Nama : Muhammad Ilham
Stambuk : I1A1 10 049
Sebaran Horizontal Terumbu Karang
Sebaran terumbu
karang secara horizontal sangat dipengaruhi oleh faktor kedalaman serta struktur substrat
dasar. Pertumbuhan, penutupan dan kecepatan tumbuh karang berkurang secara
eksponensial dengan kedalaman. (Riyadi,
2010).
Sebaran terumbu
karang dapat menjadi terganggu apabila terdapat aktivitas yang mampu menganggu
proses kehidupan dari karang tersebut seperti dengan adanya kegiatan rekreasi
manusia. Hal ini karena karang keras (Scleractinian)
yang menciptakan substrat dan kompleksitas struktur terumbu karang sebagai
substruktur karbonat yang relatif lambat tumbuh dan relatif rapuh serta karang
lunak tidak mampu untuk berkembang karena polipnya yang rentan serta mudah hancur (Taratalosa & Austin,
2001).
Sebaran karang secara horizontal dapat dilihat
berdasarkan 3 jenis utama karang yaitu karang penghalang (barier reef), karang tepi (fringing
reef) dan karang cincin (atol).
v Barier reef yang tumbuh sejajar dengan garis pantai dan
dipisahkan oleh laguna yang disebut karang penghalang. Laguna mungkin berkembang
antara terumbu karang dan tanah.
v Fringing reef dapat berkembang di perairan dangkal di sepanjang
pantai pulau-pulau tropis atau benua. Karang tepi tumbuh ke atas ke permukaan
laut atau tepat di bawah dan keluar menuju laut terbuka.
v Atol adalah terumbu
karang cincin yang sering
mengelilingi sebuah pulau (pasir dan patahan karang), biasanya memiliki
pasir yang dangkal serta memiliki laguna
yang
terlindung di tengahnya dimana
akses
ke luar laut terbuka melalui sejumlah saluran
(Harris, et al., 2011).
Proses penyebaran
terumbu karang tepi, karang penghalang dan karang atol sangat dipengaruhi oleh
cahaya serta reproduksinya. Adanya perubahan alami mampu memberikan efek
terhadap ketiga jenis terumbu karang ini, dimana setiap suatu sistem dari jenis
terumbu karang ini sangat memberikan manfaaat terhadap organisme disekitarnya
maupun manusia. Hal ini tidak terlepas dari fungsinya sebagai pelindung serta
sumber unsur hara yang disifatnya sangat terbatas. Adanya sedimentasi yang baik
diakibatkan oleh manusia maupun alam mampu memberikan efek yang bersifat
negativ terhadapo terumbu karang, dimana suatu sistem kehidupan akan menjadi
kurang baik akibatnya berefek terhadap kematian (Suciati, 2009).
Pada tipe habitat yang berbeda, sebaran terumbu karang
yang ada hamper sama, namun dengan adanya perbedaan tipe habitat tersebut
menyebabkan timbulnya jenis karang yang lebih dominan dibandingkan dengan jenis
lainnya, tergantung tipe habitat yang ditempati (Sukmaran, dkk., 2001).
Terumbu
karang tepi adalah tipe yang paling banyak terdapat di Indonesia. Terumbu
karang tipe ini berada di tepi pantai yang jaraknya kurang dari 100 meter ke
arah laut sedangkan terumbu karang cincin (atol)
biasanya terdaoat di pilau-pulau kecil yang terpisah jauh dari daratan. Contoh
terumbu karang cincin dapat dilihat seperti di Takabonerate Sulawesi Selatan.
Pembentukan terumbu karang cincin ini
memerlukan waktu berates-ratus tahun. Sedang terumbu karang penghalang
dapat dilihat di negara Great Barrier Reefs di Negara Australia.
DAFTAR PUSTAKA
Fitt, W.K., F.K. McFarland, M.E. Warner and G.C.
Chilcoat. 2000. “Seasonal Patterns of Tissue Biomass and Densities of Symbiotic
Dinoflagellates in Reef Corals and Relation to Coral Bleaching”. Limnology and Oceanography 45: 677 –
685.
Fonseca, A. C., Villaça, R., Knoppers, B., 2012. Reef
Flat Community Structure of Atol das Rocas, Northeast Brazil and Southwest
Atlantic. Instituto Chico Mendes de Conservação da Biodiversidade (ICMBIO),
Rodovia Mauricio S. Sobrinho s/n°, km 2, 88053-700, Florianópolis, SC, Brazil. Vol. 2012 (2012). Pg 10.
Harris, D.L., Webster, J. M., De Carli, E. V.,
Villa-Concejo, A. 2011. Journal of Coastal Research Geomorphology and
morphodynamics of a sand apron, One Tree Reef, Southern Great Barrier Reef. Coastal
Studies Unit/Geocoastal Research School of Geosciences University of Sydney,
Australia. Special Issue 64, 2011: 760-804.
Riyadi, A. 2010. Penerapan Terumbu Karang Buatan
(Rumpon) di Perairan kutai Kartanegara Kalimantan Timur. Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi. Jurnal Hidrosfir Indonesia Vol. 5 No. 2: 63-71. ISSN.
1907-1043.
Smither, S. G., Hopley, D., and Parnell, K. E. 2006. Fringing
and Nearshore Coral Reefs of the Great Barrier Reef: Episodic Holocene
Development and Future Prospects. School of Tropical Environment Studies and
Geography James Cook University Townsville, Queensland 4811, Australia. Journal
of Coastal Research 22 Vol.1 :175–187 West Palm Beach, Florida.
Suciati, Arthana, I. W. 2009. Study of Coral Reef
Distribution Around Badung strait Using Alos Satellite Data. Master Program of
Environment Science Postgraduate Program Udayana University. Ecotrophic 3 (2):
87-91.
Sukmara, A., Siahainenia, A. J., Rotinsulu, C. 2001.
Panduan Pemantauan Terumbu Karang Berbasis Masyarakat dengan menggunakan Metode
Manta Tow. Poyek Pesisir-CRMP Indonesia. Publikasi Khusus. University of Rhode
Island,Coastal Resources Center, Narragansett, Rhode Island, USA. Jakart. Pp 56.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar