Senin, 03 Desember 2012


Nama : Muhammad Ilham
Stambuk : I1A1 10 049
Sebaran Horizontal Terumbu Karang
        Sebaran terumbu karang secara horizontal sangat dipengaruhi oleh  faktor kedalaman serta struktur substrat dasar. Pertumbuhan, penutupan dan kecepatan tumbuh karang berkurang secara eksponensial dengan kedalaman.  (Riyadi, 2010).
            Sebaran terumbu karang dapat menjadi terganggu apabila terdapat aktivitas yang mampu menganggu proses kehidupan dari karang tersebut seperti dengan adanya kegiatan rekreasi manusia. Hal ini karena karang keras (Scleractinian) yang menciptakan substrat dan kompleksitas struktur terumbu karang sebagai substruktur karbonat yang relatif lambat tumbuh dan relatif rapuh serta karang lunak tidak mampu untuk berkembang karena polipnya  yang rentan serta mudah hancur (Taratalosa & Austin, 2001).
            Sebaran karang secara horizontal dapat dilihat berdasarkan 3 jenis utama karang yaitu karang penghalang (barier reef), karang tepi (fringing reef) dan karang cincin (atol).
v  Barier reef yang tumbuh sejajar dengan garis pantai dan dipisahkan oleh laguna yang disebut karang penghalang. Laguna mungkin berkembang antara terumbu karang dan tanah.
v  Fringing reef dapat berkembang di perairan dangkal di sepanjang pantai pulau-pulau tropis atau benua. Karang tepi tumbuh ke atas ke permukaan laut atau tepat di bawah dan keluar menuju laut terbuka.
v  Atol adalah terumbu karang cincin yang sering mengelilingi sebuah pulau (pasir dan patahan karang), biasanya memiliki pasir yang dangkal serta memiliki laguna yang terlindung di tengahnya dimana akses ke luar laut terbuka melalui sejumlah saluran (Harris, et al., 2011).









 







            Proses  penyebaran terumbu karang tepi, karang penghalang dan karang atol sangat dipengaruhi oleh cahaya serta reproduksinya. Adanya perubahan alami mampu memberikan efek terhadap ketiga jenis terumbu karang ini, dimana setiap suatu sistem dari jenis terumbu karang ini sangat memberikan manfaaat terhadap organisme disekitarnya maupun manusia. Hal ini tidak terlepas dari fungsinya sebagai pelindung serta sumber unsur hara yang disifatnya sangat terbatas. Adanya sedimentasi yang baik diakibatkan oleh manusia maupun alam mampu memberikan efek yang bersifat negativ terhadapo terumbu karang, dimana suatu sistem kehidupan akan menjadi kurang baik akibatnya berefek terhadap kematian (Suciati, 2009).
            Pada tipe habitat yang berbeda, sebaran terumbu karang yang ada hamper sama, namun dengan adanya perbedaan tipe habitat tersebut menyebabkan timbulnya jenis karang yang lebih dominan dibandingkan dengan jenis lainnya, tergantung tipe habitat yang ditempati (Sukmaran, dkk., 2001).
            Terumbu karang tepi adalah tipe yang paling banyak terdapat di Indonesia. Terumbu karang tipe ini berada di tepi pantai yang jaraknya kurang dari 100 meter ke arah laut sedangkan terumbu karang cincin (atol) biasanya terdaoat di pilau-pulau kecil yang terpisah jauh dari daratan. Contoh terumbu karang cincin dapat dilihat seperti di Takabonerate Sulawesi Selatan. Pembentukan terumbu karang cincin ini  memerlukan waktu berates-ratus tahun. Sedang terumbu karang penghalang dapat dilihat di negara Great Barrier Reefs di Negara Australia.






DAFTAR PUSTAKA

Fitt, W.K., F.K. McFarland, M.E. Warner and G.C. Chilcoat. 2000. “Seasonal Patterns of Tissue Biomass and Densities of Symbiotic Dinoflagellates in Reef Corals and Relation to Coral Bleaching”. Limnology and Oceanography 45: 677 – 685.
Fonseca, A. C., Villaça, R., Knoppers, B., 2012. Reef Flat Community Structure of Atol das Rocas, Northeast Brazil and Southwest Atlantic. Instituto Chico Mendes de Conservação da Biodiversidade (ICMBIO), Rodovia Mauricio S. Sobrinho s/n°, km 2, 88053-700, Florianópolis, SC,  Brazil. Vol. 2012 (2012). Pg 10.
Harris, D.L., Webster, J. M., De Carli, E. V., Villa-Concejo, A. 2011. Journal of Coastal Research Geomorphology and morphodynamics of a sand apron, One Tree Reef, Southern Great Barrier Reef. Coastal Studies Unit/Geocoastal Research School of Geosciences University of Sydney, Australia. Special Issue 64, 2011: 760-804.
Riyadi, A. 2010. Penerapan Terumbu Karang Buatan (Rumpon) di Perairan kutai Kartanegara Kalimantan Timur. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jurnal Hidrosfir Indonesia Vol. 5 No. 2: 63-71. ISSN. 1907-1043.
Smither, S. G., Hopley, D., and Parnell, K. E. 2006. Fringing and Nearshore Coral Reefs of the Great Barrier Reef: Episodic Holocene Development and Future Prospects. School of Tropical Environment Studies and Geography James Cook University Townsville, Queensland 4811, Australia. Journal of Coastal Research 22 Vol.1 :175–187 West Palm Beach, Florida.
Suciati, Arthana, I. W. 2009. Study of Coral Reef Distribution Around Badung strait Using Alos Satellite Data. Master Program of Environment Science Postgraduate Program Udayana University. Ecotrophic 3 (2): 87-91.
Sukmara, A., Siahainenia, A. J., Rotinsulu, C. 2001. Panduan Pemantauan Terumbu Karang Berbasis Masyarakat dengan menggunakan Metode Manta Tow. Poyek Pesisir-CRMP Indonesia. Publikasi Khusus. University of Rhode Island,Coastal Resources Center, Narragansett, Rhode Island, USA. Jakart.  Pp 56.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar