KATA
PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat
maha besar Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga
makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam mempelajari mataka kuliah fisiologi hewan air khususnya mengenai tentang
fisiologi reproduksi.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini kedepanya dengan lebih baik.
Makalah
ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat
kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
Makalah ini.
Kendari, 27 Maret 2012
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Reproduksi
adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk
melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Tidak setiap individu menghasilkan keturunan,
tetapi setidaknya reproduksi akan berlangsung pada sebagian besar individu yang
hidup dipermukaan bumi ini. Kegiatan reproduksi pada setiap jenis hewan air
berbeda-beda, tergantung kondisi lingkungan. Ada yang berlangsung setiap musim
atau kondisi tertentu setiap tahun.
Ikan
memiliki variasi yang luas dalam strategi reproduksi agar keturunannya mampu
bertahan hidup. ada tiga strategi reproduksi yang menonjol: 1). Memijah hanya
bilamana energi cukup tersedia; 2). Memijah dalam proporsi ketersediaan energi;
3). Memijah dengan mengorbankan semua fungsi yang lain, jika sesudah itu
individu tersebut mati. Oleh karena itu fisiologi reproduksi sangat penting
untuk diketahui karena menghasilkan banyak faedah yang baik bagi masnyarakat,
mahasiswa, maupun instansi-instansi yang terkait dengan pembudidayaan ikan.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang
dirumuskan dalam makalah ini ialah
organ-organ apa saja yang terlibat dalam proses reproduksi ikan dan
bagaimana strategi reproduksinya serta tahap-tahap yang terjadi dalam proses
reproduksi.
1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan :
1.
Mengetahui strategi reproduksi ikan
serta tahap-tahapnya.
2.
Mengetahui perbedaan antara proses organ-organ
reproduksi jantan maupun betina.
3.
Mengetahui proses pembuahan dan
pembenihan serta perkembangan embrio sampai pada penetasan.
1.4 Manfaat
Manfaat
makalah ini ialah :
1.
Sebagai bahan acuan mahasiswa dalam
mempelajari mata kuliah fisiologi hewan air yang terkhusus mengenai tentang
fisiologi reproduksi.
2.
Sebagai informasi yang akurat dalam
mengetahui lebih mendalam tentang fisiologi reproduksi ikan khususnya mengenai
tentang strategi reproduksi, sexualitas, perkembangan gamet, serta pemijahan
dan pembuahan perkembangan embrio samapi pada penetasan.
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Strategi
Reproduksi
Strategi
reproduksi biasanya melalui ukuran dan jumlah telur yang dihasilkan dalam
hubungannya dengan kemampuan merawat telur dan anak. Satu hal yang menonjol
adalh ikan yang memiliki telur-telur yang kecil biasanya memiliki jumlah telur
yang besar, sebagai konsekuensi dari derajat kelulusan hidup yang rendah.
Berdasarkan
strategi reproduksi yang dimiliki oleh hewan-hewan air, maka dikenal 3 tipe
reproduksi yaitu: 1). Reproduksi aseksual, diaman anak yang dihasilkan tanpa
penggabungan gamet, biasanya banyak dijumpai padan hewan vertebrata; 2).
Reproduksi sexual dengan fertilisasi internal, umumnya dilakukan oleh
hewan-hewan teristrial, dan dalam beberapa juga ikan perenang cepat; 3).
Reproduksi sexual dengan fertilisasi internal, merupakan penggabungan dua gamet
(sperma dan telur) diluar masing-masing tubuh masing-masing induk. Fertlisais
external terjadi dimana ikan jantan dan betina berdekatan dan mengeluarkan sel
telur serta sperma secara terkoordinir. Kemungkinan fertlisasi diperbesar oleh
besarnya jumlah telur dan sperma yang diproduksi dalam satu kali pemijahan.
B.
Sexualitas
Sebagian besar ikan adalah gonokoristik
(dioceous), dimana sepanjang hidupnya memiliki jenis kelamin yang sama.
Gonokoristik terdiri dari dua kelompok: 1). Kelompok yang tidak berdiferensiasi
artinya pada waktu juvenile, jaringan gonad dalam keadaan belum dapat
diidentifikasi (apakah jantan atau betina) selanjutnya akan berkembang menjadi
ovary atau testis; 2). Kelompok yang berdiferensiasi artinya sejak juvenil
sudah Nampak jelas jenis kelaminnya (jantan atau betina).
Hermaprodit adalah dalam tubuh individu
ditemukan dua jenis gonad. Bila kedua jenis gonad berkembang secara serentak
dan mampu berfungsi, keduanya dapat matang bersamaan atau bergantian maka jenis
hermaprodit ini disebut hermaprodit sirkoni. Hermaprodit potandri, bila pada
awalnya ikan-ikan tersebut berkelamin jantan namun semakin tua akan berubah
kelamin menjadi betina. Juga dikenal dengan istilah hermaprodit protogini yaitu
bila awalnya berkelamin betina namun semakin tua akan berubah menjadi kelamin
jantan. Hermaproditisme ini diatur oleh faktor genetic dan lingkungan.
C.
Perkembangan
Gamet Alat Kelamin Jantan
Alat
kelamin jantan meliputi kelenjar kelamin dan saluran kelamin.Kelenjar kelamin
jantan disebut testis. Pembungkus testicular yang mengelilingi testis, secara
luas menghubungkan jaringan-jaringan testis, membentuk batasan-batasan tabung
dari bagian-bagian yang tidak beraturan dan diameter (lobules) yang
mengelilingi germinal epithelium. Spermatozoa dihasilkan dalam cyste
seminiferus yang terletak dalam tubulus-tubulus pada testis. Cystes seminiferus
dikelilingi oleh sel-sel sertoli yang mempunyai fungsi nutritive, sedangkan
pada bagian luar terdapat sel ledyg yang mempunyai fungsi endokrin yaitu
menghasilkan testosterone.
v Spermatogenesis
Awal spermatogenesis ditandai dengan
berkembangbiaknya spermatogonia beberapa kali melalui pembelahan mitosis, untuk
memasuki tahap spermatosit primer. Selanjutnya terjadi pembelahan meiosis,
dimulai dengan kromoson berpasangan, yang diikuti dengan duplikasi membentuk
tetraploid (4n). Satu spermatosis primer tetraploid membentuk dua spermatosit
sekunder yang diploid (2n). satu spermatosit sekonder diploid membelah diri
menjadi dua spermatid haploid (n). selanjutnya terjadi pematangan spermatid
menjadi spermatozoa. Proses dari spermatogonium sampai menjadi spermaid disebut
spermatogenesis selanjutnya mengalami metamorfosa menjadi sperma. Proses ini
disebut spermiogenesis.
Pada
akhir spermiogenesis, spermatozoa dilepaskan dari cyste dan masuk kedalam lumen
lobular. Terbentuknya lumen terjadi lebih awal sehingga masih dijumpai
spermatid didalam lumen. Akhirnya lumen akan berkembang dan diisi oleh
spermatozoa, disini tidak ada lagi tahap-tahap perkembangan sel-sel benih.
Spermatozoa berada dalam lobule kira-kira satu bulan dan beberapa spermatozoa
akan mengalami pematangan.
v Spermiasi
Proses spermiasi
berhubungan dengan pelepasan spermatozoa dari lumen lobulus masuk ke dalam
saluran sperma. Hal ini mungkin
disebabkan karena terjadinya kenaikan tekanan hydrostatic di dalam lobule untuk
mengeluarkan cairan-cairan oleh sel-sel sertoli dibawah rangsangan
gonadotropin. Spermatozoa kemudian didorong ke dalam system pengeluaran, disini
akan bercampur dengan cairan sperma (milt).
Saluran
sperma terdiri dari dua bagian: bagian ertama bebatasan dengan testis, berguna
untuk membuka lobule (juxtatesticular part) dan yang lainnya adalah saluran
yang sederhana dimana berhubungan dengan bagian posterior dari testis ke
genital papilla.
v Produksi
sperma
Pada
beberapa ikan, termasuk rainbow trout terdapat siklus spermatogenesis, dimana
semua spermatozoa di dalam testis dihasilkan dalam satu musim, hal ini
berhubungan dengan produksi sperma selama setahun. Kosentrasi spermatozoa di
dalam testis adalah 5.8 x 1010 per gram testis, dimana gonado somato
indeks (GSI) biasanya berkisar 6-8% atau kadang-kadang 10% (Billard dkk., 1971
dalam Billard, 1992). Dengan demikian jumlah spermatozoa bervariasi dari 3.5 –
4.5 x 1012 per kg berat badan.pada ikan atlantik salmon, konsentrasi
spermatozoa di dalam testis adalah 5.5 x 1010 per gram (Kasakov,
1981 dalam Billard, 1992).
Spermatozoa
bersifat immotile dalam cairan plasmanya, dan akan bergerak apabila bercampur
dengan air. Pergerakan spermatozoa jarang berupa garis lurus, biasanya mereka
berenang menikung atau mengarah berbentuk spiral. Gerak progresif secara
berkesinambungan hanya terjadi 1 menit setelah bersentuhan dengan air dan hanya
50% yang masih dapat berenang setelah 3 menit. Sebagian besar spermatozoa ikan air tawar dapat motil
tidak lebih dari 2-3 menit setelah bersentuhan dengan air. Sedangkan
spermatozoa ikan air laut dapat motil lebih lama bahkan ada yang lebih dari 60
menit.
Lamanya
spermatozoa motil dipengaruhi oleh umur dan kematangan spermatozoa, temperature
dan factor-faktor lingkungan lain seperti ion-ion, pH dan osmolalitas.
Sedangkan kecepatan bergeraknya tergantung species. \
Kemampuan
bergerk spermatozoa ditunjang oleh bentuknya yang terdiri dari kepala, bagian
tengah dan ekor. Rata-rata panjang total spermatozoa ikan teleostei adalah
40-60 µ dengan panjang kepala hanya 2-3 µ.
Irama
(rytme) pergerakan ekor spermatozoa ikan diatur oleh aktivitas acetilcholin
yang terdapat dalam kepala spermatozoa, sedangkan energy untuk bergerak diperoleh
dari mitochondria yang terdapat pada
pangkal ekor. Pangkal ekor kaya akan plasmalogen, suatu bahan yang mengandung
asam lemak. Asam lemak ini dapat dioksidir sehingga menghasilkan energy.
Tidak
seperti spermatozoa mamalia yang berenang mengikuti arus (aliran), spermatozoa
ikan berenang ke arh telur. Arah ini dapat diketahui karena telur mengeluaran
suatu zat yang disebut fertilizin yang befungsi menarik sperma.
D.
Perkembangan
Gamet Alat Kelamin Betina
Gonad ikan betina disebut ovarium. Di
dalam ovarium sel telur dibentuk hasil dari diferensiasi sel-sel germ
primordial yang terdapat dalam epithelium
luminal ovary. Perkembangan telur ini disebut oogenesis. Pertumbuhan
oosit adalah proses yang kompleks, secara keseluruhan merupakan pengumpulan
kuning telur. Pertumbuhan awal adalah terjadinya pelepas hormon gonadotropin
(GtH-independent) dan dicirikan dengan bertambahnya ukuran nucleus,
bertambahnya jumlah nucleus dan akumulasi yang kompleks oleh DNA untuk berbagai
struktur dan penimpanan partikel-partikel yang bertanggung jawab untuk
pembentukan sel-sel basopil oleh sitoplasma. Jumlah yang besar dari RNA (5s RNA
dan transfer RNA) disimpan didalam sitoplasma oosit, oleh karena itu embrio
akan mempunyai kemampuan untuk menghasilkan protein dari dirinya sendiri
sebagai cadangan.
Pada tahap vesicle diperkirakan sebagai
awal tahap ketergantungan terhadap hormone gonadotropin (GtA-dependent). Tahap
ini dicirikan dengan terbentuknya vesicle yang akhirnya akan membentuk cortical
alveoli, yang meliputi reaksi kortex dan menyebabkan kejukan osmotic pada
fertilisasi. Vesicle ini tidak mengandung kuning telur yang sebenarnya sehingga
istilah yolk vesicle tidaklah dianjurkan. Tahap ini juga dicirikan dengan
dimulainya pembentukan zona radiate, perkembangan ekstra cellular, dan bakal
korion sel-sel granolosa menjadi “coboidal” dan sel-sel theca kembali
diratakan.
Gonad
ikan betina disebut ovarium. Di dalam ovarium sel telur dibentuk dari hasil
diverensiasi sel-sel germ primordial yang terdapat pada epitalium luminal
ovary. Pertumbuhan oosit adalah proses yang kompleks, secara keseluruhan
merupakan pengumpulan kuning telur. Perkembangan telur ikan secara umum
meliputi empat tahap : (1) awal pertumbuhan, (2) tahap vesicle yolk (3) tahap
vitelogenesis dan tahap pematangan.
Tahap pertumbuhan adalah terjadinya
pelepasan hormone gonado tropin dan dicirikan dengan bertambahnya ukuran
nucleus, bertambahnya jumlah nucleus dan akumulasi yang kompleks oleh DNA untuk
berbagai struktur dan penyimpanan partikel-partikel yang bertanggung jawab
untuk pembentukan sel-sel basopil oleh sitoplasma. Pada tahap vesicle
diperkirakan sebagai awal tahap ketergantungan terhadap hormone gonado tropin.
Tahap ini dicirikan dengan terbentuknya pesicle yang akhirnya akan membentuk
cortical alveoli, yang meliputi reaksi korteks dan menyebabkan kejutan osmotic
pada waktu fertilisasi. Vitelogenesis, dicirikan oleh bertambah banyaknya
volume sitoplasma yang berasal dari eksogeneously yang dibentuk dari kuning
telur yang disebut vitelogenin. Vitelogenen disentesis oleh hati dalam bentuk lipophosphoprotein
calcsium kompleks dan hasil
mobilisasi lipid dari lemak visceral. Selama prose vitelogonosis terjadi
penambahan pada zona radiata, perkemabangan endoplasmic yang kurang merata
dalam sel-sel granulosa dan thescha.
Pada
tahap akhir dari perkembangan telur adalah tahap pematangan yaitu tahap
peergerakan germinal vesikel ketepi da akhirnya melebur selanjutnya membentuk
pronuklei dan polar bodi II.
v Fekunditas
Fekunditas (jumlah folikel yang matang atau telur yang
diovulasi) berbeda-beda tergantung ukuran ikan dan dinyatakan per kg berat
badan. Pada rainbow trout, fekunditas relative untuk ikan ukuran 500 g adalah
400 telur per kg sedangkan yang memiliki ukuran 3 kg memilki fekunditas
2000/kg. fekunditas dapat dipengaruhi factor genetic dan faktor-faktor
lingkunagan termasuk kondisi pemijahan.
E.
Pemijahan
dan Pembuahan
v Pemijahan
(Spawning)
Pemijahan di alam dipengaruhi oleh
kondisi lungkungan (eksternal) misalnya : hujan, habitat, oksigen terlarut,
daya hantar listrik, cahaya, suhu, kimia fisika air, waktu (malam hari) dll.
Kondisi lingkungan ini akan mempengaruhi control endokrin untuk menghasilkan hormone-hormon yangf mendukung
proses perkembangan gonad dan pemijahan.
Berdasarkan daerah pemijahan, dikenal
dengan adanya ikan : 1) anadromus, yakni ikan yang hidup diperairan laut da
melakuka pemijahan di daerah hulu sungai,;2) katadromus, yakni ikan yang hidup
di sungai dan melakukan pemijahan di samudra (laut); 3) protodromus, yakni ikan
yang hidup diperairan tawar dan melakukan pemijahan di perairan tawar; 4)
oceanodromus, ikan yang hidup di perairan laut dan memijah di perairan yang
sama.
Sebagian ikan mengeluarkan telur yang
lebih berat dari air, sehingga telur akan tenggelam, akan tetapi banyak juga ikan
yang mengeluarkan telur yang bersifat planktonik. Telur-tekur pada sebagian
spesies ikan ada yang hanyut, bebas dan adapula yang melekat diantara satu
dengan yang lainnya, atau melekat pada tumbuh-tumbuhan , batu, pasir, dan kayu
yang terapung.
Berdasarkan melekatnya telur maka di
bagi : 1) pelagophyl, yakni telur-telur ikan hanyut dengan bebas dan melekat
pada batuan; 2) litipelagophyl, telur yang dilekatkan di atas batu-batuan; 3)
litophyl, telur disimpan di atas batuan dan larva ditinggalkan di atas
perairan; fitolitophyl , telur yang dilekatkan pada tumbuh-tumbuhan,
kayu-kayuan, dan bahan lain yang terapung dan tenggelam di dasar perairan; dan
5) psamophyl, telur-telur yang dilekatkan di atas pasir.
Perangsangan pemijahan secara buatan
dewasa ini banyak di lakukan, yaitu dengan menciptakan kondisi lingkungan yang
sesuai dengan kondisi di alam sebagai persyaratan untuk pemijahan. Untuk
merangsang pemijahan walaupun denga kondisi yang kurang tepat maka dapat
diupayakan dengan menyuntikannya dengan ekstrak hipofisa atau HCG. 1 kg ikan
resiplen betina membutuhksn ikan donor 2 kg, bila menggunakan tepung hipofisa
dibutuhkn 24 mg/kg induk (jantan) dan 28 mg/kg induk (betina).
Telur-telur
yang kelewat matang akibat pemijahan tertunda karena kondisi lingkungan yang
kurang mendukung yang mengakibatkan protein telur mengalami denaturasi sehingga
walaupu akhirnya dikeluarkan, telur-telur tersebut biasanya gagal untuk
berkembang
v Pembuahan
Pembuahan adalah berssatunya oosit
(telur) dengan sperma membentuk sigot. Fase pembuahan tersebut dapat di bagi
menjadi dua tahap yaitu : 1) fase primer, terjadinya kontak antara sperma dan
telur,; 2) fase sekunder, yakni proses terjadinya antara gamet jantan dan
telur.
Proses pembuahan pada ikan bersifat
monospermik. Yakni hanya satu spermatozoa yang membuahi sel telur. Pada
pembuahan ini terjadi percampuran inti sel telur dan inti sperma. Kedua inti
ini masing-masing mengandung gen (pembawa sifat keturunan) sebanyak satu sel
(haploid).
Ada beberapa hal yang mendukung
berlangsungnya pembuaha dengan baik yaitu spermatozoa yang tadinya tidak
bergerak dalam cairan plasmanya, akan bergerak setelah bersentuhan dengan air
dan dengan bantuan ekornya dia akan bergerak kea rah telur. Perbedaan tekanan
air osmosa air lingkungan dengan cairan fisiologi sperma dalam tubuh akan
merangsang spermatozoa akan bergerak dan zat gymnogamon 1 atau fertilizin yang
dihasilkan oleh sel telur akan menarik spermatozoa bergerak menuju sel telur
tersebut.
Berjuta-juta spermatozoa dikeluarkan
pada saat pemijahan dan menempel pada sel telur tetapi hanya satu yang dapat
melewati mikrofil, satu-satunya lubang yang masuk spermatozoapada sel telur.
Kepala spermatozoa menerobos mikrofit dan bersatu dengan inti sel telur,
sedangkan ekornya tertinggal pada saluran mikrofit tersebut, dan berfungsi
sebagai sumbat untuk mencegah spermatozoa yang lain masuk. Cara lain yang
digunakan sel telur untuk mencegah sperma lain masuk adalah terjadinya reaksi
kortikal sehingga mikrofit menjadi lebih sempit.
Spermatozoa
lain yang berlumpuk pada saluran ikrofit aka didorong keluar oleh reaksi
korteks, demikian juga halnya spermatozoa yang melekat pada permukaan korion
harus disingkirka karena akan mengganggu proses pernapasan. Sebelum dikeluarkan
, selaput pembungkus telur (korin) kurang tegang dan terdiri dari
kantong-kantong orteks. Sesuadah dikeluarkan dan menyentuh air maka
terbentuklah ruang perifitelin yaitu celah antara lapisan korion dan lapisan
vitelin yang diakibatkan oleh masuknya air yang berfungsi memudahkan sperma
masuk. Selanjutnya terjadi reaksi kortikal, yaitu kantung-kantung korteks pecah
dan butiran-butiran korteks meloncat keluar dan mendorong sperma yang melekat
pada permukaan korion.
F.
Perkembagan
Embrio
v Pembelahan
Sel Zigot (Cleavage)
Sesaat setelah terjadinya pembuahan, sel
zigot akan melakukan pembelahan mitosis terus menerus secara cepat, sehingga
terbentuk blastomer yang berbentuk morula. Pembelahan sel zigot pada ikan
umunya adalah tipe meroblastik (partial), walaupun ada juga holoblastik
(total). Kedua tipe tersebut ditentukan oleh banyaknya kunig telur dan
penyebarannya.
Pada pembelahan holoblastik ada dua tipe
pembelahan yaitu pembelahan sempurna(equal) dan pembelahan yang tidak sempurna
(unequal). Pada pmbelaha sempurna sel-sel anak yang terbentuk relative sama
besar, sedangkan pada pembelahan yang tidak sempurna, sel-sel anak yang
dihasilkan pada kutub anuimal berukuran lebih kecil dari pada yang disekitar
kutub vegetatif, dimana terdapat banyak kuning telur.
v Blastulasi
Proses
pembentukan blastula disebut blastulasi, dimana kelompok sel-sel anak hasil
pembelahan benrbentuk benda yang relatif bulat dan ditengahnya terdapat rongga.
Pada blastula sudah terdapat daerah yang akan berdiferensiasi membentuk
organ-organ tertentu seperti sel-sel saluran pencernaan, notochorda, syaraf,
epidem,ectoderm, mesoderm, dan endoderm.
v Gastrulasi
Gastrulasi adalah proses pembentukan
tiga daun kecambah yaitu ectoderm, mesoderm, dan endoderm. Proses ini umumnya
sama bagi ikan yang pembelahan telurnya meroblastik. Gastrulasi ini erat hubungannya dengan
pembentukan system sayaraf (neurolasi) sehingga merupakan periode kritis. Pada
proses gastrulasi, terjadi pergerakan masssa sel, yakni epiboli dan emboli.
Epiboli meliputi pergerakan sepanjang sumbu antero-posterior dan meluas ke tepi
(divergensi). Sedangkan geraka epiboli
disebelah luar, diikuti oleh gerakan disebelah dalam embrio (gerakan
eksistensi).
Gastrulasi pada ikan teleostei akan
berakhir pada saat masa kuning telur telah terbungkus seluruhnya. Selama proses
ini beberapa jaringan mesoderm yang berada sepanjang kedua sisi notokorda
disusun menjadi segmen-segmen yang disebut somit sampai akhirnya terbentuk
badan hewan bertulang punggung yang primitif.
v Organogenesis
Organogenesis adalah proses pembentukan
alat-alat tubuh mahluk yang sedang berkembang. System organ tubuh berasal dari
3 daun kecambah yakni ektoderm akan terbentuk system saraf dan epidermis kulit,
entoderm akan terbentuk saluran pencernaan beserta kelenjar-kelenjar pencernaan
dan alat pernafasan sedangka dari mesoderm akan terbentuk rangka, otot, system
peredaran darah, ekskresi, alat reproduksi dan korium kulit.
Mesodermal badan segera terbagi menjadi
dorsal, intermediate dan lateral. Mesoderm dorsal terbagi menjadi kelompok-kelompok
somit. Tiap somit terbagi menjadi 3 bagian yaitu skelerotom, myotom, dan
mermatom. Skelerotom membentuk rangka axial, myotom berkembang menjadi otot
tubuh, rangka apendicular, sirip dan otot-ototnya. Dermatom berkembang menjadi
jaringan-jaringan ikat dermis kulit dan derivat-derivat kulit.
G.
Penetasan
Penetasan adalah suatu proses perubahan
dalam siklus hidup suatu hewan dari bentuk intracapsular menjadi bentuk hidup
yang bebas. Mekanisme penetasan ini secara umum terbagi dua tipe yaitu secara
mekanik dan enzimatik. Pada hewan-hewan akuatik, selain melalui proses mekanik
yaitu melalui gerakan ekor embrio, juga dibantu oleh adanya partisipasi enzim
yang berfungsi melunakkan karion. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penetasan yaitu keberadaan oksigen,
temperatur dan cahaya.
Beberapa percobaan menunjukkan bahwa
akibat kekurangan oksigen mampu menstimulasi aktivitas pernapasan dari embrio,
dan nampaknya ada keterkaitan antara aktivitas pernapasan embrio dan
penetasan. Temperature juga merupakan faktor lingkungan yang penting
dalam proses penetasan. Peningkatan temperature juga dapat menstimulasi sekresi
enzim penetasan. Sekali enzim diekskresi, maka pencernaan karion menjadi lebih
cepat pada temperatur tinggi dibandingkan temperatur rendah, menyebabkan
penetasan lebih cepat. Faktor lingkungan lain yag diduga mempengaruhi penetasan
ialah cahaya. Pada faktor ini Nampak bahwa sekresi enzim penetasan dikontrol
oleh stimulasi fotoreseptor (mata dan atau kelenjar pineal), mungkin melalui
system saraf pusat.
Beberapa faktor lain yang mempengaruhi
sekresi enzim penetasan pada ikan. Efinefrin dan MS-222 dengan konsentrasi
rendah mampu mempercepat sekresi enzim penetasan pada embrio fundulus sedangkan
tubocurarine, atropine, dan MS-222 dengan konsentrasi tinggi mampu menghambat
sekresi.
BAB
III
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
4.2
Saran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar