Jumat, 14 Desember 2012


I.         PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Karakteristik yang paling menonjol dari perairan pesisir adalah terjadinya perubahan sifat-sifat perairan yang sangat cepat. Di wilayah ini terdapat tiga media hidup yang saling berinteraksi yaitu tanah, air, dan udara. Dari beberapa perubahan yang dapat terjadi, ada perubahan kondisi yang dapat diukur dan diperhitungkan seperti pasang surut, dan ada juga yang berubah sangat cepat sehingga tidak terukur dan sukar diperhitungkan, misalnya akibat angin topan, gempa bumi, letusan gunung berapi dan gelombang pasang/tsunami.
Estuari merupakan daerah atau lingkungan yang merupakan campuran antara air sungai dan air laut, sehingga mengakibatkan daerah estuaria ini mempunyai air yang bersalinitas lebih rendah daripada lautan terbuka. Meskipun demikian proses percampuran ini adalah merupakan pencampuran yang kompleks. Dimana air tawar yang mempunyai densitas lebih kecil dari air laut yang cenderung mengembang diatasnya. Pada daerah estuaria ini juga terdapat fluktuasi perubahan salinitas yang berlangsung sacara tetap yang berhubungan dengan gerakan air pasang. Massa air yang masuk ke dalam daerah estuaria pada waktu terjadi air surut hanya bersumber dari air tawar, akibatnya salinitas air di daerah estuaria pada saat itu umumnya rendah. Pada waktu air pasang air masuk ke dalam estuaria dari air laut bercampur dengan estuaria, sehingga mengakibatkan salinitas naik. Akibat lainnya organisme-organisme laut tidak dapat hidup didaerah estuaria, kebanyakan organisme-organisme laut tersebut hanya dapat bertoleransi terhadap perubahan salinitas yang kecil. Hal ini menyebabkan mereka tidak bisa hidup di daerah estuaria. Sebagian besar jenis flora dan fauna yang hidup di daerah estuari tersebut adalah organisme yang telah beradaptasi dengan kondisi yang terbatas di daerah tersebut.
Estuari adalah jenis perairan yang memiliki variasi yang tinggi ditinjau dari faktor fisik, kimia, biologi, ekologi dan jenis habitat yang terbentuk di dalamnya. Oleh karena itu interaksi antara komponen fisik, kimia dan biologi yang membentuk suatu ekosistem sangat kompleks. Hal ini disebabkan karena dinamika dari estuari sangat besar, baik dalam skala waktu yang pendek karena adanya pasang surut maupun dalam skala waktu yang panjang karena adanya pergantian musim.
            Pada ekosistem estuari ini terbentuk habitat-habitat yang memiliki ciri khas tersendiri dengan organisme-organisme penyusunnya yang spesifik seperti Habitat Rawa Asin. Oleh karena itu ekosistem estuari sangat erat kaitannya dengan habitat rawa asin. Hal ini disebabkan karena organisme tersebut harus mampu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Respon dari tingkah laku organisme tersebut dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya juga beragam dan memiliki ciri khas tersendiri. Pada batas ambang toleransi organisme terhadap lingkungan membatasi keberadaannya di suatu organisme. Organisme yang mampu bertahap pada kondisi fisik dan kimia perairan dapat tetap hidup dan tinggal nyaman di habitatnya, tetapi bagi organisme yang tidak mampu bertahan pada ambang toleransinya akan menjadi organisme pengunjung transisi, dimana pada saat sesuai dengan batas ambangnya organisme ini akan masuk ke habitat di estuari, tetapi jika tidak maka organisme ini akan meninggalkan daerah estuari ini.
            Seperti halnya pada setiap ekosistem, pada ekosistem estuari ini juga dibentuk oleh komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi satu sama lain.

B.  Rumusan Masalah
Makalah ini disusun berdasarkan rumusan masalah sebagai berikut:
1.    Apa yang dimaksud dengan ekosistem estuari ?
2.    Bagaimana klasifikasi perairan estuari ?
3.    Biota-biota apa saja yang terdapat di daerah estuari ?
4.    Bagaimana karakteristik dari estuari ?
5.    Bagaimana produktivitas hayati estuari ?
6.    Apa peran dari ekologi estuari ?
C.  Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian dari ekosistem estuari, klasifikasi perairan estuari, biota-biota yang terdapat di daerah perairan estuari, karakteristik dari estuari, produktivitas hayati estuari dan peran dari ekologi estuari.
Manfaat pembuatan makalah ini adalah mahasiswa dapat menambah wawasan tentang produktivitas perairan pesisir dalam ruang lingkup produktivitas ekosistem estuari.

II.      PEMBAHASAN
A.  Ekosistem Estuari
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya air sungai dengan air laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Estuaria sebagai perairan semi tertutup terdapat di hilir sungai dan masih berhubungan dengan laut sehingga memungkinkan terjadinya percampuran air laut dan air tawar dari sungai atau drainase yang berasal dari muara sungai, teluk, rawa pasang surut. Nybakken (1988), estuaria adalah wilayah pesisir semi tertutup yang mempunyai hubungan bebas dengan laut terbuka dan menerima masukan air tawar dari daratan. Secara sederhana estuaria didefinisikan sebagai tempat pertemuan air tawar dan air asin. Sebagian besar estuaria didominasi oleh substrat berlumpur yang merupakan endapan yang dibawa oleh air tawar dan air laut.
Ekosistem estuari mencakup suatu daerah pertemuan, serta percampuran air tawar dan air laut. Beberapa ciri khas perairan estuari yang menjadikan perairan ini unik dan kompleks (Nybakken, 1992), meliputi:
ü Produktivitas primer tinggi.
ü Ekosistemnya memiliki keterkaitan dengan ekosistem darat, mangrove, lamun, terumbu karang, dan ekosistem laut lepas.
ü Struktur jaringan makanan yang khas karena dicirikan oleh banyak terakumulasinya bahan detritus organik.
ü Organisme estuari rentan terhadap perubahan lingkungan perairan seperti peningkatan suhu air, perubahan salinitas, dan penurunan kadar oksigen terlarut.
ü Merupakan daerah peralihan dari kondisi perairan tawar ke laut.
ü Terdapat berbagai macam kepentingan yang sering menimbulkan konflik.
Bentuk estuaria bervariasi dan sangat bergantung pada besar kecilnya air sungai, kisaran pasang surut, dan bentuk garis pantai. Kebanyakan estuaria didominasi oleh substrat berlumpur yang berasal dari endapan yang di bawa oleh air tawar maupun air laut. Karena partikel yang mengendap kebanyakan bersifat organik, substrat dasar estuaria biasanya kaya akan bahan organik. Bahan organik ini menjadi  cadangan makanan utama bagi organisme estuaria.

B.  Klasifikasi Perairan Estuari
Berdasarkan klasifikasinya, perairan estuari terbagi atas tiga jenis, yaitu:
1.    Estuaria berstratifikasi nyata atau baji garam dicirikan oleh adanya batas yang jelas antara air tawar dan air laut, ditemukan di lokasi dimana aliran air tawar lebih dominan dibandingkan penyusupan air laut. Air tawar dengan massa jenis yang rendah merupakan lapisan tipis di permukaan sedangkan air laut yang massa jenis yang lebih berat, berada di lapisan bawah.
2.    Estuari berstratifikasi sebagian (moderat), yang paling umum dijumpai. Aliran air tawar seimbang dengan masuknya air laut bersama arus pasang. Adanya gerakan pasang surut menyebabkan terjadinya pengadukan pada kolom air sehingga terjadi pertukaran air secara vertikal. Di permukaan, air cenderung mengalir ke luar sedangkan air laut merayap masuk dari bawah. Antara keduanya terjadi percampuran, sehingga garis isohaline (garis yang mengubungkan salinitas yang sama) mempunyai arah yang condong ke luar.
3.    Estuari bercampur sempurna atau estuari homogen vertikal, pengaruh pasang surut sangat dominan dan kuat sehingga air bercampur sempurna dan menyebabkan perairan menjadi homogen secara vertikal. Estuari ini karena berada di bawah kendali pasang surut maka salinitas disemua titik dapat berubah dengan drastis, bergantung pada kedudukan pasang surut. Pada saat surut, salinitas didominasi oleh air tawar yang datang dari sungai sedangkan pada saat pasang, masuknya air laut yang banyak menentukan salinitas.
Berdasarkan  salinitas (kadar garamnya), estuaria dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu oligohalin yang berkadar garam rendah (0,5% – 3 %), mesohalin yang berkadar garam sedang (3% – 17 %) dan polihalin yang berkadar garam tinggi, yaitu diatas 17 %.
C.  Biota Estuari
Pada ekosistem estuari terbentuk habitat-habitat yang memiliki ciri khas tersendiri dengan organisme-organisme penyusunnya yang spesifik. Hal ini disebabkan karena organisme tersebut harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan setiap organisme memiliki respon yang beragam terhadap suatu kondisi lingkungan.
Organisme memiliki batas ambang toleransi terhadap suatu kondisi, ini menjadikan keterbatasan untuk suatu organisme dapat bertahan di lingkungan tertentu. Organisme yang mampu bertahan pada kondisi fisik dan kimia perairan dapat tetap hidup dan tinggal di habitatnya, tetapi bagi organisme yang tidak mampu bertahan pada ambang toleransi akan menjadi organisme pengunjung transisi, dimana pada saat sesuai dengan batas ambangnya organisme ini akan masuk ke habitat di estuari, tetapi jika tidak maka organisme ini akan meniggalkan daerah estuari ini.
Variasi sifat habitat estuaria, terutama dilihat dari fluktuasi salinitas dan suhu, membuat estuaria menjadi habitat yang menekan dan keras. Bagi organisme, agar dapat hidup dan berhasil membentuk koloni di daerah ini mereka harus memilki adaptasi tertentu. Adaptasi tersebut antara lain:
ü Adaptasi morfologis dimana organisme yang hidup di lumpur memiliki rambut-rambut halus untuk menghambat penyumbatan permukaan ruang pernafasan oleh partikel lumpur.
ü Adaptasi fisiologis berkaitan dengan mempertahankan keseimbangan ion cairan tubuh.
ü Adaptasi tingkah laku, kemampuan untuk membuat lubang ke dalam lumpur organisme khususnya avertebrata.
Kebanyakan organisme yang menempati daerah ini menunjukkan adaptasi dalam menggali dan melewati substrat yang lunak atau menempati saluran yang permanen dalam substrat. Dikarenakan pantai lumpur juga agak tandus, hal ini dapat dilihat dari sedikitnya organisme yang menempati permukaan daratan lumpur. Kehadiran organisme di pantai berlumpur ditunjukkan oleh adanya berbagai lubang di permukaan dengan ukuran dan bentuk yang berbeda. Jadi, salah satu adaptasi utama dari organisme di daratan lumpur adalah kemampuan untuk menggali substrat atau membentuk saluran yang permanen.
Adaptasi utama yang kedua berkaitan dengan kondisi anaerobik yang merata di seluruh substrat. Jika organisme ingin tetap hidup ketika terkubur dalam substrat, mereka harus beradaptasi untuk hidup dalam keadaan anaerobik atau harus membuat beberapa jalan yang dapat mengalirkan air dari permukaan yang mengandung banyak oksigen ke bawah. Untuk mendapatkan air dari permukaan yang kaya oksigen dan makanan maka muncul berbagai lubang dan saluran di permukaan daratan lumpur. Adaptasi yang umum terhadap rendahnya ketersediaan oksigen adalah dengan membentuk alat pengangkut (misalnya, hemoglobin) yang dapat terus-menerus mengangkut oksigen dengan konsertasi yang lebih baik dibandingkan dengan pigmen yang sama pada organisme lain. (Nybakken, 1982)
.
            Karena berfluktuasinya kondisi salinitas di perairan estuari menyebabkan komunitas biota yang hidup di dalamnya berfariasi, Asriyana (2012) yang meliputi:
1.    Hewan
a.    Jenis endemik (seluruh hidupnya tinggal di estuaria) seperti berbagai macam kerang dan kepiting serta berbagai macam ikan seperti famili Clupeidae, Engraulidae, Gobiidae dan Leognathidae (Asriyana et al., 2009).
b.    Jenis yang tinggal di estuari untuk sementara seperti larva, beberapa jenis udang dan ikan yang setelah dewasa bermigrasi ke laut, seperti genus Plotosius (Asriyana et al., 2009).

2.    Tumbuhan
a.    Tumbuhan lamun.
b.    Alga makro (rumput laut) yang tumbuh di dasar perairan.
c.    Alga mikro yang hidup sebagai plankton nabati atau hidup melekat pada daun lamun.

D.  Karakteristik Estuari
Karakteristik (ciri-ciri) ekosistem estuaria adalah sebagai berikut :
1.      Keterlindungan
Estuaria merupakan perairan semi tertutup sehingga biota akan terlindung dari gelombang laut yang memungkinkan tumbuh mengakar di dasar estuaria dan memungkinkan larva kerang-kerangan menetap di dasar perairan.
2.      Kedalaman
Kedalaman estuaria relatif dangkal sehingga memungkinkan cahaya matahari mencapai dasar perairan dan tumbuhan akuatik dapat berkembang di seluruh dasar perairan, karena dangkal memungkinkan penggelontoran (flushing) dengan lebih baik dan cepat serta menangkal masuknya predator dari laut terbuka (tidak suka perairan dangkal).
3.      Salinitas air
Air tawar menurunkan salinitas estuaria dan mendukung biota yang padat dan air laut meningkatkan salinitas perairan.
4.      Sirkulasi air
Perpaduan antara air tawar dari daratan, pasang surut dan salinitas menciptakan suatu sistem gerakan dan transport air yang bermanfaat bagi biota yang hidup tersuspensi dalam air, yaitu plankton.
5.      Pasang
Energi pasang yang terjadi di estuaria merupakan tenaga penggerak yang penting, antara lain mengangkut zat hara dan plankton serta mengencerkan dan meggelontorkan limbah.
6.      Penyimpanan dan pendauran zat hara
Kemampuan menyimpan energi daun pohon mangrove, lamun serta alga mengkonversi zat hara dan menyimpanya sebagai bahan organik untuk nantinya dimanfaatkan oleh organisme hewani.
E.  Prosuktivitas Hayati Estuari
Ekosistem estuaria merupakan ekosistem yang produktif. Produktivitas hayatinya setaraf dengan prokduktivitas hayati hutan hujan tropik dan ekosistem terumbu karang. Produktivitas hayati estuaria lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas hayati perairan laut dan perairan tawar. Hal ini disebabkan oleh faktor - faktor berikut:
1.    Estuaria berperan sebagai penjebak zat hara.
Jebakan ini bersifat fisik dan biologis. Ekosistem estuaria mampu menyuburkan diri sendiri melalui :
  • Dipertahankanya dan cepat didaur ulangnya zat-zat hara oleh hewan-hewan yang hidup di dasar estuaria seperti bermacam kerang dan cacing.
  • Produksi detritus, yaitu partikel- partikel serasah daun tumbuhan akuatik makro (makrofiton akuatik) seperti lamun yang kemudian dimakan oleh bermacam ikan dan udang pemakan detritus.
  • Pemanfaatan zat hara yang terpendam jauh dalam dasar lewat aktivitas mikroba (organisme renik seperti bakteri), lewat akar tumbuhan yang masuk jauh ke dalam dasar estuari atau lewat aktivitas hewan penggali liang di dasar estuaria seperti bermacam cacing.
2.    Di daerah tropik estuaria memperoleh manfaat besar dan kenyataanya bahwa tumbuhan terdiri dari bermacam tipe yang komposisinya sedemikian rupa sehingga proses fotosintesis terjadi sepanjang tahun. Estuaria sering memiliki tiga tipe tumbuhan, yaitu tumbuhan makro (makrofiton) yang hidup di dasar estuary atau hidup melekat pada daun lamun dan mikrofiton yang hidup melayang-layang tersuspensi dalam air (fitoplankton). Proses fotosintesis yang berlansung sepanjang tahun ini menjamin bahwa tersedia makanan sepanjang tahun bagi hewan akuatik pemakan tumbuhan. Dalam hal ini mereka lebih baik, dinamakan hewan akuatik pemakan detritus, karena yang dimakan bukan daun segar melainkan partikel-partikel serasah makrofiton yang dinamakan detritus.
3.    Aksi pasang surut (tide) menciptakan suatu ekosistem akuatik yang permukaan airnya berfluktuasi. Pasang umumnya makin besar amplitudo pasang surut, makin tinggi pula potensi produksi estuaria, asalkan arus pasang tidak  mengakibatkan pengikisan berat dari tepi estuaria. Selain itu gerak bolak-balik air berupa arus pasang yang mengarah kedaratan dan arus surut yang mengarah kelaut bebas, dapat mengangkut bahan makanan, zat hara, fitoplanton, dan zooplankton.

F.   Peran Ekologis Estuari
Secara singkat peran ekologi estuaria yang penting adalah sebagai berikut:
1.    Merupakan sumber zat hara dan bahan organik bagi bagian estuari yang jauh dari garis pantai maupun yang berdekatan denganya lewat sirkulasi pasang surut (tidal circulation).
2.    Menyediakan habitat bagi sejumlah spesies ikan yang ekonomis penting sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makan (feeding ground).
3.    Memenuhi kebutuhan bermacam spesies ikan dan udang yang hidup dilepas pantai, tetapi bermigrasi keperairan dangkal dan berlindung untuk memproduksi dan/atau sebagai tempat tumbuh besar (nursery ground) anak mereka.
4.    Sebagai potensi produksi makanan laut di estuaria yang sedikit banyak didiamkan dalam keadaan alami. Kijing yang bernilai komersial (Rangia euneata) memproduksi 2900 kg daging per ha dan 13.900 kg cangkang per ha pada perairan tertentu di texas.
5.    Perairan estuaria secara umum dimanfaatkan manusia untuk tempat pemukiman.
6.    Tempat penangkapan dan budidaya sumberdaya ikan.
7.     Jalur transportasi, pelabuhan dan kawasan industri.
III.   KESIMPULAN DAN SARAN
A.  Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, kesimpulan yang dapat di tarik adalah sebagai berikut:
1.    Estuari sebagai perairan semi tertutup terdapat di hilir sungai dan masih berhubungan dengan laut sehingga memungkinkan terjadinya percampuran air laut dan air tawar dari sungai atau drainase yang berasal dari muara sungai, teluk, rawa pasang surut.
2.    Berdasakan klasifikasinya, perairan estuari terbagi atas tiga jenis yaitu estuari berstratifikasi nyata atau baji garam, estuari berstratifikasi sebagian (moderat), dan estuari bercampur sempurna.
3.    Organisme-organisme yang hidup di estuaria melakukan berbagai adaptasi untuk mempertahankan hidupnya, seperti adaptasi morfologi yang berkaitan dengan bentuk dan ukuran tubuh, adaptasi fisiologi yang berkaitan dengan pengaturan osmosis dalam tubuh dan adaptasi tingkah laku (behavioral) yang berkaitan dengan hubungan interaksi organisme.
4.    Secara fisik dan biologis, estuaria merupakan ekosistem produktif karena estuaria berperan sebagai jebak zat hara yang cepat di daur ulang, proses fotosintesis berlangsung sepanjang tahun dan adanya fluktuasi permukaan air.
5.    Secara umum estuaria mempunyai peranan ekologis penting diantaranya sebagai sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasang surut (tidal circulation), penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan yang bergantung pada estuaria sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makan,  sebagai tempat untuk bereproduksi dan atau tempat tumbuh besar (nursery ground) terutama bagi sejumlah spesies udang dan ikan.

B.  Saran
Dalam pembahasan di makalah ini, masih banyak kekurangan sehingga diharapkan pembaca mampu mencari refrensi yang lebih lengkap lagi. Mengingat perkembangan teknologi yang kian pesat tiap tahunnya, bukan tidak mungkin kemudian makalah ini menjadi tidak relevan lagi karena perubahan teknologi yang semakin maju.

DAFTAR PUSTAKA
Asriyana dan Yuliana. 2012. Produktivitas Perairan. PT Bumi Aksara. Jakarta.
Bakosurtanal. 2011. Faktor Fisik Lingkungan / Lahan Basah Ekosistem Estuari http://atlasnasional.bakosurtanal.go.id/fisik_lingkungan/lahan_basah_detail.php?id=1&judul=Indonesia. Diakses Pada November 2012.
Ikawartika. 2012.. Ekosistem Estuaria. http://ikawartika. wordpress.com/2012/04/
03/ekosistem-estuaria-2/. Diakses Pada November 2012.
Nybaken JW. 1992. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologis. (Terjemahan dari Marine Biology: An Ecological Approach. Alih Bahasa: Eidman M, Koesoebiono, Bengen DG dan Hutomo M). Gramedia. Jakarta.
Zalfaaqilah. 2011. Dinamika Estuari. http://zalfaaqilah.wordpress.com/2011/06/09
dinamika-estuaria/. Diakses Pada November 2012.