Jumat, 22 November 2013

Konservasi Ikan Buta (Diancistrus typhlops) sebagai Ikan Endemik di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara


                                                                                                                                                         I.       PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 bahwa konservasi sumberdaya alam adalah pengelolaan sumberdaya yang menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan bagi sumberdaya terbaharui menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai keanekaragamannya.
Dalam kegiatan konservasi terdapat 2 jenis konservasi yang dilakukan yaitu konservasi hayati dan non hayati dimana konservasi hayati meliputi perlindungan habitat dan organisme-organisme perairan sedangkan konservasi non hayati meliputi perlindungan selain habitat dan organism-organisme perairan sehingga terkait hal tersebut, maka di daerah pantai dan laut merupakan tempat dari kedua jenis konservasi tersebut.
Ikan buta merupakan ikan tanpa mata yang hidup di daerah goa-goa dan belum tersisolasi penuh oleh kegiatan masyarakat. Ikan ini hanya memiliki hanya 28 jenis spesies sampai saat ini diseluruh dunia serta hanya terdapat 2 jenis ikan buta dengan genus berbeda yang ditemukan di Indonesia yaitu di Sulawesi Selatan di daerah Maros dan Sulawesi Tenggara di daerah Pulau Muna.
Konservasi ikan buta di Indonesia belum pernah dilakukan mengingat ikan ini baru ditemukan yaitu pada tahun 2005 sampai 2007. Khususnya di Pulau Muna Ikan ini diharapkan dapat dijadikan tujuan destinasi bagi para wisatawan karena ikan ini sangat unik serta menarik untuk dilihat.
Mengacu pada hal diatas maka kami berharap mewakili makalah ini, dapat dijadikan referensi baru dalam mengetahui sebenarnya keanekaragaman hayati khususnya yang ada di Kabupaten Muna sangat banyak namun belum di eksplorasi secara menyeluruh serta spesies – spesies yang endemik di Sulawesi Tenggara sebenarnya sangat banyak namun belum terungkap dan masih menjadi misteri. Oleh karena itu, akan sangat membantu apabila spesies ikan buta ini dapat dikonservasi karena mengingat spesies ini endemik di Sulawesi Tenggara khususnya di Kabupaten Muna.

1.2    Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini ialah sebagai berikut:
1.        Apa perlunya kita lakukan konservasi tentang ikan buta (Diancistrus typhlops) di Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara?
2.        Bagaimana klasifikasi dan morfologi ikan buta (Diancistrus typhlops) di Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara?
3.        Bagaimana tingkah laku ikan buta (Diancistrus typhlops) di Kabupaten Muna, Provinsi Sulawes Tenggara?

1.3    Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini ialah sebagai berikut:
1.        Untuk mengetahui alasan perlunya kita melakukan konservasi ikan buta (Diancistrus typhlops) di Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara.
2.        Untuk mengetahui klasifikasi dan morfologi ikan buta (Diancistrus typhlops) di Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara.
3.        Untuk mengetahui tingkah laku ikan buta (Diancistrus typhlops) di Kabupaten Muna, Provinsi Sulawes Tenggara.

1.4    Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini ialah sebagai berikut:
1.        Sebagai bahan acuan dalam membuat makalah berikutnya khussnya yang berhubungan dengan konservasi spesies ikan.
2.        Sebagai wawasan baru bagi mahasiswa dalam mengetahui tentang tata cara dalam melakukan kegiatan budidaya yang baik.
3.        Dapat dijadikan informasi tambahan dalam menelaah lebih jauh mengenai ikan-ikan endemik khususnya yang ada di pulau Sulawesi.
4.        Bagi masyarakat dan mahasiswa, ikan ini dapat dijadikan ikan hias sehingga populasinya tidak menurun serta dapat meningkatkan nilai ekonomis serta pendapatan.
 
Gambar 1. (A) Ikan Buta yang masih hidup (Diancistrus typhlops), (B) Ikan Buta (Diancistrus typhlops) yang Telah Mati  
v  Morfologi Ikan Buta
Ikan ini memiliki bentuk seperti ikan lidah pasir, sehingga bentuknya seperti lidah, gepeng, dengan jari-jari sirip punggung berjumlah 78-81, panjang kepala 30,5-32,5. Sedangkan sirip dubur 63-65, panjang penutup insang 3-4, terdapat filament pseudobranchial, sisik dibagian pipi di potongan yang sempit, tidak ada operkulum, pesudoclasper luar sedikit lebih panjang daripseudoclasper di bagian dalam tubuh, pseudoclasper terhubung anterior.(Nielsen, et al., 2009). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.
 Tabel 1.Morfometrik dan Meristik Ikan Buta (Diancistrus typhlops)
















            Tubunhya kecil melingkar, dengan gurat sisi tidak jelas, tidak ada sisik pada operculum, asal sirip anal di pertengahan tubuh, sirip perut sudah sudah tidak terlihat atau tidak ada, sirip dada dibawah tengah tubuh. Mata tidak terlihat dari luar, wilayah warna kemerahan hampir 1 mm di belakang posterior, lubang hidung posisi yang paling mungkin menunjukkan mata hilang (kurang berbeda atau tidak hadir). Lubang hidung anterior dengan baik dikembangkan, tabung ditempatkan rendah pada moncongnya. Lubang hidung bagian belakang dengan pelek rendah dua kali ukuran lubang hidung anterior. Maksila berakhir jauh di belakang posisi mata hilang, bagian posterior vertikal diperluas. Operkulum dengan tulang belakang yang tajam sebagian tertutup oleh kulit. Lengkung insang  anterior dengan empat (4-5) rakers pendek pada cabang atas dan bawah cabang dengan tiga (3-4) panjang dan 11 (9-12) tapis insang pendek. Pori-pori kepala dan lain-lainnya dapat dilihat gambar 2 berikut.












Gambar 2. (A). bagian kepala atas, (B) bagian kepala bawah, (C) bagian pseudoclasper yang dilihat dari dalam, (D) bagian samping atas organ copulatory, (E) bagian bawah organ copulatory.
1.3    Tingkah Laku Ikan Buta (Diancistrus typhlops)
Spesies ini hidup di air payau serta mudah ditangkap dengan jaring dan melekat di daerah batuan. Ikan ini biasa melakukan migrasi nokturnal, dan hewan ini makan dari jenis gastropoda. Ada lebih banyak makanan yang tersedia di lubang goa daripada di habitat gua oligotrophic sebagai lubang  terkena sinar matahari sepanjang hari. Hal tersebut sangat beresiko karena sebanyak spesimen  tersebut dimakan oleh ular. Salinitas di gua-gua bervariasi, 5-10 ppm di lapisan permukaan dan sekitar 30 ppm di lapisan bawah dengan halocline yang tajam pada kedalaman 15-20 m.
Tidak adanya mata menunjukkan bahwa spesies telah berkembang di bawah kondisi gua yang gelap. Kehadiran panjang, taring retrorse juga menunjukkan bahwa mereka dapat mengambil mangsa yang relatif besar. Isi perut saja diidentifikasi, dinilai dari radiografi, adalah dua 2 gastropoda panjang mm. Dua betina yang diidentifikasi memiliki telur sampai 0,8 mm, tetapi tidak ada embrio yang ditemukan. 6.2 cm SL betina memiliki sekitar 250 telur 0,6-0,8 mm. Empat jantan yang diidentifikasi memiliki organ intromittent berkembang dengan baik dan bagian histologis testis dari salah satunya menunjukkan banyak spermatophores dalam saluran testis.

III.   KESIMPULAN DAN SARAN
1.1    Kesimpulan
1.        Alasan utama Ikan ini harus dikonservasi ialah Ikan Buta (Diancistrus typhlops) ini merupakan salah satu ikan endemik Sulawesi Tenggara serta dapat menjadi ancaman bagi ikan ini apabila adanya eksploitasi yang sangat tinggi didaerah tersebut.
2.        Ikan buta memiliki bentuk seperti ikan lidah pasir, sehingga bentuknya seperti lidah, gepeng, dengan jari-jari sirip punggung berjumlah 78-81, panjang kepala 30,5-32,5. Sedangkan sirip dubur 63-65, panjang penutup insang 3-4, terdapat filament pseudobranchial, sisik dibagian pipi di potongan yang sempit, tidak ada operkulum, pesudoclasper luar sedikit lebih panjang daripseudoclasper di bagian dalam tubuh, pseudoclasper terhubung anterior.
3.        Spesies ini mudah ditangkap dengan jaring dan melekat di daerah batuan. Ikan ini biasa melakukan migrasi nokturnal, dan hewan ini makan dari jenis gastropoda. Ada lebih banyak makanan yang tersedia di lubang goa tersebut daripada di habitat gua oligotrophic sebagai lubang terkena sinar matahari sepanjang hari.
1.2    Saran
Adapun saran yang dapat ditarik yaitu perlunya meningkatkan partisipasi masyarakat dan mahasiswa untuk perlunya memelihara, melindungi, untuk dapat dimanfaatkan sebagai pendapatan dari nilai jual ikan yang sifatnya endemik.
 
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010. Ikan buta dari Gua-gua di Pulau Muna, Sulawesi Tenggara. http//:www.the science of café live.LIPI.go.id, Diakses Pada Tangggal 22 April 2013.

Anonim, 2013. Diancistrus typlops. http//www.fishbase.org. Diakses pada tanggal 22 April 2013.  

Alimudin, M. 2010. Ikan Buta Endemik di Pulau Muna, Sulawesi Tenggara. http//:www.for-wuna.worpress.com. Diakses Pada Tanggal  2013.

Nulsen, J.G., Wernes, S. and Herdiaty, R. H. 2009. A Blind, New Species of Diancistrus (Teleostei, Bythitidae) from Three Caves on Muna Island, Southeast of Sulawesi, Indonesia. Cybium 2009, 33(3): 241-245.

Parenti, L. R. 2009. Endemisme and Conservation of the Native Fresh Water Fish Fauna of Sulawesi, Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Ikan VI: 1 -10.

Octaviana, K. dan Ngazis, A.N. 2012 Hewan-Hewan Buta Ini Ditemukan Di Area Karst.http://www.vivanews.com. Diakses Pada Tanggal 22 April 2013.

Yozhisama, A.M. dan Jefreny, W.R.S. 2008. Esp.Biol.211: 292-299.



















                                                                                                                                                         II.       PEMBAHASAN
2.1    Perlunya Konservasi Ikan Buta (Diancistrus typhlops)
Ikan buta dapat dikatakan sebagai ikan yang memiliki bentuk khas serta unik dan menarik. Namun hal tersebut akan pudar apabila ikan ini telah hilang atau punah di alam sebagai akibat aktivitas dari manusia. Sehingga hal tersebut harus dilindungi agar anak cucu kita dapat menikmatinya juga. Salah satu kegiatan yang dapat kita lakukan ialah dengan melakukan kegiatan konservasi hayati perairan.
Ikan buta dari jenis Diancistrus typhlops ini belum pernah ditemukan sebelumnya dan hanya ada di daerah batuan karst Kabupaten Muna, Kecamatan Tongkuna, Desa Oempo, Walengkabola di Goa Alam Moko dan Moko Morete.
Ikan ini sangat khas karena ikan ini memiliki bentuk tubuh seperti ikan lidah pasir namun cara hidupnya berbeda dengan ikan lidah pasir serta memiliki sirip dubur yang transparan. Sedangkan unik ialah ikan ini tidak punya mata sama sekali sehingga pergerakannya hanya berdasarkan pada respon bayangan saja yang telah terjadi selama evolusi selama satu juta yang lalu. Dimana perilaku tersebut didorong oleh kelenjar pinneal. Kelenjar ini merupakan organ sensitif terhadap cahaya dan kadang-kadang disebut sebagai “mata ketiga” (Yoshizawa & Jeffery, 2008). Menarik karena bentuk ikan ini berwarna merah ke orangean serta mudah ditangkap oleh jaring di daerah perairan payau.
Oleh karena itu, ikan buta (Diancistrus typhlops) harus dikonservasi dengan dasar pertimbagan sebagai berikut:
1.        Ikan Buta (Diancistrus typhlops) ini merupakan salah satu ikan endemik Sulawesi Tenggara.
2.        Ikan ini sangat mudah di tangkap karena ketebatasan dari indera yang dipergunakannya
3.        Untuk mengantisipasi terjadinya penurunan populasi Ikan Buta agar tetap lestari di alam dan tidak mengalami kepunahan.
4.        Di Kecamatan Tongkuno, khususnya di desa Oempo, merupakan salah satu desa yang   kegiatan pembagunannya sangat tinggi serta kegiatan pembalakan liar sangat meningkat.
5.        Ikan buta juga sangat rentan dengan cahaya matahari serta habitat ikan buta rentan pula dengan aktifitas manusia sekitar sehingga spesies ikan ini dapat menghilang kapan saja.
2.2    Klasifikasi dan Morfologi Ikan Buta (Diancistrus typhlops)
v  Klasifikasi Ikan Buta
Menurut Nielsen, et al (2009) klasifikasi ikan buta (Diancistrus typhlops) ialah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
            Filum : Chordata
                        Sub Filum : Pisces
                                    Kelas : Actinopterygii
                                                Ordo : Ophiidiformes
                                                            Famili : Bythitidae
                                                                        Genus : Diancistrus
                                                                                    Spesies : Diancistrus typhlops

Tidak ada komentar:

Posting Komentar