proses pembentukan blastula disebut blastulasi, dimana kelompok sel-sel anak hasil pembelahan benrbentuk benda yang relatif bulat dan ditengahnya terdapat rongga. Pada blastula sudah terdapat daerah yang akan berdiferensiasi membentuk organ-organ tertentu seperti sel-sel saluran pencernaan, notochorda, syaraf, epidem,ectoderm, mesoderm, dan endoderm.
v  Gastrulasi
Gastrulasi adalah proses pembentukan tiga daun kecambah yaitu ectoderm, mesoderm, dan endoderm. Proses ini umumnya sama bagi ikan yang pembelahan telurnya meroblastik.  Gastrulasi ini erat hubungannya dengan pembentukan system sayaraf (neurolasi) sehingga merupakan periode kritis. Pada proses gastrulasi, terjadi pergerakan masssa sel, yakni epiboli dan emboli. Epiboli meliputi pergerakan sepanjang sumbu antero-posterior dan meluas ke tepi (divergensi). Sedangkan geraka epiboli  disebelah luar, diikuti oleh gerakan disebelah dalam embrio (gerakan eksistensi).
Gastrulasi pada ikan teleostei akan berakhir pada saat masa kuning telur telah terbungkus seluruhnya. Selama proses ini beberapa jaringan mesoderm yang berada sepanjang kedua sisi notokorda disusun menjadi segmen-segmen yang disebut somit sampai akhirnya terbentuk badan hewan bertulang punggung yang primitif.



v  Organogenesis
Organogenesis adalah proses pembentukan alat-alat tubuh mahluk yang sedang berkembang. System organ tubuh berasal dari 3 daun kecambah yakni ektoderm akan terbentuk system saraf dan epidermis kulit, entoderm akan terbentuk saluran pencernaan beserta kelenjar-kelenjar pencernaan dan alat pernafasan sedangka dari mesoderm akan terbentuk rangka, otot, system peredaran darah, ekskresi, alat reproduksi dan korium kulit.
Mesodermal badan segera terbagi menjadi dorsal, intermediate dan lateral. Mesoderm dorsal terbagi menjadi kelompok-kelompok somit. Tiap somit terbagi menjadi 3 bagian yaitu skelerotom, myotom, dan mermatom. Skelerotom membentuk rangka axial, myotom berkembang menjadi otot tubuh, rangka apendicular, sirip dan otot-ototnya. Dermatom berkembang menjadi jaringan-jaringan ikat dermis kulit dan derivat-derivat kulit.

G.      Penetasan
Penetasan adalah suatu proses perubahan dalam siklus hidup suatu hewan dari bentuk intracapsular menjadi bentuk hidup yang bebas. Mekanisme penetasan ini secara umum terbagi dua tipe yaitu secara mekanik dan enzimatik. Pada hewan-hewan akuatik, selain melalui proses mekanik yaitu melalui gerakan ekor embrio, juga dibantu oleh adanya partisipasi enzim yang berfungsi melunakkan karion.  Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penetasan yaitu keberadaan oksigen, temperatur dan cahaya.
Beberapa percobaan menunjukkan bahwa akibat kekurangan oksigen mampu menstimulasi aktivitas pernapasan dari embrio, dan nampaknya ada keterkaitan antara aktivitas pernapasan embrio dan penetasan.  Temperature juga    merupakan faktor lingkungan yang penting dalam proses penetasan. Peningkatan temperature juga dapat menstimulasi sekresi enzim penetasan. Sekali enzim diekskresi, maka pencernaan karion menjadi lebih cepat pada temperatur tinggi dibandingkan temperatur rendah, menyebabkan penetasan lebih cepat. Faktor lingkungan lain yag diduga mempengaruhi penetasan ialah cahaya. Pada faktor ini Nampak bahwa sekresi enzim penetasan dikontrol oleh stimulasi fotoreseptor (mata dan atau kelenjar pineal), mungkin melalui system saraf pusat.
Beberapa faktor lain yang mempengaruhi sekresi enzim penetasan pada ikan. Efinefrin dan MS-222 dengan konsentrasi rendah mampu mempercepat sekresi enzim penetasan pada embrio fundulus sedangkan tubocurarine, atropine, dan MS-222 dengan konsentrasi tinggi mampu menghambat sekresi.       



                       
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran































Tidak ada komentar:

Posting Komentar