I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Ikan sebagai mahluk hidup didalam
kehidupannya membutuhkan bahan makanan sebagai sumber energi dan gizi yang
diperlukan dalam melakukan aktifitasnya yang mencakup pertumbuhan dan
perkembangan serta reproduksi yang dilakukannya. Pada habitat alaminya yaitu perairan
bebas sumber makanan yang diperlukan ikan telah tersedia dengan sendirinya pada
kondisi terkait dengan pola rantai makanan yang ada di perairan tersebut.
Ketersediaan pakan di perairan bebas
memungkinkan ikan untuk memilih dan mencari sumber makanan yang dibutuhkannya
tanpa terbatas ruang dan waktu, sedangkan ikan yang dibudidayakan dalam suatu
petakan tambak relatif tidak mempunyai alternatif lain dalam memilih dan
mencari sumber makanan karena ruang gerak dan habitatnya dibatasi oleh petakan
tambak. Situasi ini mengarahkan ikan dalam suatu kondisi ketergantungan pakan
yang di suplai dari luar lingkungannya, karena ketersediaan pakan alami yang
ada di dalam perairan tersebut semakin menipis dengan bertambahnya ukuran ikan
dan bahkan pada waktu tertentu akan mengakibatkan habisnya pakan alami
tersebut.
Besarnya populasi ikan dalam suatu
perairan antara lain ditentukan oleh makanan yang tersedia. Dari makanan ini
ada beberapa factor yang berhubungan dengan populasi tersebut yaitu jumlah dan
kualitas makanan yang tersedia (food
habits), mudahnya tersedia makanan, lama masa pengambilan dan cara memakan
ikan dalam populasi tersebut (feeding
habits). Jadi kebiasan makan dan cara memakan ikan itu secara alami
bergantung kepada lingkungan tempat ikan itu hidup.
Makanan yang telah digunakan oleh
ikan tadi akan mempengaruhi sisa persediaan makanan dan sebaliknya dari makanan
yang diambilnya akan mempengaruhi pertumbuhan, kematangan pada bagi tiap- tiap
individu ikan ikut serta keberhasilan hidupnya ( survival ). Adanya makanan
dalam perarairan selain terpengaruh oleh kondisi biotic lingkungan seperti
suhu, cahaya, ruang dan luas permukaan.
Dalam
makalah ini kami akan membahas tentang kebiasaan makan dan cara makan ikan
seperti kebiasaan makan ikan, rantai makanan, kebiasaan cara makan ikan dan
spesialisasi kebiasaan makan ikan.
1.2. Tujuan
dan Kegunaan
Tujuan
dari makalah ini adalah
untuk mengetahui kebiasaan makan dan cara makan ikan seperti kebiasaan makan
ikan, rantai makanan, kebiasaan cara makan ikan dan spesialisasi kebiasaan
makan ikan.
Kegunaan
dari penyusunan makalah ini adalah sebagai bahan masukan dan menambah ilmu
pengetahuan bagi mahasiswa tentang kebiasaan makan dan cara makan ikan seperti kebiasaan
makan ikan, rantai makanan, kebiasaan cara makan ikan dan spesialisasi
kebiasaan makan ikan.
1.3. Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana kebiasaan makan ikan !
2.
Bagaimanakah rantai makanan !
3.
Bagaimana kebiasaan cara makan ikan !
4.
Bagaimana spesialisasi kebiasaan makan ikan !
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut
Effendie (2002), makanan merupakan
faktor pengendali yang penting dalam menghasilkan sejumlah ikan di suatu
perairan, karena merupakan faktor yang menentukan bagi populasi, pertumbuhan
dan kondisi ikan di suatu perairan. Di alam terdapat berbagai jenis makanan
yang tersedia bagi ikan dan ikan telah menyesuaikan diri dengan tipe makanan
khusus dan telah dikelompokkan secara luas sesuai dengan cara makannya,
walaupun dengan macam-macam ukuran dan umur ikan itu sendiri (Nikolsky, 1963)
Kebiasaan makanan
ikan dipelajari untuk menentukan gizi alamiah ikan tersebut. Pengetahuan
tentang kebiasaan makanan ikan dapat digunakan untuk melihat hubungan ekologi
di antara organisme di perairan tempat mereka berada, misalnya bentuk
pemangsaan, persaingan, dan rantai makanan. Jadi, makanan dapat merupakan
faktor yang menentukan bagi keberadaan populasi (Effendie, 1979).
Menurut Moyle
dan Chech (1988), ikan dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah dan variasi
makanannya menjadi euryphagous yaitu ikan yang memakan berbagai jenis makanan;
stenophagous yaitu ikan yang memakan makanan yang sedikit jenisnya; dan monophagous
yaitu ikan yang hanya memakan satu jenis makanan saja.
Menurut Effendie
(2002), kebiasaan makanan adalah jenis, kuantitas dan kualitas makanan yang
dimakan oleh ikan, sedangkan kebiasaan cara makan adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan waktu, tempat dan lebih lanjut, bagaimana cara ikan memperoleh
makanannya. Effendie (2002) menambahkan bahwa
faktor-faktor yang menentukan
suatu jenis ikan akan memakan suatu jenis organisme adalah ukuran makanan,
ketersediaan makanan, warna, rasa, tekstur makanan dan selera ikan terhadap
makanan.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh suatu
spesies ikan adalah umur, tempat dan waktu. Makanan mempunyai fungsi yang
sangat penting dalam kehidupan suatu organisme dan merupakan salah satu faktor
yang dapat menentukan luas persebaran suatu spesies serta dapat mengontrol
besarnya suatu populasi. Suatu organisme dapat hidup, tumbuh dan
berkembang-biak karena adanya energi yang berasal dari makanannya (Nikolsky,
1963).
Sebagai komponen
lingkungan, makanan merupakan faktor penentu bagi jumlah populasi, pertumbuhan,
dan kondisi ikan di suatu perairan (Lagler, 1961). Effendie (2002) mengatakan bahwa
makanan merupakan salah satu faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan ikan.
Kelimpahan makanan di dalam suatu perairan selalu berfluktuasi dan hal ini
disebabkan oleh daur hidup, iklim dan kondisi lingkungan (Lagler, 1977).
Dengan mengetahui makanan suatu jenis
ikan dapatlah diketahui kedudukan ikan tersebut, apakah sebagai predator atau
kompetitor, serta makanan utama dan makanan tambahan ikan tersebut.
Tidak
keseluruhan makanan yang ada dalam suatu perairan dimakan oleh ikan. Beberapa
faktor yang mempengaruhi dimakan atau tidaknya suatu zat makanan oleh ikan
diantaranya yaitu ukuran makanan ikan, warna makanan dan selera makan ikan
terhadap makanan tersebut. Sedangkan jumlah makanan yang dibutuhkan oleh ikan
tergantung pada kebiasaan makan, kelimpahan makanan, nilai konversi makanan
serta kondisi makanan ikan tersebut (Beckman, 1962 dalam Yasidi, 2005).
Berdasarkan
kebiasaan makanannya, ikan dapat dibedakan atas tiga golongan, yaitu herbivora, karnivora, dan omnivora.
Namun di alam seringkali ditemukan tumpang tindih yang disebabkan oleh keadaan
habitat sekeliling tempat ikan itu hidup (Effendie, 1978).
Dalam
pengelompokan ikan berdasarkan makanannya, ada ikan sebagai pemakan plankton,
pamakan tumbuuhan, ikan buas dan ikan pemakan campuran. Berdasarkan jumlah
variasi dari makanan yang macamnya sedikit atau sempit dan ikan monophagus
yaitu ikan yang makanannya terdiri dari satu jenis saja (Effendie, 1997).
III.
PEMBAHASAN
3.1. Kebiasaan makanan (Food Habits)
Kebiasaan makanan (food habits) adalah kualitas dan
kuantitas makanan yang dimakan oleh ikan. Umumnya makanan yang pertama kali
datang dari luar untuk semua ikan dalam mengawali hidupnya ialah plankton yang
bersel tunggal yang berukuran kecil. Jika untuk pertama kali ikan itu menemukan
makanan berukuran tepat dengan mulutnya, diperkirakan akan dapat meneruskan
hidupnya. Tetapi apabila dalam waktu relative singkat ikan tidak dapat
menemukan makanan yang cocok dengan ukuran mulutnya akan terjadi kelaparan dan
kehabiasan tenaga yang mengakibatkan kematian. Hal inilah yang antara lain
menyebabkan ikan pada masa larva mempunyai mortalitas besar. Ikan yang berhasil
mendapatkan makanan yang sesuai dengan mulut, setelah bertambah besar ikan itu
akan merubah makanan baik dalam ukuran dan kualitasnya. Apabila telah dewasa
ikan itu akan mengikuti pola kebiasaan induknya.refleksi perubahan makanan pada
waktu kecil sebagai pemakan plankton dan bila dewasa akan mengikuti kebiasaan
induknya dapat terlihat pada sisiknya.
Gambar 1. Kebiasaan
Makan Ikan
Dalam pengelompokkan ikan
berdasarkan makanannya, ada ikan sebagai pemakan plankton, pemakan tananman,
pemakan detritus, ikan buas, dan ikan pemakan campuran. Berdasarkan kepada
jumlah variasi dan macam-macam makanan tadi, ikan dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
Euryphagic
Euryphagic adalah ikan pemakan bermacam-macam makanan
Stenophagic
Stenophagic adalah ikan pemakan makanan yang macamnya
sedikit atau sempit.
Monophagic
Monophagic adalah ikan pemakan makanannya terdiri dari
satu macam makanan.
Gambar 2. Pengelompokan Ikan
Berdasarkan Variasi Makanannya
Banyak spesies ikan dapat
menyesuaikan diri dengan persediaan makanan dalam perairan sehubungan dengan
musim yagn berlak. Dalam suatu daerah geografis luas untuk suatu spesies ikan
yang hidup terpisah-pisah dapat terjadi perbedaan kebiasaan makanannya. Perbedaan
ini bukan untuk satu ukuran saja tetapi untuk semua ukuran. Jadi untuk satu
spesies ikan dengan ukuran yang sama dalam daerah berbeda, dapat berbeda
kebiasaan makanannya. Perbedaan ini dapat terlihat jelas pada spesies ikan yang
hidup dalam perairan tawar. Namun dalam suatu perairanpun kalau terjadi
perubahan linkungan sehingga menyebabkan perubahan persediaan makanan, ikan
akan merubah kebiasaan makanannya. Menurut Bardach ( personal communication,
mei 1973 ) pada kultur iakan bandeng di Filipina, dengan mengunakan system
kultur yang baru, ikan bandeng tersebut dipaksa memakan plankton lain. Kita
mengetahui bahwa makanan ikan bandeng adalah thi air (lablap) yang terdiri dari
kelompok ganggang hiojau biru. Di dalam bidang kultur memang sering diadakan
pemaksaan perubahan kebiasaan makanan ikan dengan memberi makanan alami lain
atau dengan makanan buatan yang cukup mengandung zat-zat kebutuhan tubuh
termasuk beberapa vitamin yang diperlukan.
Seperti telah diketemukan bahwa
berdasarkan makanannya secari garis besar ikan dapat digolongkan menjadi
herbivore, karnivor, predator dan sebagainya. Akan tetapi dalam kenyataanya
banyak sekali “overlap” disebabkan oleh keadaan habitat sekelilingnya dimana
ikan itu hidup. Oleh karena itu dalam pemeriksaan untuk menggolongkan ikan
berdasarkan kesukaan makanannya memerlukan contoh yang besar diambil dari
berbagai macam lokasi. Apabila satu spesies ikan telah di ketahui secara umum
kebiasaan makanannya, tetapi ketika diambil dari suatu perairan tertentu
terdapat kelainan dalam lambungnya, hal ini menunjukkan bahwa habitat itu
secara alami tidak sesuai dengan ikan itu.
Banyak sekali penelitian yang
menunjukkan walaupun ikan itu sama spesiesnya dan ukurannya, tetapi apabila
habitat perairannya sedikit berbeda hasilnya tidak sama. Dengan demikian
penilaian kesukaan ikan terhadap makanannya menjadi sangat relatif. Beberapa
faftor yang harus diperhatikan dalam hubungan ini ialah faktor penyebaran
organism sebagai makanan ikan, factor ketersediaan makanan, faktor pilihan dari
ikan itu sendiri serta faktor-faktor yang mempengaruhi perairan.
Gambar 3. Pengelompokan Ikan
Berdasarkan Makanannya
Berdasarkan penelitian yang diambil
dari bermacam habitat yang berbeda, hasilnya menunjukkan bahwa ikan menduduki
posisi rantai makanan yang berbeda untuk tiap habitat. Penyebarabn organisme
makanan ikan di dalam suatu komuniti umumnya akan didapatkan bahwa beberapa
persen spesies organisme mempunyai jumlah individu banyak. Sedang spesies
sisanya berjumlah banyak dengan masing-masing jumlah individu sedikit atau
jarng. Penyebaran organisme makanan yang dominan menyebabkan pengambilan
makanan itu akan bertambah sedangkan pengambilan osganisme yang lain oleh ikan
itu akan menurun. Ketersediaan makanan yang terdapat di perairan dapat
diketahui apabila kita menganalisa makanan ikan itu dan membandingkannya dengan
makanan yang terdapat dalam perairan.
3.2.
Rantai Makanan
Rantai makanan adalah proses
makan-dimakan sehingga tebentuk suatu ikatan antara mangsa dan pemangsa (food chaints). Plankton tumbuh-tumbuhan
pada waktu mengadakan fotosintesa, menggunakan CO2 dan air dengan
bantuan utama cahaya membuat hidrat arang dan menghasilkan zat asam yang berguna
untuk ikan. Dengan demikian plankton
dapat memproduksi zat organic dari zat anorganik, maka
plankton tersebut dinamakan “penghasil awal”. Organisme yang memakan penhasil
awal dinamakan “pemakan awal”. Organisme yang memakan pemakan awal dinamakan
“pemakan kedua”. Pemakan kedua akan dimakan pemakan ketiga dan seterusnya.
Susunan demikian itu yang dimaksud dengan rantai makanan. Panjang pendeknya
rantai makanan bergantung kepada macam, ukuran atau umur ikan. Ikan buas yang
besar merupakan pemakan yang tertinggi, akan tetapi akan lebih rendah dari pada
organisme pemakan ikan buas tersebut.
Gambar 4. Rantai Makanan
Kolam ikan merupakan contoh yang
baik untuk mengetahui rantai makanan dalam keadaan sangat disederhanakan.
Disini akan terlihat pola pengelolaan yang direncanakan untuk menyalurkan
energi melalui rantai makanan yang diusahakan sependek mungkin. Bila rantai
makanan itu semakin panjang maka produksi terakhir yang di capai tidak secepat
pada ikan dengan rantai yang pendek.
Kebanyakan para ahli biologi aquatik
menyetujui bahwa bakteria dan algae merupakan dasar bagi rantai makanan.
Bakteri mengunakan material sisa yang komplek menjadi bentuk yang lebih
sederhana. Algae sanggup menggunakan garam-garam anorganik yaitu zat asam arang
dan air dengan adanya sinar matahari membentuk zat organik. Akan tetapi rantai
makanan dari bakteria ke ikan bukan meruapakan rantai makanan satu seri rantai
makanan melainkan bentuknya lebih komplek shingga akan tepat apabila disebut jaring
makanan karena terdiri dari berbagai rantai makanan yang saling bertautan.
Menurut Odum dalam Stele (1970) konsep klasik dalam rantai makanan aquatik,
bahwa zooplankton dianggap sebagai rantai pertama yang penting untuk pengahasil
kedua. Konsep ini berdasarkan penelitian rantai makanan di laut daerah utara
dimana tiap tahap tropiknya dapat dengan mudah diikuti. Kedudukan zooplankton
bila makin dekat ke daerah pantai makin kurang peranannya. Bahkan di daerah
eustuarin, kepentingan phytoplankton menjadi nomor dua. Di daerah pantai yang
mempunyai peranan dalam rantai makanan sebagai rantai pertama diantaranya
rumput laut daerah pantai (spartina), rumput laut (Thalassia, dsb), makro
algae, mangrove dan mikroflora benthik. Ikan sebagai pemakan detritus dari
organisme tersebut sebagi energi menggantikan zooplankton sebagai rantai pada
herbivore. Beberapa spesies ikan yang telah hidup sebagai pemakan detritus
materual tanaman mikro dan makro benthic di daerah pantai adalah ikan bandeng,
dan belanak. Ikan pemakan detritus yang biasa hidup di air tawar diantaranya
adalah ikan mas, ikan mujair, ikan nila.
Jaring-jaring
makanan adalah kumpulan dari rantai makanan yang saling berhubungan dan
membentuk skema mirip jaring. Kelangsungan hidup organisme membutuhkan energi
dari bahan organik yang dimakan. Bahan organik yang mengandung energi dan
unsur-unsur kimia transfer dari satu organisme ke organisme lain
berlangsung melalui interaksi makan dan dimakan. Peristiwa makan dan dimakan
antar organisme dalam suatu ekosistem membentuk struktur trofik yang
bertingkat-tingkat.
Gambar 5. Jaring-Jaring
Makanan
3.3.
Kebiasaan Cara makan (Feeding Habits)
Kebiasaan cara makan adalah kapan
waktu, tempat dan cara ikan mendapatkan makanannya. Kebanyakan cara ikan
mencari makanan dengan menggunakan mata. Pembauan dan persentuhan digunakan
juga untuk mencari makanan terutama oleh ikan pemakan dasar dalam perairan yang
kekurangan cahaya atau dalam peraira keruh. Ikan yang menggunakan mata dalam
mencari makanan akan mengukur apakah makanan itu cocok atau tidak untuk ukuran
mulutnya. Tetapi ikan yang menggunakan pembauan dan persentuhan tidak melakukan
pengukuran, melainkan kalau makanan sudah masuk mulut akan diterima atau
ditolak.
Gambar 6. Kebiasaan Cara Makan Ikan
Berdasarkan kepada kebisaan hidup
dalam lingkungannya akan mempunyai mulut yang berbeda-beda untuk mengambil
makanannya. Letak mulut ada yang inferior (dibawah kepala) seperti dalam
golongan Elasmobranchia, Acipencer, Polyodon, dan lain-lain. Mulut yang letaknya
terminal (diujung dapan kepala) terdapat kebanyakan ikan. Mulut ikan yang
letaknya superior (dibagian atas) terdapat sperti ikan Hyporhamphus. Selain
letaknya, mulut ikan bervariasi baik dalam bentuk,besar dan perlengkapan
lainnya seperti gigi, alat peraba dan lainnya. Variasi pada tiap-tiap spesies
ikan merupakan spesialisasi struktur dalam penyesuaian fungsi ekologi yang
memberikan ikan itu suatu keuntungan tertentu dari pada ikan lain yang tidak
mempunyai bentuk tadi. Keadaan demikian untuk beberapa spesies ikan tertentu
yang hidup dalam suatu lingkungan yang khas memberikan kemungkinan kecil sekali
terjadi persaingan interspesifik. Dengan kata lain bahwa spesies tertentu itu
mengadakan penyesuaian yang menguntungkan dalam pengambilan makanan terhadpa
lingkungannya.
Untuk larva ikan, mata merupakan
indera yang penting untuk mencari dan menangkap makanannya. Bila larva menemukan
mangsa didepan tubuhnya akan beraksi dengan menggerakkan mata sehingga
berposisi simetris tertuju ke depan. Kemudian ikan menggerakkan tubuh berupa
loncatan-loncatan kecil. Bila mangsa sudah dekat yaitu kira-kira 1–2 mm didepan
mulutnya, larva akan mendorong tubuhnya dari posisi badan berbentuk huruf S
kemudian menangkap mangsanya. Biasanya mangsa seperti Copepoda tidak akan
tingal diam, tetapi mengadakan reaksi. Pergerakan larva merupakan perangsang
mangsa mengadakan pergerakan bila mana larva suda mendekat kira-kiar 2–3 mm
mangsa akan meloncat sebelum ditangkap. Mangsa Diaptomus dapat mengadakan satu
kali loncatan sejauh 5 mm. Mangsa yang sudah meloncat biasanya masih dalam
jarak penglihatan larva. Persentase sukses pengambilan mangsa oleh larva
bergantung pada kepadatan mangsa yaitu berkisar 20%.
Ikan pemakan mempunyai mulut relative kecil dan umumnya tidak ditonjolkan ke luar. Rongga
mulut bagian dalam dilengkapi dengan jari-jari tapis insang yang panjang dan
lemas untuk menyaring plankton yang di makan. Plankton yang masuk ke dalam
mulut bersama-sama air. Plankton akan tinggal dalam mulut sedangkan airnya akan
melalui celah insang. Umumnya mulut ikan pemakan plankton tidak dilengkapi
dengan gigi. Alat pencernaan tidak mempunyai lambung seperti pada ikan buas dan
usus pemakan plankton relative panjang tetapi tidak dilengkapi dengan
perlengkapan sempurna untuk mencerna. Ikan pemakan plankton kalu makan ada yang
suka membentuk suatu kelompok dan mencari kelompok plankton yang padat. Bila
mereka menemukan yang dapat mereka makan dengan intensif dan lebih cepat dari
pada makan ikan yang makannya terisolir. Sebaliknya ikan pemakan benthos dan
ikan buas makanannya kurang intensif kalua mereka berkelompok tetapi makan
lebih intensif kalau terisolir.
Ikan pemakan dasar pada waktu
mencari makanan mengunakan sungut untuk meraba dasar perairan. Persentuhan
sungut dengan mangsa atau makanannya akan menggerakkan mulut untuk mengambil
mangsa. Kebanyakan makanan yang diambil terdiri dari invertebrata. Mulut
pemakan dasar ada yang dilengkapi dengan gigi halus yang memenuhi ruang atas
dan bawah, tetapi ada pula yang tidak dilengkapi dengan gigi seperti yang
terdapat pada ikan. Ikan mas yang sudah tua dan besar akan merubah kebiasaan
makanannya dari pemakan dasar menjadi pemakan rumput.
Umumnya ikan buas mencari mangsa
mengunakan mata. Ikan buas aktif mencari makanan dengan berenang kian kemari, tetapi
ikan yang tidak aktif akan menunggu mangsa di suatu tempat yang terlindung.
Bila mangsa mendekat akan disergap. Ikan buas yang suka berkelompok jika telah
dapat melokalisir mangsanya akan mengambil mangsa tersebut secara intensif dan
cepat jika dibandingka dengan ikan yang terisolir. Tetapi hal ini bergantung
pada distribusi dan konsentrasi makanantadi. Kadang-kadang ikan buas mengalami
kesukaran menghadapi mangsa yang bergerombol karena mangsa tersebut
bergerombolnya sedemikian rupa sehingga tidak ada satupun yang terlepas. Kalau
kelompok ikan tadi dalam keadaan terpencar maka ikan predator akan makan secara
intensif.
Sehubungan dengan kebiasaan ikan
mencari makanannya, pada ikan terdapat apa yang dinamakan Feeding Periodicity masa aktif ikan untuk mencari makanan selama 24
jam. Bergantung kepada ikannya feeding periodicity ada yang satu ada yang dua
kali. Lamanya ada yang satu jam atau dua jam bahkan ada yng terus menerus. Pada
ikan buas yang memakan mangsa yang ukuran besar interval pengambilan makanannya
mungkin lebih dari satu hari. Feeding
periodicity ikan nocturnal aktif pada malam hari dimulai dari matahari
terbenam sampai pagi dan untuk ikan diurnal pada siang hari. Feeding periodicity ini berhubungan
dengan suplay makanan juga dengan musim. Kalau kondisi lingkungan menjadi buruk
feeding periodicity dapat berubah,
bahkan dapat menyebabkan terhentinya pengambilan makanan.
3.4.
Spesialisasi Kebiasaan
Makanan
Aktifitas mencari makan pada ikan
pada alam bebas merupakan pekerjaan harian yang rutin dimana makanan tadi
diketahui oleh ikan dengan cara penglihatan, perabaan, pembauan. Makanan yang
tersedia di alam dimanfaatkan oleh ikan biasanya dapat diketahui dengan
mengambil contoh makanan yang ada pada lambungnya dan dilengkapi dengan daftar
diet harien yang diambil ikan berbagi umur dan ukuran. Dalam mempelajari
tentang kebiasaan, kesukaan dan macam-macam makanan ikan harus menyertakan
pertimbangan terhadap morfologi fungsional dari tengkorak, rahang dan alat
pencernaan ikan tersebut. Dengan memprtingkan hal-hal tersebut dapat diketahui
gizi alami dan pembatas-pembatas kebiasaan makanan yang mungkin timbul. Ikan
tanpa struktur mulut untuk menghisap lumpur tidak akan mendapatkan makanan di
bawah batubatu besar padahal makanan disitu cukup banyak.
Mengenai feeding habits yaitu kebiasaan cara memakan pada ikan sering kali di hubungkan dengan bentuk tubuh yang khusus dan fungsional
morfologi dari tengkoraknya, rahang dan alat pencernaan makanannya. Jadi ikan
herbivore secara sederhana dapat dinyatakan bahwa ikan tersebut tidak mempunyai
kemampuan untuk memakan dan mencerna material lain selain tumbuhan, oleh karena
itu ikan pemakan tumbuhan cenderung memakan material tumbuhan yang lambat
dicerna. Ikan herbivore ini harus dapat mengekstraksi nutrient melalui ususnya
yang panjang. Jadi usus ini berfungsi sebagai penahan makanan dalam jumlah
besar dalam waktu yang lama untuk mendapat kesempatan penggunaan penuh material
makanan yang sudah dicerna. Secara kontras ikan karnivor mempunyai usus yang
lebih pendek khusus.
Beberapa garis besar gross morfologi
usus macam-macam ikan yang berbeda kebiasaan makanannya yaitu:
v
Ikan Herbivore
Ikan
herbivore tidak mempunyai gigi
dan mempunyai tapis insang yang lembut dapat menyaring phytoplankton dari air.
Ikan ini tidak mempunyai lambung yang benar yaiut bagian usus yang mempunyai
jaringan otot kuat, mengekresikan asam, mudah mengembang, terdapat dibagian
muka alat pencernaan
makanannya). Ususnya panjang berliku-liku dan dindingnya tipis.
v Ikan Karnivore
Ikan karnivore mempunyai gigi untuk menyergap,
menahan dan merobek mangsa dan jari-jari tapis ingsangnya menyesuaikan untuk
penahan, memegang, memarut dan mengilas mangsa. Punya lambung benar, palsu dan
usus pendek, tebal dan elastis.
v
Ikan Omnivore
Ikan
omnivore mempunyai system pencernaan
antara bentuk herbivore dan karnivor.
Pengelompokan ikan berdasarkan
kepada macam makanannya telah dikenal yaitu sebagai ikan pemakan plankton,
pemakan tanaman, pemakan detritus, pemakan insecta, pemakan bangkai,ikan buas
dan ikan pemakan campuran. Namun banyak ikan yang mempunyai daya untuk
menyesuaikan diridengan keadaan lingkunganya dalam rangka untuk mempertahankan
hidupnya.
Salah satu contoh ikan yang
mempunyai keistimewaan khusus dalam kebiasaan makanannya dan mencari makanan
terdapat pada ikan mas. Ikan ini mencari makan dengan cara menghisap dengan
mulut yang dapat dijulurkan dengan mudah. Mulutnya terminal dan tidak mempunyai
gigi. Sebagai ganti gigi dan lambung ikan ini mempunyai gigi pharynx untuk
mengerus. Dilihat dari segi spesialisasi makanannya, maka ikan ini adalah ikan
omnivore euryphagus dan sebagai pemakan yang oportunistik di dalam suatu daerah
ekologi yang bermacam-macam. Di daerah musim empat, pada waktu musim dingin
makanan bagian terbesarnya adlah makanan yang pada waktu musim panas terbawa
dengan makanan lainnya.
IV.
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Berdasarkan dari
latar belakang dan pembahasan tersebut di atas, dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1.
Kebiasaan makanan (food habits) adalah kualitas dan
kuantitas makanan yang dimakan oleh ikan. Umumnya makanan yang pertama kali
datang dari luar untuk semua ikan dalam mengawali hidupnya ialah plankton yang
bersel tunggal yang berukuran kecil.
2.
Rantai makanan adalah proses
makan-dimakan sehingga tebentuk suatu ikatan antara mangsa dan pemangsa (food chaints). Plankton tumbuh-tumbuhan
pada waktu mengadakan fotosintesa, menggunakan CO2 dan air dengan
bantuan utama cahaya membuat hidrat arang dan menghasilkan zat asam yang
berguna untuk ikan.
3.
Kebiasaan cara makan adalah kapan
waktu, tempat dan cara ikan mendapatkan makanannya. Kebanyakan cara ikan
mencari makanan dengan menggunakan mata. Pembauan dan persentuhan digunakan
juga untuk mencari makanan terutama oleh ikan pemakan dasar dalam perairan yang
kekurangan cahaya atau dalam peraira keruh.
4.
Pengelompokan ikan berdasarkan
kepada macam makanannya telah dikenal yaitu sebagai ikan pemakan plankton,
pemakan tanaman, pemakan detritus, pemakan insecta, pemakan bangkai,ikan buas
dan ikan pemakan campuran.
4.2. Saran
Saran yang dapat saya ajukan dalam
tugas makalah ini yaitu pada teman-teman yang diberi tugas harus dikerjakan
sebaik mungkin dan saling kerja samanya sehingga dalam pembuatan makalah dapat
diselesaikan dengan tepat serta sesuai yang diharapkan. Untuk menambah ilmu
pengetahuan penulis mengarapkan tugas ini bisa dibaca atau mencari referensi
lain untuk melengkapi.
DAFTAR PUSTAKA
Beckman,
W.C. 1962. The frehwater fishes of Syria and their general biology and
management. FAO Fish. Biol. Tech. Pap. No.8, Rome.
Effendie,
1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama, Bogor. Indonesia.
Effendie,
M. I. 1978, 2002 Biologi Perikanan.
Bagian I. Studi Natural Histori. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor.
Lagler,
K.F., J.E Bardach, R.H. Miller and D.R.M. Passino. 1977. Ichthiology. Second
edition.John Wiley and Sons Inc., Toronto, Canada.545 p.
Lagler, K.F.
1961. Freshwater Fishery Biology. Second edition. WM. C. Brown Company,
Dubuque, lowa.545 p.
Moyle,
P.B. & J.J. Cech. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology. Second
Edition. Prentice Hall, New Jersey.
Nikolsky,
G.V. 1963. The Ecology of Fishes. Academic Press, London, 352 p.
Saanin, H,
1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Binatjipta. Bandung.
Ward, H. B.
and G.C. Whipple. 1959. Freshwater Biology. Ed. By W.T. Edmondson. John Wiley and Sons Inc. New
York.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar