I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Karakteristik
yang paling menonjol dari perairan pesisir adalah terjadinya perubahan
sifat-sifat perairan yang sangat cepat. Di wilayah ini terdapat tiga media
hidup yang saling berinteraksi yaitu tanah, air, dan udara. Dari beberapa
perubahan yang dapat terjadi, ada perubahan kondisi yang dapat diukur dan
diperhitungkan seperti pasang surut, dan ada juga yang berubah sangat cepat
sehingga tidak terukur dan sukar diperhitungkan, misalnya akibat angin topan,
gempa bumi, letusan gunung berapi dan gelombang pasang/tsunami.
Estuari merupakan
daerah atau lingkungan yang merupakan campuran antara air sungai dan air laut,
sehingga mengakibatkan daerah estuaria ini mempunyai air yang bersalinitas
lebih rendah daripada lautan terbuka. Meskipun demikian proses percampuran ini
adalah merupakan pencampuran yang kompleks. Dimana air tawar yang mempunyai
densitas lebih kecil dari air laut yang cenderung mengembang diatasnya. Pada
daerah estuaria ini juga terdapat fluktuasi perubahan salinitas yang
berlangsung sacara tetap yang berhubungan dengan gerakan air pasang. Massa air
yang masuk ke dalam daerah estuaria pada waktu terjadi air surut hanya
bersumber dari air tawar, akibatnya salinitas air di daerah estuaria pada saat
itu umumnya rendah. Pada waktu air pasang air masuk ke dalam estuaria dari air
laut bercampur dengan estuaria, sehingga mengakibatkan salinitas naik. Akibat
lainnya organisme-organisme laut tidak dapat hidup didaerah estuaria,
kebanyakan organisme-organisme laut tersebut hanya dapat bertoleransi terhadap
perubahan salinitas yang kecil. Hal ini menyebabkan mereka tidak bisa hidup di daerah
estuaria. Sebagian besar jenis flora dan fauna yang hidup di daerah estuari
tersebut adalah organisme yang telah beradaptasi dengan kondisi yang terbatas
di daerah tersebut.
Estuari adalah jenis perairan yang memiliki
variasi yang tinggi ditinjau dari faktor fisik, kimia, biologi, ekologi dan
jenis habitat yang terbentuk di dalamnya. Oleh karena itu interaksi antara
komponen fisik, kimia dan biologi yang membentuk suatu ekosistem sangat
kompleks. Hal ini disebabkan karena dinamika dari estuari sangat besar, baik
dalam skala waktu yang pendek karena adanya pasang surut maupun dalam skala
waktu yang panjang karena adanya pergantian musim.
Pada
ekosistem estuari ini terbentuk habitat-habitat yang memiliki ciri khas
tersendiri dengan organisme-organisme penyusunnya yang spesifik seperti Habitat
Rawa Asin. Oleh karena itu ekosistem estuari sangat erat kaitannya dengan habitat rawa asin.
Hal ini disebabkan karena organisme tersebut harus mampu untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungannya. Respon dari tingkah laku organisme tersebut dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya juga beragam dan memiliki ciri khas
tersendiri. Pada batas ambang toleransi organisme terhadap lingkungan membatasi
keberadaannya di suatu organisme. Organisme yang mampu bertahap pada kondisi
fisik dan kimia perairan dapat tetap hidup dan tinggal nyaman di habitatnya,
tetapi bagi organisme yang tidak mampu bertahan pada ambang toleransinya akan
menjadi organisme pengunjung transisi, dimana pada saat sesuai dengan batas
ambangnya organisme ini akan masuk ke habitat di estuari, tetapi jika tidak
maka organisme ini akan meninggalkan daerah estuari ini.
Seperti halnya pada setiap ekosistem, pada ekosistem estuari ini juga dibentuk
oleh komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi satu sama lain.
B.
Rumusan
Masalah
Makalah ini disusun berdasarkan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa
yang dimaksud dengan ekosistem estuari ?
2. Bagaimana
klasifikasi perairan estuari ?
3. Biota-biota
apa saja yang terdapat di daerah estuari ?
4. Bagaimana
karakteristik dari estuari ?
5. Bagaimana
produktivitas hayati estuari ?
6. Apa
peran dari ekologi estuari ?
C.
Tujuan
dan Manfaat
Tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian dari ekosistem estuari,
klasifikasi perairan estuari, biota-biota yang terdapat di daerah perairan estuari,
karakteristik dari estuari, produktivitas hayati estuari dan peran dari ekologi
estuari.
Manfaat
pembuatan makalah ini adalah mahasiswa dapat menambah wawasan tentang
produktivitas perairan pesisir dalam ruang lingkup produktivitas ekosistem
estuari.
II.
PEMBAHASAN
A.
Ekosistem
Estuari
Estuari (muara) merupakan tempat
bersatunya air sungai dengan air laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan
lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Estuaria sebagai perairan semi
tertutup terdapat di hilir sungai dan masih berhubungan dengan laut sehingga
memungkinkan terjadinya percampuran air laut dan air tawar dari sungai atau
drainase yang berasal dari muara sungai, teluk, rawa pasang surut. Nybakken
(1988), estuaria adalah wilayah pesisir semi tertutup yang mempunyai hubungan
bebas dengan laut terbuka dan menerima masukan air tawar dari daratan. Secara
sederhana estuaria didefinisikan sebagai tempat pertemuan air tawar dan air
asin. Sebagian besar estuaria didominasi oleh substrat berlumpur yang merupakan
endapan yang dibawa oleh air tawar dan air laut.
Ekosistem estuari mencakup suatu
daerah pertemuan, serta percampuran air tawar dan air laut. Beberapa ciri khas
perairan estuari yang menjadikan perairan ini unik dan kompleks (Nybakken,
1992), meliputi:
ü
Produktivitas primer tinggi.
ü
Ekosistemnya memiliki keterkaitan dengan
ekosistem darat, mangrove, lamun, terumbu karang, dan ekosistem laut lepas.
ü
Struktur jaringan makanan yang khas karena
dicirikan oleh banyak terakumulasinya bahan detritus organik.
ü
Organisme estuari rentan terhadap perubahan
lingkungan perairan seperti peningkatan suhu air, perubahan salinitas, dan
penurunan kadar oksigen terlarut.
ü
Merupakan daerah peralihan dari kondisi perairan
tawar ke laut.
ü
Terdapat berbagai macam kepentingan yang sering
menimbulkan konflik.
Bentuk estuaria bervariasi dan
sangat bergantung pada besar kecilnya air sungai, kisaran pasang surut, dan
bentuk garis pantai. Kebanyakan estuaria didominasi oleh substrat berlumpur
yang berasal dari endapan yang di bawa oleh air tawar maupun air laut. Karena
partikel yang mengendap kebanyakan bersifat organik, substrat dasar estuaria
biasanya kaya akan bahan organik. Bahan organik ini menjadi cadangan makanan utama bagi organisme
estuaria.
B.
Klasifikasi
Perairan Estuari
Berdasarkan
klasifikasinya, perairan estuari terbagi atas tiga jenis, yaitu:
1. Estuaria
berstratifikasi nyata atau baji garam dicirikan oleh adanya batas yang jelas
antara air tawar dan air laut, ditemukan di lokasi dimana aliran air tawar
lebih dominan dibandingkan penyusupan air laut. Air tawar dengan massa jenis
yang rendah merupakan lapisan tipis di permukaan sedangkan air laut yang massa
jenis yang lebih berat, berada di lapisan bawah.
2. Estuari
berstratifikasi sebagian (moderat), yang paling umum dijumpai. Aliran air tawar
seimbang dengan masuknya air laut bersama arus pasang. Adanya gerakan pasang
surut menyebabkan terjadinya pengadukan pada kolom air sehingga terjadi
pertukaran air secara vertikal. Di permukaan, air cenderung mengalir ke luar
sedangkan air laut merayap masuk dari bawah. Antara keduanya terjadi
percampuran, sehingga garis isohaline (garis
yang mengubungkan salinitas yang sama) mempunyai arah yang condong ke luar.
3. Estuari
bercampur sempurna atau estuari homogen vertikal, pengaruh pasang surut sangat
dominan dan kuat sehingga air bercampur sempurna dan menyebabkan perairan
menjadi homogen secara vertikal. Estuari ini karena berada di bawah kendali
pasang surut maka salinitas disemua titik dapat berubah dengan drastis,
bergantung pada kedudukan pasang surut. Pada saat surut, salinitas didominasi
oleh air tawar yang datang dari sungai sedangkan pada saat pasang, masuknya air
laut yang banyak menentukan salinitas.
Berdasarkan salinitas (kadar garamnya), estuaria dibedakan menjadi
tiga jenis, yaitu oligohalin yang berkadar garam rendah (0,5% – 3 %), mesohalin yang berkadar garam sedang (3% – 17 %) dan polihalin yang berkadar garam tinggi, yaitu diatas
17 %.
C.
Biota
Estuari
Pada ekosistem estuari terbentuk
habitat-habitat yang memiliki ciri khas tersendiri dengan organisme-organisme
penyusunnya yang spesifik. Hal ini disebabkan karena organisme tersebut harus
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan setiap organisme memiliki
respon yang beragam terhadap suatu kondisi lingkungan.
Organisme memiliki batas ambang
toleransi terhadap suatu kondisi, ini menjadikan keterbatasan untuk suatu
organisme dapat bertahan di lingkungan tertentu. Organisme yang mampu bertahan
pada kondisi fisik dan kimia perairan dapat tetap hidup dan tinggal di
habitatnya, tetapi bagi organisme yang tidak mampu bertahan pada ambang
toleransi akan menjadi organisme pengunjung transisi, dimana pada saat sesuai
dengan batas ambangnya organisme ini akan masuk ke habitat di estuari, tetapi
jika tidak maka organisme ini akan meniggalkan daerah estuari ini.
Variasi sifat
habitat estuaria, terutama dilihat dari fluktuasi salinitas dan suhu, membuat
estuaria menjadi habitat yang menekan dan keras. Bagi organisme, agar dapat
hidup dan berhasil membentuk koloni di daerah ini mereka harus memilki adaptasi
tertentu. Adaptasi tersebut antara lain:
ü Adaptasi morfologis dimana organisme yang hidup di lumpur memiliki rambut-rambut halus
untuk menghambat penyumbatan permukaan ruang pernafasan oleh partikel lumpur.
ü Adaptasi fisiologis berkaitan dengan mempertahankan
keseimbangan ion cairan tubuh.
ü Adaptasi tingkah laku, kemampuan untuk membuat lubang ke dalam lumpur organisme khususnya
avertebrata.
Kebanyakan
organisme yang menempati daerah ini menunjukkan adaptasi dalam menggali dan
melewati substrat yang lunak atau menempati saluran yang permanen dalam
substrat. Dikarenakan pantai lumpur juga agak tandus, hal ini dapat dilihat
dari sedikitnya organisme yang menempati permukaan daratan lumpur. Kehadiran
organisme di pantai berlumpur ditunjukkan oleh adanya berbagai lubang di
permukaan dengan ukuran dan bentuk yang berbeda. Jadi, salah satu adaptasi
utama dari organisme di daratan lumpur adalah kemampuan untuk menggali substrat
atau membentuk saluran yang permanen.
Adaptasi utama yang kedua berkaitan dengan kondisi anaerobik yang merata di seluruh substrat. Jika organisme ingin tetap hidup ketika terkubur dalam substrat, mereka harus beradaptasi untuk hidup dalam keadaan anaerobik atau harus membuat beberapa jalan yang dapat mengalirkan air dari permukaan yang mengandung banyak oksigen ke bawah. Untuk mendapatkan air dari permukaan yang kaya oksigen dan makanan maka muncul berbagai lubang dan saluran di permukaan daratan lumpur. Adaptasi yang umum terhadap rendahnya ketersediaan oksigen adalah dengan membentuk alat pengangkut (misalnya, hemoglobin) yang dapat terus-menerus mengangkut oksigen dengan konsertasi yang lebih baik dibandingkan dengan pigmen yang sama pada organisme lain. (Nybakken, 1982).
Adaptasi utama yang kedua berkaitan dengan kondisi anaerobik yang merata di seluruh substrat. Jika organisme ingin tetap hidup ketika terkubur dalam substrat, mereka harus beradaptasi untuk hidup dalam keadaan anaerobik atau harus membuat beberapa jalan yang dapat mengalirkan air dari permukaan yang mengandung banyak oksigen ke bawah. Untuk mendapatkan air dari permukaan yang kaya oksigen dan makanan maka muncul berbagai lubang dan saluran di permukaan daratan lumpur. Adaptasi yang umum terhadap rendahnya ketersediaan oksigen adalah dengan membentuk alat pengangkut (misalnya, hemoglobin) yang dapat terus-menerus mengangkut oksigen dengan konsertasi yang lebih baik dibandingkan dengan pigmen yang sama pada organisme lain. (Nybakken, 1982).
Karena
berfluktuasinya kondisi salinitas di perairan estuari menyebabkan komunitas
biota yang hidup di dalamnya berfariasi, Asriyana (2012) yang meliputi:
1.
Hewan
a.
Jenis endemik (seluruh hidupnya
tinggal di estuaria) seperti berbagai macam kerang dan kepiting serta berbagai
macam ikan seperti famili Clupeidae, Engraulidae, Gobiidae dan Leognathidae
(Asriyana et al., 2009).
b.
Jenis yang tinggal di estuari untuk
sementara seperti larva, beberapa jenis udang dan ikan yang setelah dewasa
bermigrasi ke laut, seperti genus Plotosius
(Asriyana et al., 2009).
2.
Tumbuhan
a.
Tumbuhan lamun.
b.
Alga makro (rumput laut) yang tumbuh
di dasar perairan.
c.
Alga mikro yang hidup sebagai
plankton nabati atau hidup melekat pada daun lamun.
D.
Karakteristik
Estuari
Karakteristik (ciri-ciri) ekosistem estuaria adalah sebagai berikut :
1. Keterlindungan
Estuaria
merupakan perairan semi tertutup sehingga biota akan terlindung dari gelombang
laut yang memungkinkan tumbuh mengakar di dasar estuaria dan memungkinkan larva
kerang-kerangan menetap di dasar perairan.
2. Kedalaman
Kedalaman
estuaria relatif dangkal sehingga memungkinkan cahaya matahari mencapai dasar
perairan dan tumbuhan akuatik dapat berkembang di seluruh dasar perairan,
karena dangkal memungkinkan penggelontoran (flushing) dengan lebih baik dan
cepat serta menangkal masuknya predator dari laut terbuka (tidak suka perairan
dangkal).
3. Salinitas air
Air tawar
menurunkan salinitas estuaria dan mendukung biota yang padat dan air laut
meningkatkan salinitas perairan.
4. Sirkulasi air
Perpaduan
antara air tawar dari daratan, pasang surut dan salinitas menciptakan suatu
sistem gerakan dan transport air yang bermanfaat bagi biota yang hidup
tersuspensi dalam air, yaitu plankton.
5. Pasang
Energi pasang
yang terjadi di estuaria merupakan tenaga penggerak yang penting, antara lain
mengangkut zat hara dan plankton serta mengencerkan dan meggelontorkan limbah.
6. Penyimpanan dan
pendauran zat hara
Kemampuan menyimpan energi daun
pohon mangrove, lamun serta alga mengkonversi zat hara dan menyimpanya sebagai bahan
organik untuk nantinya dimanfaatkan oleh organisme hewani.
E.
Prosuktivitas
Hayati Estuari
Ekosistem estuaria merupakan ekosistem yang
produktif. Produktivitas hayatinya setaraf dengan prokduktivitas hayati hutan
hujan tropik dan ekosistem terumbu karang. Produktivitas hayati estuaria lebih
tinggi dibandingkan dengan produktivitas hayati perairan laut dan perairan tawar.
Hal ini disebabkan oleh faktor -
faktor
berikut:
1. Estuaria berperan sebagai penjebak zat hara.
Jebakan ini bersifat fisik dan biologis. Ekosistem estuaria mampu
menyuburkan diri sendiri melalui :
- Dipertahankanya dan cepat didaur ulangnya zat-zat hara oleh hewan-hewan yang hidup di dasar estuaria seperti bermacam kerang dan cacing.
- Produksi detritus, yaitu partikel- partikel serasah daun tumbuhan akuatik makro (makrofiton akuatik) seperti lamun yang kemudian dimakan oleh bermacam ikan dan udang pemakan detritus.
- Pemanfaatan zat hara yang terpendam jauh dalam dasar lewat aktivitas mikroba (organisme renik seperti bakteri), lewat akar tumbuhan yang masuk jauh ke dalam dasar estuari atau lewat aktivitas hewan penggali liang di dasar estuaria seperti bermacam cacing.
2. Di daerah tropik estuaria memperoleh manfaat besar
dan kenyataanya bahwa tumbuhan terdiri dari bermacam tipe yang komposisinya
sedemikian rupa sehingga proses fotosintesis terjadi sepanjang tahun. Estuaria
sering memiliki tiga tipe tumbuhan, yaitu tumbuhan makro (makrofiton) yang
hidup di dasar estuary atau hidup melekat pada daun lamun dan mikrofiton yang
hidup melayang-layang tersuspensi dalam air (fitoplankton). Proses fotosintesis
yang berlansung sepanjang tahun ini menjamin bahwa tersedia makanan sepanjang
tahun bagi hewan akuatik pemakan tumbuhan. Dalam hal ini mereka lebih baik,
dinamakan hewan akuatik pemakan detritus, karena yang dimakan bukan daun segar
melainkan partikel-partikel serasah makrofiton yang dinamakan detritus.
3. Aksi pasang surut (tide) menciptakan suatu
ekosistem akuatik yang permukaan airnya berfluktuasi. Pasang umumnya makin
besar amplitudo pasang surut, makin tinggi pula potensi produksi estuaria, asalkan
arus pasang tidak mengakibatkan
pengikisan berat dari tepi estuaria. Selain itu gerak bolak-balik air berupa
arus pasang yang mengarah kedaratan dan arus surut yang mengarah kelaut bebas,
dapat mengangkut bahan makanan, zat hara, fitoplanton, dan zooplankton.
F.
Peran
Ekologis Estuari
Secara singkat peran ekologi estuaria yang
penting adalah sebagai berikut:
1. Merupakan sumber zat hara dan bahan organik bagi
bagian estuari yang jauh dari garis pantai maupun yang berdekatan denganya
lewat sirkulasi pasang surut (tidal
circulation).
2.
Menyediakan
habitat bagi sejumlah spesies ikan yang ekonomis penting sebagai tempat
berlindung dan tempat mencari makan (feeding
ground).
3.
Memenuhi
kebutuhan bermacam spesies ikan dan udang yang hidup dilepas pantai, tetapi
bermigrasi keperairan dangkal dan berlindung untuk memproduksi dan/atau sebagai
tempat tumbuh besar (nursery ground)
anak mereka.
4.
Sebagai potensi
produksi makanan laut di estuaria yang sedikit banyak didiamkan dalam keadaan
alami. Kijing yang bernilai komersial (Rangia
euneata) memproduksi 2900 kg daging per ha dan 13.900 kg cangkang per ha
pada perairan tertentu di texas.
5.
Perairan
estuaria secara umum dimanfaatkan manusia untuk tempat pemukiman.
6.
Tempat
penangkapan dan budidaya sumberdaya ikan.
7.
Jalur transportasi,
pelabuhan dan kawasan industri.
III.
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pembahasan di atas, kesimpulan yang dapat di tarik adalah sebagai
berikut:
1. Estuari
sebagai perairan semi tertutup terdapat di hilir sungai dan masih berhubungan
dengan laut sehingga memungkinkan terjadinya percampuran air laut dan air tawar
dari sungai atau drainase yang berasal dari muara sungai, teluk, rawa pasang
surut.
2. Berdasakan
klasifikasinya, perairan estuari terbagi atas tiga jenis yaitu estuari
berstratifikasi nyata atau baji garam, estuari berstratifikasi sebagian
(moderat), dan estuari bercampur sempurna.
3. Organisme-organisme
yang hidup di estuaria melakukan berbagai adaptasi untuk mempertahankan
hidupnya, seperti adaptasi morfologi yang berkaitan dengan bentuk dan ukuran
tubuh, adaptasi fisiologi yang berkaitan dengan pengaturan osmosis dalam tubuh
dan adaptasi tingkah laku (behavioral) yang berkaitan dengan hubungan interaksi
organisme.
4. Secara fisik dan biologis, estuaria merupakan
ekosistem produktif karena estuaria berperan sebagai jebak zat hara yang cepat di daur ulang, proses fotosintesis berlangsung sepanjang tahun dan adanya fluktuasi permukaan air.
5. Secara umum estuaria mempunyai peranan ekologis
penting diantaranya sebagai sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut
lewat sirkulasi pasang surut (tidal circulation), penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan yang
bergantung pada estuaria sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makan, sebagai tempat
untuk bereproduksi dan atau tempat tumbuh besar (nursery ground)
terutama bagi sejumlah spesies udang dan ikan.
B.
Saran
Dalam pembahasan di makalah ini, masih banyak
kekurangan sehingga diharapkan pembaca mampu mencari refrensi yang lebih
lengkap lagi. Mengingat perkembangan teknologi yang kian pesat tiap tahunnya,
bukan tidak mungkin kemudian makalah ini menjadi tidak relevan lagi karena
perubahan teknologi yang semakin maju.
DAFTAR
PUSTAKA
Asriyana dan Yuliana. 2012.
Produktivitas Perairan. PT Bumi Aksara. Jakarta.
Bakosurtanal. 2011. Faktor Fisik Lingkungan / Lahan Basah Ekosistem
Estuari http://atlasnasional.bakosurtanal.go.id/fisik_lingkungan/lahan_basah_detail.php?id=1&judul=Indonesia. Diakses Pada November 2012.
Ikawartika. 2012.. Ekosistem Estuaria. http://ikawartika.
wordpress.com/2012/04/
03/ekosistem-estuaria-2/. Diakses Pada November 2012.
Nybaken
JW. 1992. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologis. (Terjemahan dari Marine
Biology: An Ecological Approach. Alih Bahasa: Eidman M, Koesoebiono, Bengen DG
dan Hutomo M). Gramedia. Jakarta.
Zalfaaqilah.
2011. Dinamika Estuari. http://zalfaaqilah.wordpress.com/2011/06/09
dinamika-estuaria/. Diakses Pada November 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar