I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 bahwa
konservasi sumberdaya alam adalah pengelolaan sumberdaya yang menjamin
pemanfaatannya secara bijaksana dan bagi sumberdaya terbaharui menjamin
kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas
nilai keanekaragamannya.
Dalam kegiatan konservasi
terdapat 2 jenis konservasi yang dilakukan yaitu konservasi hayati dan non
hayati dimana konservasi hayati meliputi perlindungan habitat dan organisme-organisme
perairan
sedangkan konservasi non hayati meliputi perlindungan selain habitat dan
organism-organisme perairan sehingga terkait hal tersebut, maka di daerah
pantai dan laut merupakan tempat dari kedua jenis konservasi tersebut.
Ikan buta merupakan ikan tanpa
mata yang hidup di daerah goa-goa dan belum tersisolasi penuh oleh kegiatan
masyarakat. Ikan ini hanya memiliki hanya 28 jenis spesies sampai saat ini
diseluruh dunia serta hanya terdapat 2 jenis ikan buta dengan genus berbeda
yang ditemukan di Indonesia yaitu di Sulawesi Selatan di daerah Maros dan
Sulawesi Tenggara di daerah Pulau Muna.
Konservasi ikan buta di
Indonesia belum pernah dilakukan mengingat ikan ini baru ditemukan yaitu pada
tahun 2005 sampai 2007. Khususnya di Pulau Muna Ikan ini diharapkan dapat
dijadikan tujuan destinasi bagi para wisatawan karena ikan ini sangat unik
serta menarik untuk dilihat.
Mengacu pada hal diatas maka
kami berharap mewakili makalah ini, dapat dijadikan referensi baru dalam
mengetahui sebenarnya keanekaragaman hayati khususnya yang ada di Kabupaten
Muna sangat banyak namun belum di eksplorasi secara menyeluruh serta spesies –
spesies yang endemik di Sulawesi Tenggara sebenarnya sangat banyak namun belum
terungkap dan masih menjadi misteri. Oleh karena itu, akan sangat membantu
apabila spesies ikan buta ini dapat dikonservasi karena mengingat spesies ini
endemik di Sulawesi Tenggara khususnya di Kabupaten Muna.
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun rumusan
masalah dalam makalah ini ialah sebagai berikut:
1.
Apa perlunya
kita lakukan konservasi tentang ikan buta (Diancistrus typhlops) di Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara?
2.
Bagaimana klasifikasi
dan morfologi ikan buta (Diancistrus typhlops)
di Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara?
3.
Bagaimana tingkah laku ikan
buta (Diancistrus
typhlops) di Kabupaten Muna, Provinsi Sulawes Tenggara?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan
dari makalah ini ialah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui
alasan perlunya kita melakukan konservasi ikan buta (Diancistrus typhlops) di Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara.
2.
Untuk mengetahui
klasifikasi dan morfologi ikan buta (Diancistrus typhlops)
di Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara.
3.
Untuk mengetahui tingkah
laku ikan buta (Diancistrus
typhlops) di Kabupaten Muna, Provinsi Sulawes Tenggara.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah
ini ialah sebagai berikut:
1.
Sebagai bahan acuan dalam membuat makalah berikutnya khussnya yang berhubungan dengan konservasi
spesies ikan.
2.
Sebagai wawasan baru bagi mahasiswa dalam mengetahui tentang
tata cara dalam melakukan kegiatan budidaya yang baik.
3.
Dapat dijadikan informasi tambahan dalam menelaah
lebih jauh mengenai ikan-ikan endemik khususnya yang ada di pulau Sulawesi.
4.
Bagi masyarakat dan mahasiswa, ikan ini dapat
dijadikan ikan hias sehingga populasinya tidak menurun serta dapat meningkatkan
nilai ekonomis serta pendapatan.
Gambar 1. (A) Ikan Buta yang masih hidup (Diancistrus typhlops), (B) Ikan Buta (Diancistrus typhlops) yang Telah Mati
v Morfologi
Ikan Buta
Ikan ini memiliki bentuk seperti ikan lidah pasir, sehingga bentuknya
seperti lidah, gepeng, dengan jari-jari sirip punggung berjumlah 78-81, panjang
kepala 30,5-32,5. Sedangkan sirip dubur 63-65, panjang penutup insang 3-4,
terdapat filament pseudobranchial, sisik dibagian pipi di potongan yang sempit,
tidak ada operkulum, pesudoclasper luar sedikit lebih panjang daripseudoclasper
di bagian dalam tubuh, pseudoclasper terhubung anterior.(Nielsen, et al., 2009). Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1.Morfometrik dan Meristik Ikan Buta (Diancistrus typhlops)
Tubunhya kecil melingkar, dengan gurat sisi tidak
jelas, tidak ada sisik pada operculum, asal sirip anal di pertengahan tubuh,
sirip perut sudah sudah tidak terlihat atau tidak ada, sirip dada dibawah
tengah tubuh. Mata tidak terlihat dari luar, wilayah warna kemerahan hampir 1 mm
di belakang posterior, lubang
hidung posisi yang paling mungkin menunjukkan mata hilang (kurang berbeda atau tidak
hadir). Lubang hidung anterior dengan baik dikembangkan, tabung ditempatkan
rendah pada moncongnya. Lubang hidung bagian belakang dengan pelek rendah dua kali ukuran lubang
hidung anterior. Maksila berakhir jauh di belakang posisi mata hilang,
bagian posterior vertikal diperluas. Operkulum dengan tulang belakang
yang tajam sebagian tertutup oleh kulit. Lengkung
insang anterior
dengan empat (4-5) rakers pendek pada cabang atas dan bawah cabang dengan tiga
(3-4) panjang dan 11 (9-12) tapis
insang pendek.
Pori-pori kepala dan
lain-lainnya dapat dilihat gambar 2 berikut.
Gambar 2. (A). bagian kepala atas, (B) bagian kepala
bawah, (C) bagian pseudoclasper yang dilihat dari dalam, (D) bagian samping
atas organ copulatory, (E) bagian bawah organ copulatory.
1.3 Tingkah
Laku Ikan Buta (Diancistrus typhlops)
Spesies ini hidup di air payau serta mudah ditangkap dengan jaring dan
melekat di daerah batuan. Ikan ini biasa melakukan migrasi nokturnal, dan hewan
ini makan dari jenis gastropoda. Ada lebih banyak makanan
yang tersedia di lubang goa daripada
di habitat gua oligotrophic sebagai lubang
terkena sinar matahari sepanjang hari. Hal tersebut sangat beresiko karena sebanyak spesimen tersebut dimakan
oleh ular. Salinitas di gua-gua bervariasi, 5-10 ppm di lapisan permukaan dan
sekitar 30 ppm di lapisan bawah dengan halocline
yang tajam pada kedalaman 15-20 m.
Tidak
adanya mata menunjukkan bahwa spesies telah berkembang di bawah kondisi gua
yang gelap. Kehadiran panjang, taring retrorse juga menunjukkan bahwa mereka
dapat mengambil mangsa yang relatif besar. Isi perut saja diidentifikasi,
dinilai dari radiografi, adalah dua 2 gastropoda panjang mm. Dua betina yang diidentifikasi
memiliki telur sampai 0,8 mm, tetapi tidak ada embrio yang ditemukan. 6.2 cm SL
betina memiliki sekitar 250
telur 0,6-0,8 mm. Empat jantan yang
diidentifikasi memiliki organ intromittent berkembang
dengan baik dan bagian histologis testis dari salah satunya menunjukkan banyak
spermatophores dalam saluran testis.
III. KESIMPULAN
DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
1.
Alasan utama Ikan ini harus
dikonservasi ialah Ikan Buta (Diancistrus typhlops)
ini merupakan salah satu ikan endemik Sulawesi Tenggara serta dapat menjadi
ancaman bagi ikan ini apabila adanya eksploitasi yang sangat tinggi didaerah
tersebut.
2.
Ikan buta
memiliki bentuk seperti ikan lidah pasir, sehingga bentuknya seperti lidah,
gepeng, dengan jari-jari sirip punggung berjumlah 78-81, panjang kepala
30,5-32,5. Sedangkan sirip dubur 63-65, panjang penutup insang 3-4, terdapat
filament pseudobranchial, sisik dibagian pipi di potongan yang sempit, tidak
ada operkulum, pesudoclasper luar sedikit lebih panjang daripseudoclasper di
bagian dalam tubuh, pseudoclasper terhubung anterior.
3.
Spesies ini
mudah ditangkap dengan jaring dan melekat di daerah batuan. Ikan ini biasa
melakukan migrasi nokturnal, dan hewan ini makan dari jenis gastropoda. Ada
lebih banyak makanan yang tersedia di lubang goa tersebut daripada di habitat gua
oligotrophic sebagai lubang terkena sinar matahari sepanjang hari.
1.2 Saran
Adapun saran yang dapat ditarik yaitu perlunya
meningkatkan partisipasi masyarakat dan mahasiswa untuk perlunya memelihara,
melindungi, untuk dapat dimanfaatkan sebagai pendapatan dari nilai jual ikan
yang sifatnya endemik.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim, 2010. Ikan buta dari Gua-gua di Pulau Muna, Sulawesi Tenggara. http//:www.the
science of café live.LIPI.go.id, Diakses Pada Tangggal 22 April 2013.
Anonim, 2013. Diancistrus typlops. http//www.fishbase.org. Diakses pada
tanggal 22 April 2013.
Alimudin, M. 2010. Ikan Buta Endemik di Pulau Muna, Sulawesi Tenggara. http//:www.for-wuna.worpress.com.
Diakses Pada Tanggal 2013.
Nulsen, J.G., Wernes, S. and Herdiaty, R. H. 2009. A Blind, New Species
of Diancistrus (Teleostei, Bythitidae) from Three Caves on Muna Island,
Southeast of Sulawesi, Indonesia. Cybium 2009, 33(3): 241-245.
Parenti, L. R. 2009. Endemisme and Conservation of the Native Fresh
Water Fish Fauna of Sulawesi, Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Ikan VI: 1
-10.
Octaviana, K. dan Ngazis, A.N. 2012 Hewan-Hewan Buta Ini Ditemukan Di
Area Karst.http://www.vivanews.com. Diakses Pada Tanggal 22 April 2013.
Yozhisama, A.M. dan Jefreny, W.R.S. 2008. Esp.Biol.211: 292-299.
II.
PEMBAHASAN
2.1 Perlunya
Konservasi Ikan Buta (Diancistrus typhlops)
Ikan
buta dapat dikatakan sebagai ikan yang memiliki bentuk khas serta unik dan
menarik. Namun hal tersebut akan pudar apabila ikan ini telah hilang atau punah
di alam sebagai akibat aktivitas dari manusia. Sehingga hal tersebut harus
dilindungi agar anak cucu kita dapat menikmatinya juga. Salah satu kegiatan
yang dapat kita lakukan ialah dengan melakukan kegiatan konservasi hayati
perairan.
Ikan
buta dari jenis Diancistrus
typhlops ini belum pernah ditemukan sebelumnya dan hanya
ada di daerah batuan karst Kabupaten Muna, Kecamatan Tongkuna, Desa Oempo,
Walengkabola di Goa Alam Moko dan Moko Morete.
Ikan
ini sangat khas karena ikan ini memiliki bentuk tubuh seperti ikan lidah pasir namun
cara hidupnya berbeda dengan ikan lidah pasir serta memiliki sirip dubur yang
transparan. Sedangkan unik ialah ikan ini tidak punya mata sama sekali sehingga
pergerakannya hanya berdasarkan pada respon bayangan saja yang telah terjadi
selama evolusi selama satu juta yang lalu. Dimana perilaku tersebut didorong
oleh kelenjar pinneal. Kelenjar ini merupakan organ sensitif terhadap cahaya
dan kadang-kadang disebut sebagai “mata ketiga” (Yoshizawa & Jeffery,
2008). Menarik karena bentuk ikan ini berwarna merah ke orangean serta mudah
ditangkap oleh jaring di daerah perairan payau.
Oleh
karena itu, ikan buta (Diancistrus typhlops)
harus dikonservasi dengan dasar pertimbagan sebagai berikut:
1.
Ikan Buta (Diancistrus typhlops) ini merupakan salah satu ikan endemik Sulawesi Tenggara.
2.
Ikan ini sangat mudah di
tangkap karena ketebatasan dari indera yang dipergunakannya
3.
Untuk mengantisipasi
terjadinya penurunan populasi Ikan Buta agar tetap lestari di alam dan tidak
mengalami kepunahan.
4.
Di Kecamatan Tongkuno, khususnya
di desa Oempo, merupakan salah satu desa yang
kegiatan pembagunannya sangat tinggi serta kegiatan pembalakan liar
sangat meningkat.
5.
Ikan buta juga sangat
rentan dengan cahaya matahari serta habitat ikan buta rentan pula dengan
aktifitas manusia sekitar sehingga spesies ikan ini dapat menghilang kapan
saja.
2.2 Klasifikasi
dan Morfologi Ikan Buta (Diancistrus typhlops)
v Klasifikasi
Ikan Buta
Menurut
Nielsen, et al (2009) klasifikasi
ikan buta (Diancistrus
typhlops) ialah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum
: Chordata
Sub
Filum : Pisces
Kelas
: Actinopterygii
Ordo
: Ophiidiformes
Famili
: Bythitidae
Genus
: Diancistrus
Spesies : Diancistrus typhlops
Tidak ada komentar:
Posting Komentar